Jadi Penulis Jangan Sombong
[caption id="attachment_323852" align="aligncenter" width="381" caption="ilustrasi : kolomkita.detik.com"][/caption]
Si Kacrut sedang galau saat itu di Pos Siskamling. Galau ingin menentukan pilihan hidupnya. Menjadi penulis atau pengangguran. Dan itu mencuri perhatian Si Cuprit, sohib karibnya. Karena penasaran ditegurnya Si Kacrut itu.
"Lagi ngapain kamu, Crut!"
"Aku lagi galau, Prit!"
"Masa galau makanin papan catur sih!"
"Ah, ngeledek kamu, Prit."
Sejenak Si Kacrut kembali terdiam.
"Memang apa sih kamu galauin, Crut!"
Si Cuprit melihat wajah Si Kacrut yang lagi suntuk bin bete makin senang menggoda. Karena baru kali itu Si Cuprit melihat wajah Si Kacrut yang tidak seperti biasanya.
"Aku bingung ingin menentukan pilihan hidupku, Prit."
"Memang pilihan hidup kamu apa?"
"Aku ingin menjadi penulis! Tetapi aku takut disirikin, diiriin dan didengkiin sama orang. Sebab, yang aku lihat postingan-postingan di Kompasiana ada akun kloningan maupun terverifikasi sering saling mencaci-cela melalui tulisannya. Mengatakan orang lain sebagai penulis sombong. Padahal yang menulis postingan itu kepo banget tentang orang lain. Belum tahu pribadinya. Makanya aku nggak ingin menjadi penulis macam itu. Penulis yang sombong dan suka mencaci-cela lewat postingan yang jelas-jelas sirikin, iriin dan dengkiin orang lain."
"Oh, gitu! Ya, bagus itu."
"Kalau begitu aku jadi pengangguran aja kali, Prit. Kan jadi pengangguran nggak ada yang sirikin, iriin dan dengkiin walau itu sebagai tanda mampu."
Si Kacrut yang mendengar ucapan itu langsung menjawab tanpa aling-aling.
"Kalau kamu pengangguran apa yang mau disombongin, Crut?!
Si Kacrut yang mendengar lontaran Si Cuprit langsung cengengesan. Si Cuprit langsung meninggalkan Si Kacrut yang masih melanjutkan makan papan catur karena galaunya masih berlanjut.[]19022014
Hidup hanya sekali. Tak ada guna untuk saling mencela-caci. Jika memang demikian terjadi dilakukan fulani. Aku tak akan meladeni! Apalagi mencari sensasi. Aku lebih baik ingat mati nanti. Itu saja yang aku takuti. Terlebih ilmuku ini harus berarti untuk orang-orang yang ingin mendapati. Aamiin....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H