Mohon tunggu...
Fepri Septian Widjaya
Fepri Septian Widjaya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Mercu Buana Kranggan, Bekasi. Prodi: Public Relations. NIM: 44219210013. Dosen: Prof. Dr. Apollo, M.Si.Ak.

Mahasiswa Universitas Mercu Buana Kranggan, Bekasi. Prodi: Public Relations. NIM: 44219210013. Dosen: Prof. Dr. Apollo, M.Si.Ak.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

TB2: Episteme Criminal Law pada Kejahatan Manusia

26 Mei 2022   06:20 Diperbarui: 26 Mei 2022   06:40 576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Alur serta pola kehidupan manusia tentu suatu hal yang dinamis, termasuk kejahatan yang merupakan sebuah realitas yang terjadi dalam sejarah kehidupan manusia. Banyaknya sejarah mengenai tindak kejahatan yang dilakukan oleh manusia tentu menjadi salah satu fenomena yang tiada habisnya melingkupi kehidupan keseharian kita. Baik pertumpahan darah di masa sejarah lampau maupun kejahatan-kejahatan yang pada zaman ini juga tetap terjadi. Berdasarkan realitas sejarah yang dijelaskan sebelumnya, akhirnya muncul sebuah pertanyaan mendasar yang menyangkut hakekat manusia.

Apakah memang ketika manusia lahir sudah menyimpan potensi jahat dalam dirinya? Atau malah sebaliknya, kejahatan yang dilakukan oleh manusia merupakan bentuk dari kegagalan moral yang muncul dan tanpa berkaitan dengan apapun dengan kodrat dari manusia? Tentu hal-hal tersebut menjadi menarik untuk diketahui secara dalam.

Artikel ini akan membahaskan mengenai criminal law pada kejahatan manusia melalui perspektif pandangan Meng Zi (Mencius) yang merupakan filsuf china, mengenai kodrat manusia adalah baik dan analisis mengenai tumbuhnya kejahatan pada diri manusia dan filsafat Xunzi yang memandang bahwa kodrat manusia pada dasarnya adalah jahat.

  • Meng Zi (Mencius)

Meng Zi merupakan seorang filsafat yang banyak memiliki sumbangsih pemikiran khususnya pada ranah psikologi moral khususnya bagaimana kodrat manusia dalam pola kehidupan sehari-sehari. Meng Zi memang merupakan orang yang terkemuka khususnya dalam aliran konfusianisme dan dengan teori yang paling terkemuka didalam pemikirannya adalah mengenai dasar kebaikan dalam manusia dan kebaikan ini didapat dengan pengolahan melalui pendidikan dan disiplin diri serta keburukan manusia  yang merosot akibat sifat lalai dan pengaruh negatif dengan sifat kebaikan yang tidak akan pernah hilang dalam diri manusia karena masuk kedalam kodrat manusia itu sendiri. Pemikiran tersebut pada akhirnya banyak menarik perhatian bagi orang yang hendak mendalami psikologi moral karena Meng Zi juga dikenal sebagai tokoh pertama di China yang mendalami ilmu tersebut serta menyampaikan pola pikirnya terhadap pemikiran psikologi evolutif dan sosiobiologi yang sangat berkaitan dengan diri mansuia.

Sosok yang lahir pada periode perang antar negara ( sekitar 403-221 SM), pada periode tersebut berbagai negara saling menyerang untuk menguasai China sebelum akhirnya pada tahun 722-481 SM disatukan oleh dinasti Zhou (Yu-Lan, 2010). Meng Zhi merupakan filsuf yang berasal dari daerah Zou yang dekat dengan daerah Qufu, tempat dimana konfusius dilahirkan tepatnya berada di semenanjung Shandong, Timur Laut China. Periode tersebut memang banyak melahirkan kekejaman dalam perkembangan hidup manusia karena mulai tumbuh gerakan serta tokoh-tokoh filsafat dunia, termasuk ajaran Konfusius yang dipengaruhi oleh pemikiran Meng Zi. Persoalan yang paling umum pada masa tersebut adalah sudut pandang intelektual dan politik yang memang sedang memanas di China pada zaman itu sehingga para pemikir mulai mencari cara untuk menyatukan seluruh China ditengah konflik tersebut. Namun para pemikir awal China belum ada yang memikirkan persoalan perlunya kekuasaan otokratik yang dijadikan sebagai sarana penyatuan, para filsuf China lebih berfokus pada bagaimana seorang penguasa memiliki pemikiran terhadap batasan-batasan moral kekuasaan, upacara dan kewajiban tradisional keagamaan dan kesejahteraan rakyatnya sehingga secara prioritas sudah berbeda dengan persoalan paling umum yang ada pada zaman tersebut.

Meng Zi yang banyak menimba ilmu dengan pembelajaran yang didapatkan dari cucu Konfusius ini mulai mewariskan ajaran tersebut dengan melihat apa yang ada dalam diri manusia dan tindakannya yang terlihat, sehingga mengzi lebih menekankannya pada konsep-konsep, pelaksanaan, serta identitas didalamnya (Sung, 2016). Bagi Meng Zhi, tentu seorang locus aktivitas filosofis dan pengolahan diri manusia adalah xin, atau aktivitas yang menunjukkan unsur "pikiran hati". Xin dapat dikatakan sebagai locus philosophicus dari seluruh kegiatan dan pengolahan diri dalam manusia, karena xin dalam konsep mencius merupakan organ utama sistem aliran tubuh manusia dan organ pikiran manusia (Shun, 2022). Hal tersbut bukan tanpa dasar, karena mencius melihat seluruh proses kehidupan yang sudah menyimpang dapat diarahkan melalui pengolahan diri yang dilakukan oleh pikiran hati (Xin) menuju jalan yang sebenarnya. Meng Zi dalam pemikirannya juga fokus terhadap hal mengenai Illahi, organisasi politik, kodrat manusia serta  jalan yang ditempuh manusia guna mengembangkan dirinya yang semuanya berawal dan berakhir pada pikiran hati (Xin).

  • Kodrat Manusia: Baik

Meng Zi memiliki pandangan yang positif terhadap manusia, menurutnya hakikat manusia adalah baik. Ini menjawab pandangan bahwa manusia itu netral atau jahat. Manusia dalam pandangan Meng Zi secara hakikatnya seseorang yang berbuat baik didorong kesadarannya yang terdalam terhadap kodratnya, dan kejahatan apabila terjadi berarti seorang manusia telah menyalahi kodratnya atau lupa hakekat dirinya yang sesungguhnya (Liu, 2009). Meng Zi mencontohkan bagaimana seorang anak kecil yang tidak mengerti apa-apa dan secara tiba-tiba hendak terjatuh ke dalam sumur, maka setiap orang yang melihatnya pasti akan tergerak hatinya untuk menyelamatkan anak tersebut tanpa menghiraukan siapa anak kecil itu. Karena menurut Meng Zi, kebaikan merupakan sesuatu yang sepenuhnya sesuai dengan kodrat manusia.

Meng Zi juga berpendapat bahwa manusia memiliki keutamaan moral yang tertanam dalam dirinya atau watak sejati manusia (Xing), yaitu cinta kasih (Ren), kebenaran (Yi), kesusilaan (Li) dan bijaksana (Ti) dan dapat dipercaya (Xin) (Yu-Lan, 2010). Kelima keutamaan moral tersebut merupakan kecenderungan alamiah yang ada pada diri manusia sejak lahir, dan tidak berasal dari proses yang diajarkan oleh manusai lain (eksternal). Artinya, hal tersebut adalah kodrat atau sifat bawaan yang memang sudah ada di dalam hati manusia dan manusia senantiasa digerakkan untuk mengarah pada kebaikan.

Konsep ini juga memiliki unsur fundamental manusia yaitu perasaan simpati yang berdasar rasa kemanusiaan (Ren), perasaan malu dan segan yang berdasar rasa kebenaran (Yi), perasaan rendah hati dan kerelaan yang berdasar rasa kesusilaan (Li), dan perasaan benar dan salah yang berdasar rasa kebijaksanaan (Ti). 

Menurut Meng Zi  ketika manusia bisa menjalankan empat unsur fundamental maka seorang manusia dapat dikatakan menjadi "manusia" yang seutuhnya (Yu-Lan, 2010). Hal ini juga menjadi dasar kebajikan yang tetap dalam diri manusia dan tumbuh di manusia itu sendiri. Hal ini juga yang menjadikan perbedaan antara manusia dengan binatang. Secara aliran pemikiran, hal ini membedakannya dengan aliran Mohist (Utilitarianisme) yang mengatakan bahwa manusia dalam hidupnya harus mengembangkan dirinya agar dapat bermanfaat bagi masyarakat serta bagi diri sendiri. Bila hal ini tidak dilakukan oleh manusia, maka akan muncul kekacauan yang pada akhirnya merugikan dirinya sendiri.

Sesungguhnya, perbedaan manusia dengan binatang sangat tipis didalam pandangan mencius, dan hanya ditentukan oleh pikiran manusia. Maksud dari pendapat tersebut adalah manusia sebagai makhluk yang sempurna tentu dibekali dengan pikiran yang mampu digunakan untuk bernalar dan hal tersebut yang membedakan dengan binatang yang hanya diberikan pikiran saja namun tidak memiliki nalar melainkan insting, hal tersebut menjadi tipis perbedaannya karena manusia memiliki hak prerogatif untuk menggunakan nalar yang diberikan oleh tuhan didalam proses kehidupannya sehingga terjadi kodrat yang seharusnya baik bukan tidak mungkin akan berkebalikan dengan fakta yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

  • Sumber Kebaikan: Hati (Hsin)

Dalam mencius hati memiliki 2 fungsi, yaitu fungsi kepekaan dan fungsi menalar. Berikut adalah penjelasannya menurut Meng Zi (Ivanhoe, 2017):

  • Hati yang peka (Merasakan)

Manusia harus memiliki rasa simpati dan belarasa terhadap penderitaan orang lain. Hati yang peka ini juga menjadi landasan bagi pengembangan masyarakat. Dalam hal ini, masyarakat yang beradab tetntu tidak hanya bergantung pada sistem politik dan hukum saja tetapi juga pada kualitas hati manusia.

  • Hati yang menalar (Reflektif)

Konsep ini dijelaskan bahwa hati yang menalar berarti hati yang reflektif. Artinya, hati yang reflektif mampu mengantar seseorang untuk menyadari dan masuk kedalam kodratnya sebagai manusia. Refleksi yang dilakukan membuat manusia mampu menalar pilihan yang baik dari yang jahat dan memutuskan pilihannya. Dalam konsep ini juga dijelaskan, kehancuran seorang individu atau suatu masyarakat dapat terjadi karena kurang merefleksikan dirinya.

  • Mengendalikan Kodrat Emosional & Kemampuan Rasional

Dokpri
Dokpri

Meng Zi dalam penjelasannya memiliki 2 dimensi yaitu emosional dan rasional dengan penjelasan sebagai berikut (Ivanhoe, 2017):

  • Pertama, jika kemampuan rasional seorang manusia kuat, maka kekuatan tersebut dapat mengendalikan kodrat emosional.
  • Kedua, jika kodrat atau pembawaan emosional seorang manusia kuat, maka kekuatan tersebut akan mengambil alih peranan kemampuan rasional.
  • Ketiga, kodrat emosional harus dapat dikendalikan sehingga tidak menjelma menjadi kekuatan amoral dan sebaliknya akan menjadi kekuatan moral, tetapi tidak dapat ditindas. Sehingga, perlu kerja dari kemampuan rasional
  • Keempat, agar kemampuat rasional dapat bekerja optimal maka seseorang tidak memiliki keinginan terlalu banyak dan berhasrat berlebihan terhadap sesuatu.
  • Mengapa kejahatan terjadi?

Dokpri
Dokpri

Kejahatan muncul akibat manusia yang tidak berpikir, hal tersebut dikarenakan manusia membiarkan pendengaran dan penglihatan yang dimilikinya dikaburkan atas hal-hal yang terjadi di dunia ini. Manusia ketika melihat dunia luar melalui indera yang dimilikinya akan mendapatkan pilihan mengenai jalan yang baik dan buruk serta kebebasan untuk memilih jalan mana yang akan diambil, entah menjadi manusia yang memiliki penalaran untuk digunakan atau memilih pilihan yang diambil hanyalah menggunakan insting saja layaknya binatang. Analisis Mencius secara sederhana menjelaskan tiga faktor yang menjadi alasan terjadinya kejahatan dalam kehidupan manusia:

  • Pertama, kejahatan dapat terjadi karena pengaruh lingkungan sosial.
  • Kedua, kejahatan dapat terjadi karena orang menyangkal atau menolak kebaikan kodrati yang ada dalam dirinya.
  • Ketiga, seseorang kurang merefleksikan diri sehingga ia semakin tidak mengenal kebaikan yang ada dalam dirinya.

Dokpri
Dokpri

Meng Zi menjelaskan bahwa kejahatan yang dilakukan oleh manusia memang memiliki kontradiksi dengan apa yang terjadi dengan tindakan kesehariannya, dimana manusia memiliki kodrat baik namun dalam kehidupan seharinya melakukan kejahatan namun bagi Meng Zi kodrat manusia tetaplah baik dan hal tersebut adalah kesalahan moral manusia dan bukan pada potensi manusia tersebut, dapat dikatakan bahwa manusia dasarnya memang sama sehingga Meng Zi melihat manusia kedalam dua unsur yaitu diri manusia yang agung (Dati) dan diri manusia yang kecil (Xiaoti). Lantas, bagaimana kesalahan yang terjadi pada moral manusia sehingga menimbulkan kejahatan adalah sebagai berikut (Feng, 2016):

  • Pertama, manusia mematikan keutamaan moralnya. Maksudnya adalah kejahatan yang dilakukan oleh manusia sejatinya terjadi karena manusia itu sendiri yang mematikan keutamaan-keutamaan moral yang ada dalam dirinya.
  • Kedua, kesibukan manusia dalam pemenuhan hasrat material seperti kekuasaan, seksualitas, harta dan lain sebagainya yang seringkali menjauhkan manusia pada kecenderungan berbuat baik.
  • Ketiga, manusia memang sengaja untuk mengingkari kodrat kebaikannya dengan berulangkali dan melakukan perbuatan jahat secara sadar.
  • Keempat, kejahatan yang dilakukan manusia terjadi karena kelemahan dorongan untuk berbuat baik yang ada pada manusia tersebut.

Seorang individu memang tidak bisa dilepaskan dari lingkungan dimana individu tersebut berada. Jika lingkungan yang ada disekitarnya mengajarkan dan mendukung untuk berbuat baik maka individu tersebut akan berbuat baik dan begitupula sebaliknya. Manusia memang memiliki kodrat yang baik dalam filosofi Meng Zi (Mencius) namun kodrat tersebut secara lambat laun akan terfosilkan apabila seorang individu mengkhendaki untuk berkhianat terhadap kodrat yang sudah dimilikinya, sehingga seorang individu tentu harus mengembangkan perbuatan baik dalam kehidupan sehari-harinya yang senantiasa membawanya pada hal-hal kebaikan.

  • Pandangan Filosofi tentang Manusia dan Politik

Mencius yang memiliki pandangan mengenai manusia juga memiliki pendapat yang sama terhadap sebuah negara, karena menurutnya negara haruslah menjadi lembaga pengembang moral bagi masyarakat karena hal tersebut akan menumbuhkan hal-hal baik sehingga masyarkat dapat memahami hakekat manusia serta moralitas di masyarakat tumbuh secara optimal. Melalui konteks tersebut Meng Zi juga memandang penguasa sebagai pemimpin moral sebuah negara, karena kewajiban yang dibebankan untuk menumbuhkan moralitas di masyarakat melalui sistem kepemimpinannya dan kebijakan yang dibuat menjadikan penguasa menjadi contoh bagi masyarakatnya. Oleh karena tersebut, salah satu jalan yang enting untuk dilakukan oleh seorang penguasa adalah bertindak bijaksana. Mancius memiliki dua pandangan terkait jenis pemerintahan, yaitu sebagai berikut:

  • Pemerintahan yang dapat merebut hati rakyat, pemerintahan jenis ini bisa dibangun dengan proses pemilihan raja dilakukan oleh rakyat. Artinya kepentingan rakyat ditekankan dalam jenis pemerintahan ini.
  • Pemerintahan yang diperoleh melalui jalan kekerasan, dalam sistem ini dijelaskan bahwa sistem yang dilakukan oleh pemerintahan adalah diktator, artinya pemerintah melakukan tekanan-tekanan kepada masyarakat, membatasi kebebasan serta gerak hidup masyarakat didalam sistem sebuah negara. Hal ini disimpulkan oleh Meng Zi karena di China dalam sejarahnya selalu melakukan kekerasan apabila berganti dinasti.

Pandangan ini berbeda dengan konfusius karena mengalami pengembangan yang dilakukan oleh Meng Zi, dimana pandangan konfusius lebih banyak menempatkan rakyat sebagai objek kekuasaan, namun Mencius memandang bahwa rakyat merupakan unsur terpenting dari sebuah negara meskipun rakyat dalam hal ini tetaplah memiliki kedudukan sebagai pihak yang diatur dan dikuasai oleh penguasa, namun perbedaannya adalah rakyat memiliki hak untuk mengontrol penguasanya. Dalam pandangan konfusius raja memanglah harus bertindak sebagai raja namun dalam mencius memandang bahwa rakyat juga memiliki hak untuk melakukan revolusi kepada penguasanya bahkan apabila terjadi pembunuhan terhadap penguasa yang dilakukan oleh rakyat karena melakukan proses revolusi, alasan yang digunakan tidak lagi bukan lagi pembunuhan terhadap seorang penguasa, alasan yang digunakan adalah pembunuhan terhadap seorang manusia biasa, karena apabila seorang raja tidak bersikap selayaknya raja, maka dia bukan lagi seorang raja.

Mancius sebagai seorang filsuf di China sering bersinggungan dengan raja, hal ini dikarenakan banyak pola pikirnya yang disampaikan kepada raja. Meng Zi menekankan dalam pemikirannya terhadap pemerintah adalah rakyat sebagai komponen paling penting dari tiap negara dan bukan penguasa. Hal tersebut berdasar memang, karena menurut Meng Zi, penguasa memiliki kewajiban untuk memajukan kesejahteraan rakyatnya, artinya penguasa harus memberikan rakyat penuntun moral dan kondisi yang layak untuk menjalankan hidup.

Meng Zi juga berpendapat bahwa kekuasaan yang dijalani oleh seorang Raja adalah dari Langit, tetapi apabila seorang raja mengabaikan kesejahteraan rakyatnya maka akan kehilangan mandat dari langit dan mengkhianati langit sehingga sangat pantas untuk ditumbangkan, atau dengan kata lain langit melihat seperti rakyat melihat dan langit mendengar seperti rakyat mendengar.

Nasihat Meng Zi ini memang sangat berpengaruh bagi kepemimpinan Raja pada masa itu, dan sangat didukung oleh rakyat China pada masa itu karena banyaknya pertumpahan darah antar dinasti dan kejahatan yang terjadi menjadikan pemikiran Meng Zi terkait moralitas penguasa menjadi poin penting karena berhubungan dengan masyarakat yang dipimpinnya karena menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Sehingga dapat disimpulkan seorang pemimpin adalah mandat yang diberikan kepada rakyat dan bertanggung jawab kepada rakyat pula.

  • Kemanusiaan (Jen) Sebagai Dasar Pemerintahan

Hal ini adalah yang paling dasar yang dilakukan oleh pemerintah adalah melakukan sesuatu dengan pemikiran kemanusiaan (Jen), sehingga Meng Zi menyampaikan pendapat bahwa rakyat harus memilih penguasa yang memiliki sifat kemanusiaan yaitu manusia memiliki keutamaan moral yang tertanam dalam dirinya atau watak sejati manusia (Xing), yaitu cinta kasih (Ren), kebenaran (Yi), kesusilaan (Li) dan bijaksana (Ti) dan dapat dipercaya (Xin) (Yu-Lan, 2010). Sehingga dalam proses menjalankan kekuasaannya murni atas dasar dorongan kemanusiaan yang ada dalam dirinya dan bukan merupakan tekanan-tekanan dari luar sehingga mempengaruhi dalam proses keputusan penguasa yang pada akhirnya berdampak kepada rakyat. Sesuai dengan pendapatnya mengenai kodrat manusia adalah baik, maka seorang penguasa apabila memahami dan menjalankan prinsip keutamaan moral tersebut maka segala tindak kejahatan serta dapat memberikan penyebaran pemahaman kemanusiaan ini secara luas kepada rakyatnya (Richards, 2013).

  • Ekonomi

Meng Zi juga menyinggung bagaimana kebijakan ekonomi dapat mempengaruhi rakyat dan penguasa karena ekonomi yang dikaitkan oleh Meng Zi adalah dengan etika, hal tersebut dicontohkan dengan rakyat yang lapar tentu tidak akan peduli dan sulit diharapkan untuk menjunjung tinggi etika dan bermoral karena pemenuhan bidang primernya belum terpenuhi. Hal tersebut juga menjadi dasar Meng Zi menjelaskan bahwa kesibukan manusia dalam pemenuhan hasrat material seperti kekuasaan, seksualitas, harta dan lain sebagainya yang seringkali menjauhkan manusia pada kecenderungan berbuat baik. Hal tersebut tentu tidak dapat dilihat melalui satu sudut pandang saja, berkaitan dengan moralitas tentu harus diawali oleh kesejahteraan ekonomi.

  • Pendidikan

Mencius dalam pemikirannya tentang manusia dan politik juga banyak bersinggungan dengan hal-hal lain salah satunya adalah pendidikan. Meng Zi berpendapat bahwa pendidikan merupakan bagian yang sangat penting dalam suatu negara dan erat kaitannya mengenai kecerdasan serta moralitas dalam kehidupan bermasyarakat karena dengan pendidikan yang baik maka dapat menekan kejahatan yang ada diri manusia karena proses penanam diri mengenai kodrat manusia sudah disebarluaskan melalui pendidikan ini. Di sisi lain, majunya tingkat kecerdasan dan moral suatu masyarakat juga akan menciptakan iklim yang senantiasa menuntut keadilan, kesejahteraan dan kemakmuran, serta mengusahakannya sepenuh tenaga dengan solidaritas yang tinggi. Secara individu proses ini juga memiliki dampak yaitu menghindarkan kejahatan yang dapat terjadi karena pengaruh lingkungan sosial. Meng Zi juga menjelaskan bahwa pendidikan juga memiliki tujuan, adapun tujuan pendidikan tersebut adalah sebagai berikut:

  • Memelihara kodrat manusia bahwasanya manusia pada dasarnya adalah baik.
  • Memupuk nilai-nilai moral kepada rakyat.
  • Pendidikan akan membuat generasi muda cerdas secara intelektual dan dapat menguasai ilmu pengetahuan serta berbagai keahlian dalam sebuah profesi.
  • Pendidikan melahirkan manusia yang mulia, bahkan Meng Zi berpendapat bahwa seorang manusia haruslah memiliki hati kanak-kanak yaitu ketulusan dalam melakukan sesuatu sekalipun ia telah beranjak tua. Maksud dari pendapat tersebut adalah, seseorang haruslah bertindak berdassrkan pertimbangan-pertimbangan moral dan apa yang dilakukannya selalu berkaitan dengan watak serta kepribadiannya sendiri dan bukan atas dasar pertimbangan untung-rugi maupun atas desakan dari luar.

Pendidikan dalam pandangan mencius juga dilakukan untuk perbaikan moral, berikut ini adalah cara yang dilakukan melalui pendidikan untuk perbaikan moral:

  • Melestarikan kodrat kebaikan dalam diri manusia serta mengendalikan hasratnya.
  • Pendidikan haruslah dapat menggali seseorang untuk mencari perbaikan dirinya didalam diri individu tersebut.
  • Menyesali dan memperbaiki cara, melalui pendidikan yang diberikan makan seorang individu harus dapat mengevaluasi hal-hal yang terjadi didalam hidupnya agar bisa menjadi individu yang lebih baik kedepannya.
  • Pendidikan haruslah dapat mencari kualitas yang hilang dalam diri manusia, karena pada dasarnya manusia memiliki kodrat baik maka hal tersebut harus dicari.
  • Mengembalikan kodrat kebangsawanan jiwa, karena manusia memiliki kodrat baik, sesungguhnya kebaikan manusia adalah hakiki karena hal-hal jahat yang ada pada diri manusia berasal dari perlawan manusia terhadap kodrat baik itu sendiri. Melalui pendidikan, seorang manusia diajarkan untuk menghidupkan lagi kodrat baiknya melalui pemikiran dan tindakan kemanusiaan terhadap manusia lainnya.
  • Tegas dalam menyelesaikan, seorang manusia yang sudah mengetahui permasalahannya, solusi yang harus dilakukan, dan menghidupkan kembali kodratnya sebagai manusia tentu harus juga cakap dalam proses eksekusinya, tegas dalam menyelesaikan disini berarti manusia tidak menunda-nunda sebuah kebaikan yang seharusnya dilakukan dan akhirnya malah melewatkan perencanaan yang sudah dibentuk.
  • Peperangan

Meng Zi sebagai tokoh yang hidup ketika zaman peperangan muncul, memiliki pandangan terhadap peperangan. Meng Zi menentang terjadinya peperangan apabila dilakukan hanya untuk balas dendam saja. Menurutnya, peperangan bisa dimaklumi jika dimaksudkan untuk membebaskan rakyat yang ada di suatu negara yang melakukan perang akibat adanya penderitaan yang terjadi pada negara yang diperangi karena kedhaliman penguasanya, serta peperangan tersebut dimaksudkan untuk menyebarkan sistem pemerintah yang didasarkan atas kebajikan. Perang memang tidak selamanya buruk, bahkan ada perang yang harus dibelai yaitu perang yang adil dan ketrampilan bertempur yang digunakan haruslah menjalankan peperangan yang adil, artinya tidak dilakukan hanya untuk menguasai sebuah wilayah saja, sehingga semangat yang dibawa sebuah pasukan tentara lebih penting dari persenjataan yang dimiliki karena dengan semangat yang dibawa akan membawa solidaritas untuk mencapai tujuan yang direncakan dalam proses perang.

  • Xun Zi

Perkembangan filsafat mengenai moralitas manusia selain oleh Meng Zi juga dilakukan oleh Xunzi, kehadiran pandangan Xunzi membuat pandangan baru dalam filsafat China mengenai kebaikan dan kejahatan seseorang, dimana dalam pemikirannya ia mencoba untuk membangun pemahaman mengenai etika yang berpengaruh tentang manusia tentang siapa dan bagaimana manusia melakukan usaha sebagai proses memahami dirinya. Dalam pandangan yang diberikan, Xunzi memiliki pertentangan pemikiran dengan Meng Zi, khususnya dalam pemikirannya mengenai kodrat manusia. Pemikiran yang berbeda dengan pemikiran Mencius yang melihat kodrat manusia adalah baik, karena Xunzi berpendapat kodrat manusia pada saat dilahirkan adalah jahat. Xunzi dalam penjelasannya, lebih menekankan pada kejahatan indrawi (Feng, 2016) sedangkan mencius memang melihat kodrat yang ada pada diri manusia melalui rasa kemanuasiaan, cinta kasih, solidaritas dan rasa saling menghargai. Sehingga menjadi sangat wajar terjadinya perbedaan pandangan tersebut

  • Rasionalitas dan Naturalitas Manusia

Dokpri
Dokpri

Proses pengembangan teori yang dilakukan oleh Xunzi mengenai rasionalitas dan naturalitas manusia adalah jahat adalah manusia yang memang secara menyeluruh melepaskan dirinya pada idealisme mencius, selain itu Xunzi memang mengkritisi pemikiran yang dibuat oleh Meng Zi terkait kebaikan yang ada pada diri manusia melalui kodrat, karena baginya manusia pada dasarnya adalah jahat dan manusia sendirilah yang menujukkan kejahatan-kejahatan tersebut. Penjelasan Xunzi terkait hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

  • Pertama, manusia pada saat dilahirkan memang sudah memiliki pola pikir untuk mendapatkan keuntungan, dan pada akhirnya menjadi serakah sehingga muncul pertengkaran dan rasa mengalah maupun sopan santun menjadi hilang karena keinginan tersebut.
  • Kedua, pada hakikat yang dimiliki manusia adalah rasa benci dan iri. Hal tersebut terjadi karena kecenderungan kekejaman dan kekerasan akan merajalela didalam kehidupan manusia sehingga rasa kesetiaan dan kehendak baik pun akan hilang.
  • Ketiga, sebagai makhluk yang juga memiliki nafsu, maka manusia akan menggunakan kemampuan tersebut dengan menggunakan indera penglihatan dan pendengaran, sebagai contoh adalah manusia gemar dengan kecantikan dan keindahan yang menjuru kearah negatif sehingga menimbulkan ketidakteraturan pola kehidupan. Dalam perjalanan kehidupan manusia sifat kebenaran (Yi), kesusilaan (Li) akan hilang pula karena tingkah laku yang dilakukan oleh manusia.

Meskipun Xunzi memiliki pandangan bahwa manusia memiliki kodrat jahat, namun baginya kejahatan yang terjadi pada diri manusia tentu akan terjadi apabila tidak melakukan pengolahan diri ke arah yang lebih baik. Sama dengan konsep yang disampaikan oleh Meng Zi, Xunzi pun juga sepakat hal-hal yang bersifat baik akan diperoleh melalui sistem pendidikan yang dijalani. Menurutnya, sistem pendidikan yang baik, akan menentukan pola kehidupan yang baik pula. Karena pendidikan mengarahkan manusia pada sebuah sistem budaya kehidupan yang berkesinambungan dengan sistem penerapan kebaikan dan kebenaran dalam kehidupan. Pemikiran Xunzi ini dikenal pula dengan filsafat budaya. Artinya kehidupan yang terjadi ditentukan berdasarkan tingakan status antarmanusia didalam struktur sosial kemasyarakatan yang memiliki perbedaan mendasar satu sama lain, sehingga pola pembagian kerja dibutuhkan agar tidak saling tumpang tindih dalam bekerja. Manusia tentu tidak lepas dari hal baik dan buruk dalam kehidupan sehingga sistem yang baik diperlukan untuk menekan hal-hal buruk untuk terjadi.

  • Kodrat Manusia: Jahat

Xunzi memang termasuk kedalam tokoh filsafat konfusia

Dokpri
Dokpri
nisme, namun dalam proses berpikir yang dilakukan pandangannya sangatlah berbeda terhadap konfusianisme. Bahkan, pemikiran yang dilakukan oleh Xunzi lebih dekat dengan pandangan Legalis yang sangat bertentangan Konfusianisme (Reksosusilo, 2008). Pandangan kaum legalis terhadap manusia yaitu pada dasarnya jahat. Namun hal yang membedakan Xunzi dengan kaum legalis adalah bagaimana cara membebaskan manusia dari kejahatan tersebut. Karena solusi yang ditawarkan oleh kaum legalis adalah penciptaan kesejahteraan didalam masyarakat untuk menekan kejahatan yang dilakukan oleh manusia adalah dengan otoritas hukum dan negara sedangan Xunzi melalui pendidikan.

Xunzi berpendapat bahwa kodrat jahat ini memang bisa dilepaskan dengan latihan yaitu dapat mencari kualitas yang hilang dalam diri manusia, karena pada dasarnya manusia memiliki kodrat baik maka hal tersebut harus dicari yang mana melalui jalur pendidikan. Hal yang sama dengan apa yang disampaikan melalui pandangan Mencius. Hal tersebut tentu tidak terlepas pengaruh ajaran konfusianisme yang juga didalami oleh Xunzi. Dalam proses hubungannya, Xunzi memposisikan manusia layaknya hubungan langit dan bumi. Hal tersebut didasari atas langit sebagai tempat yang tidak mempengaruhi hidup manusia, melainkan hanya sekedar sistem yang membuat suatu musim berjalan dengan semestinya sesuai dengan aturan atau disebut dengan hukum alam, sedangankan bumi bagi Xunzi adalah tempat hidup manusia layaknya bahan yang harus diolah sehingga dapat memberikan hasil. Xunzi berpendapat dari proses hubungan antara manusia dengan langit dan bumi dapat ditentukan beberapa karakter dari kodrat manusia, yaitu (Feng, 2016):

  • Manusia mendapatkan sesuatu dari hidupnya

Dalam proses penentuan kodrat ini, manusia tentu memiliki kemampuan melalui nalarnya yang digunakan untuk menilai sesuatu sebagai bagian dari kodrat individu tersebut. Dalam penjelasan ini, manusia tentunya tidak hanya mengalaminya didalam dirinya sendiri karena proses perkembangan dan pertumbuhan yang terjadi tidak hanya fisik  namun juga mental yang tumbuh sehingga memegang peranan penting bagi manusia dalam menentukan kodratnya sebagai manusia seutuhnya. Manusia yang mengalami proses ini tentunya juga mampu membawa nilai-nilai positif bagi kehidupan orang lain, karena kodrat manusia pada dasarnya memang memiliki karakter menciptakan atau menjadikan sesuatu.

  • Pengenalan diri yang dibentuk melalui pendidikan

Proses penentuan karakter manusia dapat ditentukan oleh kemampuan seorang manusia dalam membentuk pengenalan dirinya. Manusia tentunya sudah memiliki kemampuan ini sejak lahir, karena proses pengenalan diri sangat erat kaitannya dengan nalar manusia yang biasa disebut dengan akal budi manusia. Berdasarkan penalaran yang dilakukan oleh manusia, maka akan didapatkan hasil berupa kebaikan dalam diri manusia tersebut. Proses pemberian petunjuk dan arahan dalam pengenalan diri melalui pendidikan dapat membuat manusia menjadi pribadi yang lebih bijaksana untuk menanggapi suatu hal. Dengan pembinaan yang baik serta pengenalan diri yang tepat, maka hakikat kejahatan yang memang ada pada diri manusia dapat terkikis dan terdorong menjadi hal-hal yang baik.

  • Mencapai kebaikan dan kebijaksanaan

Proses ini merupakan hal yang dapat menyatukan pemikiran Xunzi dan Mencius, dimana meskipun memiliki pandangan dasar yang berbeda terhadap kodrat dari manusia. Namun, pandangan ini memiliki pendapat yang sama mengenai seseorang yang dapat menjadi manusia bijaksana entah bagaimana pun keadaannya. Kebijkasanaan ini memang merupakan idealitas yang hendak dicapai dalam kodrat manusia yang pada dasarnya jahat menurut Xunzi. Namun, kebijaksanaan ini juga dapat dijadikan patokan untuk melihat manusia  sebagai panutan, hal tersebut karena manusia yang memiliki kebijaksanaanlah yang mamu menguasai dirinya secara penuh.

Berdasarkan pandangan tersebut, maka Xunzi berpendapat bahwa kebijaksanaan merupakan hal yang sulit untuk dicapai tinkatannya, karena hal tersebut harus ada dalam tekad diri manusia untuk melakukan pengenalan dirinya secara dalam sampai pada akhirnya mengolah diri dengan prinsip-prinsip kehidupan. Alur tersebut merupakan hal mutlak untuk dilakukan bagi individu manapun yang ingin dirinya menjadi bijaksana secara individu maupun orang lain.

  • Pengolahan diri yang tekun

Manusia pada saat menyadari bahwa ia adalah makhluk hidup yang tidak bisa beraktivitas maka akan menjadikannya sulit untuk melakukan latihan pengolahan diri. Karena kelebihan yang dimiliki oleh manusia menjadikannya ia sempurna dibandingkan makhluk hidup lainnya, manusia sebagai makhluk yang sempurna tentu dibekali dengan pikiran yang mampu digunakan untuk bernalar dan hal tersebut yang membedakan dengan binatang yang hanya diberikan pikiran saja namun tidak memiliki nalar melainkan insting. Hal tersebut menjadi tipis perbedaannya karena manusia memiliki hak prerogatif untuk menggunakan nalar yang diberikan oleh tuhan didalam proses kehidupannya sehingga terjadi kodrat yang seharusnya baik bukan tidak mungkin akan berkebalikan dengan fakta yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Ketekunan dalam proses pengolahan diri tentu mempermudah manusia dalam tahapan kebijaksanaan diri.

Pada dasarnya memang manusia memiliki dua dimensi yang saling berdampingan yaitu kebaikan dan kejahatan. Dimensi yang ada pada diri manusia ini tentu saling bertentangan, namun dalam praktik kehidupan sehari-harinya, tentu potensi yang berdampingan ini sama-sama memiliki potensi untuk berkembang dalam diri manusia sehingga dimensi kodrat yang terbentuk juga menyesuaikan proses perkembangan yang dilakukan oleh individu tersebut. Apabila seorang individu tidak mengembangkan dan menggali hal-hal baik dalam dirinya maka dimensi kejahatan yang memang berdampingan didalamnya yang akan terus tumbuh dan begitu sebaliknya. Maka, ketekunan manusia dalam menggali diri melalui latihan dan pembelajaran hidup di kesehariannya menjadi enting, dengan proses penggalian yang baik maka hal-hal yang sifatnya jahat akan terhapus dan tergantingan dengan kodrat kebaikan yang terus ditumbuhkan.

Xunzi membuat pandangan ini didasarkan atas kemungkinan manusia atas apa yang hendak dipilihnya ketika proses perjalanan menuju kodrat dilakukan tentunya dengan catatan bahwa tahapan manusia untuk menjadi orang bijaksana dilakukan. Baginya, manusia memang banyak dihadapkan pada kecenderungan-kecenderungan yang sifatnya menyenangkan, namun apabila terus diikuti, maka hal-hal baik yang sudah diolah akan menjadi sirna begitu saja. Manusia yang dilahirkan pada dasarnya dilahirkan dengan keadaan yang memprihatinkan menurun Xunzi, karena apabila sebuah kebaikan sudah diketahui sedari awal dan manusia sempurna adanya ketika dilahirkan maka proses pengembangan diri melalui latihan-latihan untuk mencapai kodrat baik tidak akan dilakukan, padahal segala bentuk kebaikan tidak datang dengan begitu saja. Diperlukan komitmen yang kuat untuk melakukannya, sampai pada akhirnya individu tersebut bisa lepas dari belenggu kejahatan yang menurut Xunzi memang sudah ada pada diri manusia sejak lahir.

  • Kehidupan bersama

Manusia sebagai makhluk sosial tentunya tidak dapat hidup seorang diri, karena manusia perlu organisasi sosial untuk bertahan hidup, alur kehidupan yang ada sangat memungkinkan manusia untuk mendapatkan banyak ancaman. Struktu sosial yang dibentuk oleh manusia juga dapat dijadikan sebagai struktu yang mengarahkan manusia ke arah yang lebih baik. Xunzi juga berpendapat bahwa penanaman nilai dalam kehidupan yang bersama menjadi penting guna kebaikan hidup manusia. Sistem sosial yang dibentuk seperti unsur ekonomi, unsur religius, unsur hukum hingga unsur politik pun diperlukan. Proses menghayati kehidupan yang bersama ini jelas dapat menjadikan seorang indvidu ke arah yang lebih baik. Karena kebijaksanaan yang diperoleh memalui orang lain dengan metode kehidupan bersama ini daat mengikis hakikat dari manusia yang merupakan jahat menurut Xunzi, dapat menjadi baik karena keselarasan dalam kehidupan organisasi sosial yang dibangun bersama ini. Selain itu, kebijaksanaan yang didapatkan oleh manusia dalam bermasyarakat bukan hanya untuk dirinya sendiri, melainkan dapat berguna baik masyarakat lainnya.

  • Prosesi upacara atau ritual

Prosesi upacara yang dimaksud dalam konsep Xunzi ini dipahami memiliki kemampuan untuk membawa manusia menjadi pribadi yang lebih bijaksana, karean didalamnya terdapat praktik yang sifatnya adalah kepercayaan, atau dikenal dengan istilah magis. Xunzi juga berpandangan bahwa hal-hal yang sifatnya upacara maupun ritual ini semakin memperkuat kodrat manusia adalah jahat. Hal tersebut didasari atas keinginan manusia yang secara alur kehidupan ingin baik serta teratur, sehingga upacara yang dilakukan sebagai sebuah metode yang digunakan oleh orang-orang bijak untuk menciptakan lingkungan sosial yang berpegang pada prinsip spiritual serta aturan yang menyangkut kepercayaan maupun sosial sehingga hal tersebut menjadi perhatian penting dalam pandangan Xunzi.

Kegiatan upacara atau ritual ini memang masih erat kaitannya dengan pandangan konfusianisme, yang mana dijelaskan bahwa upacara ini sangatlah memperhatikan perlakuan atas kehidupan serta kematian manusia. Karena hidup yang dipahami sebagai awalan yang dihadapi manusia, sedangkan kematian merupakan proses akhir yang mau tidak mau harus dilakukan oleh manusia. Sehingga, apabila awal dan akhri dalam kehidupan manusia dijalan dengan sebaik mungkin, makan proses kemanusiannya dan karakter-karakter baik yang menjadi kodrat manusia dijalankan dengan sempurna.

Berdasarkan hasil dari penjelasan mengenai pandangan Xunzi terhadap kodrat manusia maka dapat dilihat bahwa hal yang menjadi perhatian Xunzi lebih kepada manusia yang memang secara konseptualnya jahat, namun hal tersebut tidak berlaku secara permanen, artinya melalui proses serta tahapan yang baik, manusia akan memiliki kodrat yang baik pula. Karena kodrat jahat yang disampaikan oleh Xunzi tentu dapat dirubah  dengan memelajari dan menggali potensi diri untuk menjadi individu yang bijak. Xunzi dalam konsepnya diterangkan bahwa, seorang individu harus memiliki kemauan untuk merupah kodrat jahat yang dimilikinya dan bersumber melalui perjalanan kehidupan manusia yaitu sifat kebenaran (Yi), kesusilaan (Li).

Pemikiran Xunzi tentang kodrat manusia yang sesungguhnya, secara tidak langsung menggambarkan bahwa kejahatan yang terjadi pada diri manusia bisa jadi adalah kodrat yang memang sudah ada sejak lahir dan proses kehidupan adalah tempat dimana kodrat tersebut dirubah menjadi arah yag lebih baik. Kebaikan manusia yang bersifat universal bisa dijadikan metode yang baik untuk dilakukan manusia agar lebih bijaksana dalam menjalankan kehidupan. Penulis dalam hal ini juga menyoroti bagaimana pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam menekan hal-hal jahat yang terjadi pada diri manusia. Tulisan ini dapat menjadi gambaran bahws tindak kejahatan memang beragam baik secara dasar maupun faktor.

Daftar Pustaka

Feng, Youlan. (2016). Sejarah Ringkas Falsafah Cina. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.

Ivanhoe. (2017). Ethics in the Confucian Tradition. New York: Columbia University Press.

Liu, Jee Loo. (2009). An Introdustion to Chinese Philosophy. UK: Blackwell Publishing Ltd.

Reksosusilo. (2008). Sejarah Awal Filsafat Timur. Malang: Pusat Publikasi Filsafat Teologi Widya Sasana.

Richards, I. A. (2013). Mencius on the mind: experiments in multiple definition. Routledge.

Shun, K. L. (2022). Mencius and early Chinese thought. In Mencius and Early Chinese Thought. Stanford University Press.

Sung, Winnie. (2016). Mencius and Xunzi on Xing (Human Nature). Philosophy Compass.

Yu-Lan, Fung. (2010). Sejarah Filsafat Cina, terj. John Renaldi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun