Mohon tunggu...
Fepri Septian Widjaya
Fepri Septian Widjaya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Mercu Buana Kranggan, Bekasi. Prodi: Public Relations. NIM: 44219210013. Dosen: Prof. Dr. Apollo, M.Si.Ak.

Mahasiswa Universitas Mercu Buana Kranggan, Bekasi. Prodi: Public Relations. NIM: 44219210013. Dosen: Prof. Dr. Apollo, M.Si.Ak.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

TB2: Episteme Criminal Law pada Kejahatan Manusia

26 Mei 2022   06:20 Diperbarui: 26 Mei 2022   06:40 576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri
Dokpri

Proses pengembangan teori yang dilakukan oleh Xunzi mengenai rasionalitas dan naturalitas manusia adalah jahat adalah manusia yang memang secara menyeluruh melepaskan dirinya pada idealisme mencius, selain itu Xunzi memang mengkritisi pemikiran yang dibuat oleh Meng Zi terkait kebaikan yang ada pada diri manusia melalui kodrat, karena baginya manusia pada dasarnya adalah jahat dan manusia sendirilah yang menujukkan kejahatan-kejahatan tersebut. Penjelasan Xunzi terkait hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

  • Pertama, manusia pada saat dilahirkan memang sudah memiliki pola pikir untuk mendapatkan keuntungan, dan pada akhirnya menjadi serakah sehingga muncul pertengkaran dan rasa mengalah maupun sopan santun menjadi hilang karena keinginan tersebut.
  • Kedua, pada hakikat yang dimiliki manusia adalah rasa benci dan iri. Hal tersebut terjadi karena kecenderungan kekejaman dan kekerasan akan merajalela didalam kehidupan manusia sehingga rasa kesetiaan dan kehendak baik pun akan hilang.
  • Ketiga, sebagai makhluk yang juga memiliki nafsu, maka manusia akan menggunakan kemampuan tersebut dengan menggunakan indera penglihatan dan pendengaran, sebagai contoh adalah manusia gemar dengan kecantikan dan keindahan yang menjuru kearah negatif sehingga menimbulkan ketidakteraturan pola kehidupan. Dalam perjalanan kehidupan manusia sifat kebenaran (Yi), kesusilaan (Li) akan hilang pula karena tingkah laku yang dilakukan oleh manusia.

Meskipun Xunzi memiliki pandangan bahwa manusia memiliki kodrat jahat, namun baginya kejahatan yang terjadi pada diri manusia tentu akan terjadi apabila tidak melakukan pengolahan diri ke arah yang lebih baik. Sama dengan konsep yang disampaikan oleh Meng Zi, Xunzi pun juga sepakat hal-hal yang bersifat baik akan diperoleh melalui sistem pendidikan yang dijalani. Menurutnya, sistem pendidikan yang baik, akan menentukan pola kehidupan yang baik pula. Karena pendidikan mengarahkan manusia pada sebuah sistem budaya kehidupan yang berkesinambungan dengan sistem penerapan kebaikan dan kebenaran dalam kehidupan. Pemikiran Xunzi ini dikenal pula dengan filsafat budaya. Artinya kehidupan yang terjadi ditentukan berdasarkan tingakan status antarmanusia didalam struktur sosial kemasyarakatan yang memiliki perbedaan mendasar satu sama lain, sehingga pola pembagian kerja dibutuhkan agar tidak saling tumpang tindih dalam bekerja. Manusia tentu tidak lepas dari hal baik dan buruk dalam kehidupan sehingga sistem yang baik diperlukan untuk menekan hal-hal buruk untuk terjadi.

  • Kodrat Manusia: Jahat

Xunzi memang termasuk kedalam tokoh filsafat konfusia

Dokpri
Dokpri
nisme, namun dalam proses berpikir yang dilakukan pandangannya sangatlah berbeda terhadap konfusianisme. Bahkan, pemikiran yang dilakukan oleh Xunzi lebih dekat dengan pandangan Legalis yang sangat bertentangan Konfusianisme (Reksosusilo, 2008). Pandangan kaum legalis terhadap manusia yaitu pada dasarnya jahat. Namun hal yang membedakan Xunzi dengan kaum legalis adalah bagaimana cara membebaskan manusia dari kejahatan tersebut. Karena solusi yang ditawarkan oleh kaum legalis adalah penciptaan kesejahteraan didalam masyarakat untuk menekan kejahatan yang dilakukan oleh manusia adalah dengan otoritas hukum dan negara sedangan Xunzi melalui pendidikan.

Xunzi berpendapat bahwa kodrat jahat ini memang bisa dilepaskan dengan latihan yaitu dapat mencari kualitas yang hilang dalam diri manusia, karena pada dasarnya manusia memiliki kodrat baik maka hal tersebut harus dicari yang mana melalui jalur pendidikan. Hal yang sama dengan apa yang disampaikan melalui pandangan Mencius. Hal tersebut tentu tidak terlepas pengaruh ajaran konfusianisme yang juga didalami oleh Xunzi. Dalam proses hubungannya, Xunzi memposisikan manusia layaknya hubungan langit dan bumi. Hal tersebut didasari atas langit sebagai tempat yang tidak mempengaruhi hidup manusia, melainkan hanya sekedar sistem yang membuat suatu musim berjalan dengan semestinya sesuai dengan aturan atau disebut dengan hukum alam, sedangankan bumi bagi Xunzi adalah tempat hidup manusia layaknya bahan yang harus diolah sehingga dapat memberikan hasil. Xunzi berpendapat dari proses hubungan antara manusia dengan langit dan bumi dapat ditentukan beberapa karakter dari kodrat manusia, yaitu (Feng, 2016):

  • Manusia mendapatkan sesuatu dari hidupnya

Dalam proses penentuan kodrat ini, manusia tentu memiliki kemampuan melalui nalarnya yang digunakan untuk menilai sesuatu sebagai bagian dari kodrat individu tersebut. Dalam penjelasan ini, manusia tentunya tidak hanya mengalaminya didalam dirinya sendiri karena proses perkembangan dan pertumbuhan yang terjadi tidak hanya fisik  namun juga mental yang tumbuh sehingga memegang peranan penting bagi manusia dalam menentukan kodratnya sebagai manusia seutuhnya. Manusia yang mengalami proses ini tentunya juga mampu membawa nilai-nilai positif bagi kehidupan orang lain, karena kodrat manusia pada dasarnya memang memiliki karakter menciptakan atau menjadikan sesuatu.

  • Pengenalan diri yang dibentuk melalui pendidikan

Proses penentuan karakter manusia dapat ditentukan oleh kemampuan seorang manusia dalam membentuk pengenalan dirinya. Manusia tentunya sudah memiliki kemampuan ini sejak lahir, karena proses pengenalan diri sangat erat kaitannya dengan nalar manusia yang biasa disebut dengan akal budi manusia. Berdasarkan penalaran yang dilakukan oleh manusia, maka akan didapatkan hasil berupa kebaikan dalam diri manusia tersebut. Proses pemberian petunjuk dan arahan dalam pengenalan diri melalui pendidikan dapat membuat manusia menjadi pribadi yang lebih bijaksana untuk menanggapi suatu hal. Dengan pembinaan yang baik serta pengenalan diri yang tepat, maka hakikat kejahatan yang memang ada pada diri manusia dapat terkikis dan terdorong menjadi hal-hal yang baik.

  • Mencapai kebaikan dan kebijaksanaan

Proses ini merupakan hal yang dapat menyatukan pemikiran Xunzi dan Mencius, dimana meskipun memiliki pandangan dasar yang berbeda terhadap kodrat dari manusia. Namun, pandangan ini memiliki pendapat yang sama mengenai seseorang yang dapat menjadi manusia bijaksana entah bagaimana pun keadaannya. Kebijkasanaan ini memang merupakan idealitas yang hendak dicapai dalam kodrat manusia yang pada dasarnya jahat menurut Xunzi. Namun, kebijaksanaan ini juga dapat dijadikan patokan untuk melihat manusia  sebagai panutan, hal tersebut karena manusia yang memiliki kebijaksanaanlah yang mamu menguasai dirinya secara penuh.

Berdasarkan pandangan tersebut, maka Xunzi berpendapat bahwa kebijaksanaan merupakan hal yang sulit untuk dicapai tinkatannya, karena hal tersebut harus ada dalam tekad diri manusia untuk melakukan pengenalan dirinya secara dalam sampai pada akhirnya mengolah diri dengan prinsip-prinsip kehidupan. Alur tersebut merupakan hal mutlak untuk dilakukan bagi individu manapun yang ingin dirinya menjadi bijaksana secara individu maupun orang lain.

  • Pengolahan diri yang tekun

Manusia pada saat menyadari bahwa ia adalah makhluk hidup yang tidak bisa beraktivitas maka akan menjadikannya sulit untuk melakukan latihan pengolahan diri. Karena kelebihan yang dimiliki oleh manusia menjadikannya ia sempurna dibandingkan makhluk hidup lainnya, manusia sebagai makhluk yang sempurna tentu dibekali dengan pikiran yang mampu digunakan untuk bernalar dan hal tersebut yang membedakan dengan binatang yang hanya diberikan pikiran saja namun tidak memiliki nalar melainkan insting. Hal tersebut menjadi tipis perbedaannya karena manusia memiliki hak prerogatif untuk menggunakan nalar yang diberikan oleh tuhan didalam proses kehidupannya sehingga terjadi kodrat yang seharusnya baik bukan tidak mungkin akan berkebalikan dengan fakta yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Ketekunan dalam proses pengolahan diri tentu mempermudah manusia dalam tahapan kebijaksanaan diri.

Pada dasarnya memang manusia memiliki dua dimensi yang saling berdampingan yaitu kebaikan dan kejahatan. Dimensi yang ada pada diri manusia ini tentu saling bertentangan, namun dalam praktik kehidupan sehari-harinya, tentu potensi yang berdampingan ini sama-sama memiliki potensi untuk berkembang dalam diri manusia sehingga dimensi kodrat yang terbentuk juga menyesuaikan proses perkembangan yang dilakukan oleh individu tersebut. Apabila seorang individu tidak mengembangkan dan menggali hal-hal baik dalam dirinya maka dimensi kejahatan yang memang berdampingan didalamnya yang akan terus tumbuh dan begitu sebaliknya. Maka, ketekunan manusia dalam menggali diri melalui latihan dan pembelajaran hidup di kesehariannya menjadi enting, dengan proses penggalian yang baik maka hal-hal yang sifatnya jahat akan terhapus dan tergantingan dengan kodrat kebaikan yang terus ditumbuhkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun