Mohon tunggu...
Tebe Tebe
Tebe Tebe Mohon Tunggu... lainnya -

"Hidup itu....Tuhan yang menentukan. Kita yang menjalaninya. Dan orang lain yang mengomentari (kepo)." (tebe)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Angkat Topi untuk Mawalu Sang Kritikus Kompasianer

10 Desember 2013   16:24 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:05 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Angkat Topi untuk Mawalu Sang Kritikus Kompasianer!

Saya sebenarnya nggak kenal dia. Tapi masih satu saudara nabi Adam. Saya  kenal dia pun hanya kenal di dumay (baca:dunia maya). Kenalnya hanya lewat Kompasiana aja! Tetapi saya perhatiin ini Kompasianer satu ini lamat-lamat makin berani dan makin "vokal" terhadap para Kompasianer lain yang dianggap nggak sreg dengannya.

Namun ke-nggaksregkan  dia bukan karena Kompasianer (baca: penulis) melainkan jika tulisan-tulisan (postingan) Kompasianer yang benar-benar tidak invalid atau tidak sesuai kenyataan. Alias, hoax, begitu kalau dibilang bahasa kerennya! Atau, bisa juga dengan tulisan-tulisan (postingan) itu tidak sesuai dengan EyD maupun kesalahan menuliis judul atau etika dalam sebuah liputan. Kompasianer (Mawalu) ini benar-benar vokal mengenai hal ini. Walaupun banyak yang anti-pati dengannya bahkan ada yang melecehkan tentang apa yang dia tulis.

Tetapi bagi saya, ma'af, lagi-lagi ma'af saya tidak bermaksud membela dia (Kompasianer bernama Mawalu). Namun apa yang dikemukan dipostingannya selalu uptodate dan tidak mengada-ada sesuai bukti akurat yang dia sampaikan! Entahlah, kenapa ada saja Kompasianer yang mem-bully dirinya bahkan ada yang menganggap angin lalu dilihat sebelah mata. Tetapi bukan dia (Mawalu) kalau hal sikap semacam itu pernah diterima lalu dia bungkam dan mutung. Undur diri. Tetapi kalau dia tidak! Dia mengungkapkan kebenaran dengan caranya sendiri.

Ya. seharusnya orang semacam ini harus "diayomi" agar semakin Kompasianer yang lain tahu kalau dia menulis dipostingan karena ketahuan dia secara pribadi. Memang tidak ada yang memaksa Kompasianer untuk bersahabat, berteman atau menjadikan dia musuh. Itu semua Andalah yang lebih tahu.

Namun untuk saya sesama Kompasianer yang haus informasi dan wawasan tentu orang semacam Kompasianer Mawalu perlu juga dijadikan sahabat. Bukan, begitu? Entahlah. Lagi-lagi saya tidak memaksakan Kompasianer lain untuk bisa kenal dengan tulisan-tulisan yang dfipostingnya kalau tidak mau dengan orangnya. Silakan saja.[]10122013

-Berkomentarlah dengan bijak! Setelah itu voted-

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun