Mohon tunggu...
Fepri Septian Widjaya
Fepri Septian Widjaya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Mercu Buana Kranggan, Bekasi. Prodi: Public Relations. NIM: 44219210013. Dosen: Prof. Dr. Apollo, M.Si.Ak.

Mahasiswa Universitas Mercu Buana Kranggan, Bekasi. Prodi: Public Relations. NIM: 44219210013. Dosen: Prof. Dr. Apollo, M.Si.Ak.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

TB2: Episteme Criminal Law pada Kejahatan Manusia

26 Mei 2022   06:20 Diperbarui: 26 Mei 2022   06:40 576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sesungguhnya, perbedaan manusia dengan binatang sangat tipis didalam pandangan mencius, dan hanya ditentukan oleh pikiran manusia. Maksud dari pendapat tersebut adalah manusia sebagai makhluk yang sempurna tentu dibekali dengan pikiran yang mampu digunakan untuk bernalar dan hal tersebut yang membedakan dengan binatang yang hanya diberikan pikiran saja namun tidak memiliki nalar melainkan insting, hal tersebut menjadi tipis perbedaannya karena manusia memiliki hak prerogatif untuk menggunakan nalar yang diberikan oleh tuhan didalam proses kehidupannya sehingga terjadi kodrat yang seharusnya baik bukan tidak mungkin akan berkebalikan dengan fakta yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

  • Sumber Kebaikan: Hati (Hsin)

Dalam mencius hati memiliki 2 fungsi, yaitu fungsi kepekaan dan fungsi menalar. Berikut adalah penjelasannya menurut Meng Zi (Ivanhoe, 2017):

  • Hati yang peka (Merasakan)

Manusia harus memiliki rasa simpati dan belarasa terhadap penderitaan orang lain. Hati yang peka ini juga menjadi landasan bagi pengembangan masyarakat. Dalam hal ini, masyarakat yang beradab tetntu tidak hanya bergantung pada sistem politik dan hukum saja tetapi juga pada kualitas hati manusia.

  • Hati yang menalar (Reflektif)

Konsep ini dijelaskan bahwa hati yang menalar berarti hati yang reflektif. Artinya, hati yang reflektif mampu mengantar seseorang untuk menyadari dan masuk kedalam kodratnya sebagai manusia. Refleksi yang dilakukan membuat manusia mampu menalar pilihan yang baik dari yang jahat dan memutuskan pilihannya. Dalam konsep ini juga dijelaskan, kehancuran seorang individu atau suatu masyarakat dapat terjadi karena kurang merefleksikan dirinya.

  • Mengendalikan Kodrat Emosional & Kemampuan Rasional

Dokpri
Dokpri

Meng Zi dalam penjelasannya memiliki 2 dimensi yaitu emosional dan rasional dengan penjelasan sebagai berikut (Ivanhoe, 2017):

  • Pertama, jika kemampuan rasional seorang manusia kuat, maka kekuatan tersebut dapat mengendalikan kodrat emosional.
  • Kedua, jika kodrat atau pembawaan emosional seorang manusia kuat, maka kekuatan tersebut akan mengambil alih peranan kemampuan rasional.
  • Ketiga, kodrat emosional harus dapat dikendalikan sehingga tidak menjelma menjadi kekuatan amoral dan sebaliknya akan menjadi kekuatan moral, tetapi tidak dapat ditindas. Sehingga, perlu kerja dari kemampuan rasional
  • Keempat, agar kemampuat rasional dapat bekerja optimal maka seseorang tidak memiliki keinginan terlalu banyak dan berhasrat berlebihan terhadap sesuatu.
  • Mengapa kejahatan terjadi?

Dokpri
Dokpri

Kejahatan muncul akibat manusia yang tidak berpikir, hal tersebut dikarenakan manusia membiarkan pendengaran dan penglihatan yang dimilikinya dikaburkan atas hal-hal yang terjadi di dunia ini. Manusia ketika melihat dunia luar melalui indera yang dimilikinya akan mendapatkan pilihan mengenai jalan yang baik dan buruk serta kebebasan untuk memilih jalan mana yang akan diambil, entah menjadi manusia yang memiliki penalaran untuk digunakan atau memilih pilihan yang diambil hanyalah menggunakan insting saja layaknya binatang. Analisis Mencius secara sederhana menjelaskan tiga faktor yang menjadi alasan terjadinya kejahatan dalam kehidupan manusia:

  • Pertama, kejahatan dapat terjadi karena pengaruh lingkungan sosial.
  • Kedua, kejahatan dapat terjadi karena orang menyangkal atau menolak kebaikan kodrati yang ada dalam dirinya.
  • Ketiga, seseorang kurang merefleksikan diri sehingga ia semakin tidak mengenal kebaikan yang ada dalam dirinya.

Dokpri
Dokpri

Meng Zi menjelaskan bahwa kejahatan yang dilakukan oleh manusia memang memiliki kontradiksi dengan apa yang terjadi dengan tindakan kesehariannya, dimana manusia memiliki kodrat baik namun dalam kehidupan seharinya melakukan kejahatan namun bagi Meng Zi kodrat manusia tetaplah baik dan hal tersebut adalah kesalahan moral manusia dan bukan pada potensi manusia tersebut, dapat dikatakan bahwa manusia dasarnya memang sama sehingga Meng Zi melihat manusia kedalam dua unsur yaitu diri manusia yang agung (Dati) dan diri manusia yang kecil (Xiaoti). Lantas, bagaimana kesalahan yang terjadi pada moral manusia sehingga menimbulkan kejahatan adalah sebagai berikut (Feng, 2016):

  • Pertama, manusia mematikan keutamaan moralnya. Maksudnya adalah kejahatan yang dilakukan oleh manusia sejatinya terjadi karena manusia itu sendiri yang mematikan keutamaan-keutamaan moral yang ada dalam dirinya.
  • Kedua, kesibukan manusia dalam pemenuhan hasrat material seperti kekuasaan, seksualitas, harta dan lain sebagainya yang seringkali menjauhkan manusia pada kecenderungan berbuat baik.
  • Ketiga, manusia memang sengaja untuk mengingkari kodrat kebaikannya dengan berulangkali dan melakukan perbuatan jahat secara sadar.
  • Keempat, kejahatan yang dilakukan manusia terjadi karena kelemahan dorongan untuk berbuat baik yang ada pada manusia tersebut.

Seorang individu memang tidak bisa dilepaskan dari lingkungan dimana individu tersebut berada. Jika lingkungan yang ada disekitarnya mengajarkan dan mendukung untuk berbuat baik maka individu tersebut akan berbuat baik dan begitupula sebaliknya. Manusia memang memiliki kodrat yang baik dalam filosofi Meng Zi (Mencius) namun kodrat tersebut secara lambat laun akan terfosilkan apabila seorang individu mengkhendaki untuk berkhianat terhadap kodrat yang sudah dimilikinya, sehingga seorang individu tentu harus mengembangkan perbuatan baik dalam kehidupan sehari-harinya yang senantiasa membawanya pada hal-hal kebaikan.

  • Pandangan Filosofi tentang Manusia dan Politik

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun