Jangan Belajar Pada Ayam (Betina)?
[caption id="attachment_320032" align="aligncenter" width="537" caption="ilustrasi : faizmizu.blogdetik.com"][/caption]
AKUbenci ayam (betina). Titik!
Ceritanya begini...
Di rumahku banyak hewan piaraan. Semua itu adalah hewan-hewan jinak dan lucu. Ada ikan lele, ikan gurame sawah dan ikan betok yang berada di dalam kolam depan rumah. Ada kura-kura sepasang yang berusia empat tahun lebih yang berada di dalam aquarium hanya setiap hari Jum'at saja dilepas di halaman rumah. Sayangnya belum bertelur juga. Ada kucing rumah bukan kucing kudis, karena dipelihara sejak kecil yang selalu bermain di rumah bahkan sekarang kedua induk kecing sudah melahirkan anak-anaknya. Dan anehnya, anak-anak kucing itu yang baru lahir sudah berkumis semua berbeda dengan keponakan yang baru persalinan mendapatkan anak laki-laki tapi tidak berkumis. Nah, lho yang aneh siapa ya?
Bukan hanya itu saja ada juga kelinci sepasang tapi sudah hilang karena kabur entah kemana sebab tidak ada yang mengawasi saat mereka sedang diberi makan di halaman rumah. Dan terakhir adalah hewan yang sangat aku benci. Dialah ayam (betina) yang dipelihara oleh kakakku. Kenapa aku membencinya?
Bayangkan setiap pagi, siang atau sore jika ayam (betina) itu habis bertelur di kandanya yang berada di samping rumah. Ayam itu selalu berkokok tidak karuan. Semaunya dia berkokok jika usai bertelur. Padahal saat itu entah ketika aku sedang menulis, istirahat bahkan lagi ada tamu, ayam (betina) tak tahu diri itu berkokok sembarang waktu tidak melihat situasi. Lagi-lagi usai bertelur pasti berkokok kencang memekakan telinga. Terkadang kalau aku lagi bete ayam (betina) itu aku siram pakai air agar jangan berkokok terus. Itu yang aku lakukan. (Jangan ditiru jika ini tidak baik dilakukan ya :-D)
Sebenarnya aku tidak benci ayam (betina), piaraan kakakku itu. Tidak apa-apa berkokok seusai bertelur. Tetapi asal berkokoknya tidak bersuara. Itu saja.
Ups, sebenarnya bukan itu yang menjadi persoalannya. Ayam (betina), piaraan kakakku sebenarnya bebas-bebas saja berkokok asal bertelur banyak. Ini berkokok kencang sekali tapi telur hanya satu. Tidak sesuai dengan suara kokoknya yang angkuh, berpentatang-penteteng dan membuat sekitarnya terganggu. Berbeda yang kulihat hewan lainnya seperti kura-kura.
Sayangnya kura-kura di rumahku tidak bisa bertelur karena habitatnya bukan pada tepatnya semestinya. Bukan di lepas pantai melainkan di aquarium. Mungkin itulah sebab kura-kura di rumahku tak bisa bertelur? Entahlah. Kura-kura itu sekarang sudah besar. Sepasang dan lucu sekali.
Mungkin kalau kura-kuraku di rumah bisa bertelur mungkin tidak seperti kelakuan si ayam (betina) yang hanya keluar satu butir tetapi berkokok kencang sekali. Berbeda dengan kura-kura yang kulihat di televisi maupun di penakaran kura-kura di lepas pantai. Walaupun kura-kura bertelur banyak tapi tidak angkuh, berpentatang-penteteng dan tidak menggangu kententraman sekitarnya. Tidak halnya ayam (betina), piaraan kakakku. Sudah bertelur satu butir tapi suaranya kencang sekali dan merugikan orang lain. Dan itulah mengapa aku benci hewan itu.