Mohon tunggu...
Permata Perbendaharaan
Permata Perbendaharaan Mohon Tunggu... PNS -

Halaman Lomba Kehumasan Ditjen Perbendaharaan 2015. dibangun untuk meningkatkan pengenalan masyarakat Indonesia terhadap tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ketika Harus Memilih: Catatan Kecil Seorang Pegawai yang (Katanya) Bertalenta

29 Juli 2015   11:50 Diperbarui: 11 Agustus 2015   21:58 2862
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="antara keluarga dan prestasi"][/caption]

Oleh: Devy Arfiana, Kanwil DJPBN Provinsi Sumatera Selatan

“A mother holds their children’s hands for a while, but their hearts forever”

(Anonymous)

Hari itu minggu kedua bulan Mei tahun 2013, hari dimana masyarakat Australia merayakan Hari Ibu, ketika saya membuka sebuah kado dari putri saya yang bersekolah di kindergarten. Sebuah frame foto berwarna hijau muda, dengan gambar seorang ibu yang memeluk anak perempuannya dari belakang dan tulisan seperti yang dikutip di awal. Ah, hati saya langsung terenyuh dan tanpa sadar mata ini berkaca-kaca.

---+++---

Saya adalah ibu dari dua orang anak yang membahagiakan, istri dari seorang laki-laki yang sangat mendukung (bahkan mendorong) kegiatan saya di kantor. Selain itu, saya adalah seorang PNS pada Ditjen Perbendaharaan Kementerian Keuangan yang berisiko (atau berkesempatan?) untuk berpindah lokasi kantor dari kota satu ke kota lain di seluruh Indonesia. Saya juga sangat beruntung telah berkesempatan untuk menempuh pendidikan di negeri kanguru selama dua tahun bukan atas dana sendiri, dengan ditemani suami dan anak-anak. Saya sadar betul, bahwa pendidikan yang saya peroleh merupakan investasi organisasi pada saya; bahwa ilmu saya harus digunakan sebaik-baiknya untuk kepentingan organisasi.

Kemarin, 27 Juli 2015, saya dihadapkan pada pilihan yang sulit. Setelah diikutsertakan dalam kegiatan Mentoring Pegawai sebagai pegawai lulusan tugas belajar, saya diminta untuk mengisi preferensi lokasi promosi dan membuat pernyataan bersedia untuk ditempatkan pada lokasi selain preferensi tersebut. Ketika saya bercerita kepada seorang kawan di instansi lain, ia berkomentar bahwa betapa baiknya institusi saya yang masih memberikan tawaran preferensi dan tidak akan memberi penilaian negatif bagi pegawai yang tidak bersedia. Di instansi kawan saya tersebut, tidak ada isian preferensi lokasi promosi, bahkan pindah tugas mengikuti suami pun merupakan suatu kemewahan. Betapa beruntungnya saya yang baru saja dimutasi ke kota di mana suami saya berada dan kini masih diberi kesempatan untuk menentukan preferensi lokasi promosi.

Namun tetap saja, sampai menjelang pukul 5 sore, saya belum menentukan pilihan; apakah saya bersedia atau tidak bersedia. Ah, betapa hidup ini penuh dengan pilihan! Saat berpikir untuk memilih bersedia, langsung terbayang berpisah lokasi dengan suami dan anak-anak. Saat berpikir untuk memilih tidak bersedia, saya ingat bahwa dulu saat pengangkatan sebagai CPNS pun saya membuat pernyataan serupa. Apakah ketidaksediaan saya kali ini dapat menganulir kesediaan saya saat itu? Entahlah.

Saya terus berpikir, mengingat, menimbang….namun belum juga dapat memutuskan. Tuhan, kuatkanlah hatiku untuk memilih hari ini. Ya, harus hari ini karena esok sudah ada jadwal lanjutan kegiatan tersebut. Saya mengingat perbincangan saya beberapa tahun lalu dengan seorang sahabat perempuan saya (yang akhirnya memutuskan berhenti sebagai PNS dan memilih untuk menjadi full time mom-istilah yang sedang trend saat ini), mengenai pola pengasuhan anak. Saya juga teringat dengan ibunda saya tercinta yang kini tak berdaya di atas kursi roda, seorang pensiunan PNS yang dulu selalu berdoa agar di antara ketiga anaknya ada yang bekerja di bidang keuangan (karena dulu beliau sangat ingin bekerja di bank) atau mengikuti jejaknya menjadi PNS. Dan, sayalah jawaban atas doa-doanya, jawaban atas dua keinginannya sekaligus; PNS Kementerian Keuangan.

Saya berpikir, bahwa saya akan terus bekerja sebagai PNS demi membahagiakan ibu, dan toh saya sudah meninggalkan anak-anak saya di rumah bersama pengasuhnya. Sayang sekali kalau di kantor pun saya hanya bekerja “seadanya” dan tidak all out. Semua jadi serba tanggung, full time mom bukan, wanita karir juga bukan. Menit-menit terakhir, suami saya menyemangati saya untuk tetap ikut dan ia siap atas segala konsekuensi. Akhirnya, pilihan itu pun saya buat. Saya bersedia untuk ditempatkan pada lokasi selain preferensi saya. Seiring dengan doa yang terus saya panjatkan, semoga Tuhan selalu membimbing kami di jalan yang benar dan kami selalu diberikan yang terbaik dalam hidup ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun