Mohon tunggu...
Tebe Tebe
Tebe Tebe Mohon Tunggu... lainnya -

"Hidup itu....Tuhan yang menentukan. Kita yang menjalaninya. Dan orang lain yang mengomentari (kepo)." (tebe)

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Review Hasil Liputan: Tragedi Bintaro II : Kecelakaan Pelintasan KRL Bintaro

10 Desember 2013   10:31 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:06 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Review Hasil Liputan: Tragedi Bintaro II : Kecelakaan Pelintasan KRL Bintaro

[caption id="attachment_307571" align="aligncenter" width="366" caption="KRL yang melintang di pelintasan kereta (tebe)"][/caption]

Menindaklajuti reportase (hasil liputan) saya di tempat TKP (Tempat Kejadian Peristiwa) di pelintasan kereta yang menghubungi Bintaro Permai dan BIntaro Jaya pada hari Senin (09/12), sebenarnya benar-benar memilukan. Apalagi dalam reportase saya yang "diganjar" Ha-eL oleh Admin Kompasiana pada hari  yang sama saya posting kemarin ada yang masih dan belum puas. Karena apa?

Saya saat itu ingin sekali melihat korban KRL jurusan Serpong-Tanah Abang  menabrak truk tanki BBM. Karena menurut Danang (22) merupakan  saudara saya pula yang bekerja  di daerah Bintaro Jaya. Selalu setiap hari melintasi rel kereta itu baik berangkat maupun pulang kerja mengutarakan kepada saya tentang kejadian mengenaskan itu.

"Korban dari KRL jurusan Serpong-Tanah Abang dan truk tanki BBM (Bahan Bakar Minyak) itu dievakuasi di Masjid At-Taqwa yang berdekatan dengan SDN Bintaro," ucapnya memberitahukan saya seusai ia pulang kerja pada malam harinya. Itu pun ia harus memutar arah balik pulang. Tidak lagi melewati jalan seperti mana biasanya.

Ya, apalagi masjid At-Taqwa merupakan salah satu saksi bisu serta SDN Bintaro ketika dijadikan  evakuasi mayat-mayat saat kejadian "Targedi Bintaro" pada medio 19 Oktober 1987. Saat itu saya baru duduk dibangku kelas satu SD. Jadi saya secara tidak langsung tahu betul banyak-dikit mengenai hal itu. Sebab, seusai peristiwa itu terjadi toh sampai sekarang sudah menjadi urban legend di sekitar masyarakat yang tinggal di daerah Bintaro. Masih bertepatan  di Jalan Swadaya, Pasar Bintaro, Pesanggrahan, Jakarta Selatan di lingkungan RT.05/02 dan RT.007/02 ketika kecelakaan terjadi itu terjadi beberapa tahun silam.

Namun sayang saya lagi-lagi tidak bisa menuju tempat evakuasi korban kecelakaan itu. Melewati pelintasan itu saja  sudah terhalang KRL yang sudah terbalik miring (baca: doyong) . Apalagi  sudah dijaga ketat oleh pihak berwajib dan kesatuan meliter (ABRI). Maklum tepat kejadian itu berdekatan dengan Kodam Bintaro dekat daerah ke arah Petukangan, jadi sebagian kesatuan militer pun ikut membantu juga.

Bukan hanya itu saja tetapi diguyur hujan lebat ketika pemadaman truk tanki BBM sudah dipadamkan. Jadi saya untuk menyelamatkan diri dari terpaan hujan lantas membatalkan untuk melihat para korban kejadian itu. Sebab, saat itu hujan sangat deras sekali ditambah pelarangan dari pihak berwajib agar tidak dekat-dekat di TKP harus sesuai batas garis TKP yang makin membludak yang menyaksikan kejadian itu.

Ya, saya tidak melihat langsung korban kejadian itu selain karena pelintasan kereta sudah penuh disesaki warga sekitar dan juga sudah dijaga ketat. Saya mau ambil jalan tikus pun tidak bisa pula. Sebab, saya tahu sekali daerah sekitar lokasi kejadian. Karena saya salah satu orang yang selalu setiap mau berangkat dan pulang bekerja (mengajar) pula melihat setiap pagi ditambah dengan kemacetan yang tidak bisa dipungkiri lagi. Apalagi disaat jam berangkat kerja semua yang mengendarai roda dua dan empat tidak sabaran untuk melewati pelintasan kereta itu. Padahal sudah ada peringatan tegas baik dari penjaga pelintasan kereta yang sudah memberikan batas portal serta mengumumkan dari pengeras suara. Tetapi tetap saja masih saja ada yang nekad menerobos portal pelintasan itu. Ini yang seringkali saya saksikan ketika pulang kerja pula. Entah, sebenarnya mereka mau mengejar waktu atau apa sehingga tidak memikirkan keselamatan nyawa.

Mungkin jika saya ditanya siapa yang bersalah dalam kejadian tersebut?  Saya tidak banyak memberikan komentar dalam tulisan ini. Satu hal yang perlu ditegaskan setiap peraturan yang ada. Atau, rambu-rambu yang diberikan itu harus dipatuhi bukan dilanggar. Tapi kenapa masih saja ada yang nekad melanggarnya. Namun ketika terjadi kecelakaan hingga menewaskan anak manusia. Setelah itu baru saling menyalahkan satu sama lain. Walau sebenarnya kesadaran memiliki kepatuhan dan kedispilinan berambu lalu lintas  dalam hal ini mematuhi saat berada di pelintasan kereta adalah milik bersama bukan personal. Perlu bijaksana untuk bersikap saling membantu dan sadar akan keselamatan diri maupun orang lain. Sebab peraturan dibuat bukan untuk dilanggar tetapi dipatuhi. Bukan begitu?

Selamatkan jiwa Anda dan patuhi rambu-rambu lalu lintas yang sudah ditentukan! Patuhin dengan bijaksana.[]10122103

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun