ABSTRAK
Terjadinya perang dagang antara Uni Eropa-Indonesia serta tingkat inflasi Indonesia terendah selama 10 tahun terakhir pada tahun 2019 tentunya berdampak pada perekonomian Indonesia. Hal ini berpengaruh terhadap eksportir CPO serta pertumbuhan konsumsi nasional. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kebijakan moneter Bank Indonesia terhadap kinerja ekspor CPO dan tingkat inflasi Indonesia. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan pendekatan eksplanatori dan tipe penelitian deskriptif verifikatif. Sumber data yang digunakan adalah data sekunder. Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika, tingkat suku bunga Bank Indonesia, volume CPO Indonesia serta tingkat inflasi Indonesia selama periode 2005-2019. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa nilai tukar rupiah dan tingkat suku bunga Bank Indonesia secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kinerja ekspor CPO dan tingkat inflasi Indonesia sedangkan secara parsial nilai tukar rupiah dan tingkat suku bunga Bank Indonesia berpengaruh signifikan terhadap kinerja ekspor CPO Indonesia. Selain itu, secara parsial nilai tukar rupiah berpengaruh tidak signifikan terhadap tingkat inflasi Indonesia berbeda dengan tingkat suku bunga Bank Indonesia yang memiliki pengaruh signifikan terhadap tingkat inflasi Indonesia. Hasil penelitian ini didapat bahwa nilai tukar rupiah memiliki pengaruh yang besar kinerja ekspor CPO sedangkan tingkat suku bunga memiliki pengaruh yang besar terhadap tingkat inflasi. Kata Kunci : Tingkat Suku Bunga , Inflasi, , Nilai Tukar Rupiah , Volume Ekspor CPO.
Indonesia saat ini terletak pada lahan pasar yang besar dan berpotensi untuk diolah dan ditumbuh kembangkan, sebagai langkah menuju stabilitas perekonomian nasional (Suparwo, Riana, & Sari, 2017). Oleh karena itu, Indonesia saat ini sedang aktif dalam melakukan pembangunan ekonomi di berbagai sektor, salah satunya dengan mendorong kegiatan ekspor yang merupakan faktor penunjang pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dikarenakan ekspor menjadi salah satu sumber devisa yang penting dan berfungsi sebagai alat pembiayaan untuk usaha pemeliharaan kestabilan ekonomi maupun pelaksanaan pembangunan (Taufiq & Natasah, 2019). Salah satu indikator untuk melihat keberhasilan kinerja ekspor Indonesia sendiri dapat tercemin pada neraca perdagangannya.Tetapi faktanya, pada tahun 2019 Indonesia mengalami defisit pada neraca perdagangannya. Terlihat pada tabel 1 dibawah ini Tabel 1 Neraca Perdagangan Indonesia 2019 Sumber : Kementerian Perdagangan (diolah) Apabila dilihat dari data tersebut yang telah diolah dari website resmi Kementerian Perdagangan Republik Indonesia bahwa kinerja ekspor Indonesia 2019 mengalami penurunan sebesar 12,5 Miliar US$ atau 6,94% dari tahun sebelumnya. Serta diikuti dengan impor Indonesia pun mengalami penurunan sebesar 18 Miliar US$ atau 9,53 % dari tahun sebelumnya. Walaupun kinerja impor Indonesia mengalami penurunan , tetapi jumlah impor Indonesia lebih besar dibandingkan ekspornya. Ini membuktikan bahwa konsumsi barang dalam negeri kurang diminati. Fluktuasi ekspor sendiri dapat disebabkan oleh berbagai faktor internal maupun eksternal. Seperti faktor ekonomi antara lain inflasi, tingkat suku bunga, kurs, jumlah uang beredar, pendapatan nasional serta posisi neraca pembayaran internasional sedangkan faktor non ekonomi antara lain ketahanan nasional, politik, sosial budaya dan keamanan (Sunarsih & Arif, 2018) Ditinjau dari faktor yang mempengaruhi fluktuasi ekspor. Faktor ekonomilah yang sering memberikan dampak pada kinerja ekspor baik secara positif maupun negatif, salah satunya adalah nilai tukar rupaih serta tingkat suku bunga acuan. Pertumbuhan dan perkembangan perekonomian suatu negara diharapkan mampu memberikan kelancaran transaksi didalam perekonomian. Sistem keuangan Indonesia terbentuk dari otoritas moneter dan sistem lembaga keuangan lain diluar sistem lembaga keuangan moneter. kelangsungan usahanya dengan berbagai cara. Diantaranya dengan membuat keputusan-keputusan salah satunya adalah Bank Indonesia (Putriyandari, Yuliyana, & Rahayu, 2019). Seperti yang telah diuraikan, bahwa ekspor Indonesia mengalami penurunan pada periode 2019, salah satu penyebab nilai dan volume ekspor Indonesia turun disebabkan beberapa komoditi unggulan non migas Indonesia mengalami penurunan. Seperti komoditas Crude Palm Oil (CPO), karet, dan tekstil merupakan komoditas ekspor terbesar Indonesia selain minyak dan gas (Taufiq & Natasah, 2019). perealisasian komoditi ekspor kelapa sawit Indonesia mengalami penurunan yang cukup tinggi pada Januari 2020. Data ini diambil dari Monthly Trade Figures Indonesia February 2020 yang dirilis oleh Kementrian Perdagangan Indonesia Februari 2020 seperti yang tertera pada gambar 1.4 dibawah ini.
Pemerintah mengharapkan kinerja ekspor dapat membantu meningkatan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Pada kenyataannya terdapat faktor lain yang menjadi penghambat pertumbuhan ekonomi di Indonesia yaitu inflasi (Amri & Aimon, 2017).Pada teori makro ekonomi salah satu masalah ekonomi yang selalu dihadapi suatu negara adalah inflasi (Fadilla & Aravik, 2018).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H