”Kenapa malam selalu ditandakangulita. Sedangkan siang selalu ditandakan benderang. Beginikah Tuhanmengaturnya?”
Aku hanya tersenyum kecil. Kutahu kau ingin mendengar jawabanku atas pertanyaan itu.
”Apakah seperti itu kehidupanku nanti. Saat berduka awan kelam memayungiku. Lalu saat aku bahagia mentari pagi menyinariku. Apakah Tuhan juga yang turut andil atas itu semua?”
Aku kembali tersenyum. Walau kutahu kau penasaran ingin mendengar jawaban dari mulutku.
”Baiklah jika memang Tuhan yang mengaturnya. Aku terima itu semua! Tapi jika aku harus memutuskan kau sepihak bukan aku yang mengaturnya tapi Tuhan!.”
Akhirnya aku pun goyah. Kau yang menang. Kau pun tersenyum dengan puas.
Kujawab semua pertanyaan dari bibirnya. Kau pun tersenyum saat mengetahui aku akan menjawabnya.
”Karena Tuhan ingin bercerita denganmu!” tukasku singkat.
”Lalu...” lanjut kau.
”Ya, termasuk aku akan menceritakan kepada kau. Kenapa aku harus putus dengan kau hari ini juga . Karena Tuhanlah yang mengaturnya kembali!”
Kau langsung membeku. Akupun menang telak.
Uray, 14/ 27 September 2012
Pukul. 02.00 WIB
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H