Mohon tunggu...
Tebe Tebe
Tebe Tebe Mohon Tunggu... lainnya -

"Hidup itu....Tuhan yang menentukan. Kita yang menjalaninya. Dan orang lain yang mengomentari (kepo)." (tebe)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Tugas Penulis ya Menulis Bukan Sinis Apalagi Omongi Orang

24 Februari 2014   08:46 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:32 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tugas Penulis ya Menulis Bukan Sinis Apalagi Omongi Orang

[caption id="attachment_324239" align="aligncenter" width="472" caption="kreasi otak-atik penulis :-D "][/caption]

“Sebab tugas penulis adalah menulis! Terserah pembaca yang menafsirkannya. Tugas saya hanya menulis…”

Saya ingat sekali dengan kata bijak itu. Kata bijak yang disuarakan lalu disalinkan ke kertas oleh Sang Sastrawan Pramoedya Ananta Toer yang hampir mendapatkan nobel dari dunia Satra.. Sampai sekarang saya pun masih sangat ingat sekali kata-kata bijak itu.

Maka dari itu ketika di MedSos (Media Sosial) maupun dunia online banyak orang-orang meributkan pepesan kosong dan beradu debat kusir tidak karuan. Hingga sampai sinis. Saya pun hanya mengelus dada. Bahkan saya merasa miris dan ironi. Karena apa?

Ya, disebabkan diantara yang meributkan pepesan kosong danberadu debat kusiritu adalah para calon penulis hebat. Generasi penerus Ahmad Tohari, A. Mustafa Bisri, A.A Navis, Seno Gumira Adjidarma, Agus Noor, Nh. Dini, Helvy Tiana Rosa, Djenar Maesa Ayu dan sebagainya. Tetapi sayang mereka hanya meributkan hal-hal yang merugikan dirinya sendiri bahkan juga hatinya.

Seharusnya dimanfa’atkan dan digunakan untuk menulis. Ini hanya mengurusi “rumput tetangga yang lebih hijau”. Padahal mereka tidak tahu kalau rumput tetangga itu terbuat dari bahan plastik atau karet seperti rumput imitasi di lapangan futsal. Jadi alangkah sangat meruginya mereka. Hanya membuang-buang waktu untuk “bergossip” membicarakan dan membuka-buka aib orang lain hingga sinis. Padahal mereka tidak menyadari kalau mereka yang lebih buruk daripada orang dibicarakan dan yang dibukakan aibnya itu. Sungguh amat merugi.

Saya pun juga sudah legowo dan menyadari kalau jalan untuk menulis. Berkecipung di dunia tulis menulis dan literasi tidak ubahnya seperti di dunia kerja. Saling sikut kanan-kiri. Ada yang dipromosikan jabatan pasti ada yang kasak-kusuk mencari kambing hitam atau aib untuk menjatuhkan kembali. Pun dengan di dunia tulis menulis dan literasi. Ada pula yang tidak suka melihat orang sukses dan punya gebrakan dan inovasi. Pasti ada saja yang seperti cacing kepanasan. Ingin mencari bagaimana untuk menjatuhkan nama penulis itu. Jadi sudah mahfum jika ada yang bilang bahwa orang Indonesia itu senang melihat orang susah dan susah melihat orang senang (sukses). Itulah kenyataannya. Tidak percaya?

Lihat saja tidak jauh-jauh di blogg sejuta umat, Kompasiana ini. Sudah tampakkan tipekal orang Indonesia sesungguhnya!

Maka dari itu tugas saya, menjadi penulis adalah menulis. Buruk atau tidak, itu urusan belakangan. Bukan membuang-buang waktu untuk “bergossip” membicarakan dan membuka-buka aib orang lain. Hanya menulis tugas saya bukan banyak bicara apalagi banyak berkomentar yang tidak berguna dan bermanfaat. Hingga saya pun terbantu lagi dengan sebuah kata-kata bijak dari Carmel Bird. Ia berkata ia menulis. “Dalam hal apa pun, penulis adalah orang yang menulis. Jika Anda tidak menulis, Anda bukan penulis. Anda bukan penulis kalau belum menuangkan kata-kata ke atas kertas. Hitam di atas putih. Menulis adalah kerja. Meskipun Anda menulis fiksi.”

Kalau sudah begitu bagaimana kalau ada orang yang membuang-buang waktu hanya untuk “bergossip” membicarakan dan membuka-buka aib orang lain hingga sini Padahal ada juga di sana penulis yang ikut “urun rembug”. Apakah masih disebut penulis? Atau, seorang pembawa (host) acara gossip di televis-televisi?. Entahlah. Silakan Anda menilai sendirinya.

Sebab sejatinya penulis mereka adalah orang yang memberikan wawasan dan pengetahuan untuk mereka yang tidak mengetahuinya melalui sebuah tulisan. Bukan banyak bicara dan berpanjang mulut. Dan suka mengomongi orang tiap di kolom komentar padahal orang itu tidak punya perkara/masalah. Itu namanya pecundang bukan penulis! Itu menurut saya. Bagaimana menurut Anda?

Akhirkalam, jadikan menulis sebagai ladang pahala dan amal jariah Anda untuk mati nanti. Siapa suatu saat nanti apa yang Anda lakukan dengan menulis bisa membawa menjadi orang yang bijak dan mempengaruhi sebagian dunia dengan tulisan Anda itu. Semoga.[] 23022014

Catatan :

Sejak saya mulai tahun arti/makna sebenarnya menulis saya tak pernah lagi mempunyai hati iri, sirik dan dengki pada orang lain dan apalagi mengharapkan Ha-eL di Kompasiana! Sebab sudah 10 tahun lebih kurang walau masih baru saya berkecimpung di dunia tulis menulis dan literasi saya tahu banyak asam-garam dan kecutnya dunia ini. Makanya hal itu sudah saya hilangkan dan kubur semenjak saya tahu usia saya tak akan lama dalam menulis.

Dan untuk mereka yang sudah mencaci-cela, meremehkan dan mengejek bahkan ingin menjatuhkan saya di postingan atau yang ngomongin di kolom komentar orang lain di Kompasiana. Dari sejak tahun 2013 sampai saat ini masih saja berlanjut dan melakukan perbuatan jahat itu! Padahal saya tidak pernah mengindahkan apalagi menghiraukan. Tetapi ketika saya diamkan makin jadi-jadi menganggap paling benar dan tidak punya salah.

Soal pecitraan nama baik? Saya bukan selebritis apalagi pejabat tinggi selalu membawa lawyer setiap ada masalah. Boro-boro bayar lawyer makan aja senin-kemis. Tapi sudahlah saya tidak akan balas dendam danbenci dengan Anda apalagi saya adukan dengan Admin Kompasiana! Itu bisa saja saya lakukan dengan membawa bukti-bukti tinggal langsung ke kantor Kompasiana yang sangat dekat dengan rumah saya.

Namun lagi-lagi saya katakan itu tidak akan pernah saya lakukan. Karena saya tahu itu tak ada gunanya saya lakukan. Ibarat tamsil menang jadi arang kalah jadi abu. Hanya sia-sia saja! Sebab makin membuat hati saya busuk/buruk dan menjadikan hidup saya tidak tentram dalam menjalani hidup yang tidak lama ini.

Untuk Anda semua jika saya punya khilaf dan alfa walau saya tidak salah apapun dengan Anda maafkan saya. Sekali lagi ini bukan lebay apalagi childish bahkan cengeng! Hal itu bukan tipe saya. Dan ini hal yang terakhir saya menulis seperti ini. Terima kasih buat Anda yang selama ini, baik yang diam-diam membaca tiap kali saya posting dan juga bagi yang memang baik sangat dengan saya sukses selalu. Aamiin.

Semoga tulisan yang saya posting di Kompasiana membawa manfaat dan berguna! Dan ambil hikmah setiap kehidupan.[]

TULISAN YANG TERKAIT DALAM TULISAN TERSEBUT KLIK LINK INI

#1. http://filsafat.kompasiana.com/2014/02/22/mungkin-sudah-sifatnya-manusia-kali-ya-seperti-itu-634011.html #2. http://edukasi.kompasiana.com/2014/02/22/bedakan-antara-kritik-melecehkan-sang-moralis-dan-kritikan-membangun-sang-empati-633966.html #3. http://hiburan.kompasiana.com/humor/2014/02/19/jadi-penulis-jangan-sombong-633230.html #4. http://muda.kompasiana.com/2014/02/20/akibat-sok-kepo-633542.html #5. http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2014/01/13/apakah-saya-salah-sebuah-klarifikasi-624364.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun