Mohon tunggu...
Fepri Septian Widjaya
Fepri Septian Widjaya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Mercu Buana Kranggan, Bekasi. Prodi: Public Relations. NIM: 44219210013. Dosen: Prof. Dr. Apollo, M.Si.Ak.

Mahasiswa Universitas Mercu Buana Kranggan, Bekasi. Prodi: Public Relations. NIM: 44219210013. Dosen: Prof. Dr. Apollo, M.Si.Ak.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

K09_Teodesi Kejahatan Leibniz dan Hume

18 Mei 2022   02:02 Diperbarui: 18 Mei 2022   02:04 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ketentuan ini tentu bergerak terus menurus dan tidak menutup kemungkinan mengakibatkan penderitaan didalam kehidupan. Apa yang disampaikan oleh Leibniz tentu dapat dipahami secara jelas bertitik pada satu tujuan, yaitu untuk membela kodrat Allah secara teoritis dihadapan sebuah penderitaan. 

Tentu motif pembelaan ini semata-mata hanya mengamankan posisi iman dari pemahaman yang mengklaim bahwa ketika Allah ada maka penderitaan tidak mungkin terjadi.

  • Teodesi Kejahatan David Hume

David Hume merupakan salah satu tokoh metodologi empirisme yang memiliki pemikiran skeptisme terhadap konsep agama dan tuhan, berbeda dengan Leibniz. Hume banyak melakukan kritik terhadap pemikiran mengenai pandangan rasionalisme bahwa seluruh realitas yang terjadi terdapat unsur yang saling berhubungan, pemikiran religius serta substansi dari realitas yang dianut oleh para pemikir empiris (meyakini bahwa sumber utama pengetahuan adalah pengalaman inderawi).

Hume berpendapat dalam konsep kausalitas tentu sebab-akibat yang terjadi dialam sebuah kasus sama sekiali tidak bisa dipastikan dan konsep kausalitas sendiri lebih banyak didasari atas kebingungan dariada kejernihan. 

Hume memang mengakui bahwa setiap eristiwa memiliki hubungan yang satu dengan lainnya, namun hubungan itu tidak serta merta disimpulkan sebagai kausalitas. 

Karena bagi Hume, hal yang bisa dilihat hanyalah urutan peristiwa dan bukan kausalitas, karena konsep kausalitas tidak bisa dipastikan karena engamatan yang dilakukan tidak bisa dilakukan secara langsung. Bahkan, Hume pernah berpendapat bahwa kausalitas yang dipercayai oleh manusia adalah kausalitas sebagai kepercayaan naif (animal faith).

Hume dalam pemikiran religius juga memiliki pandangan mengenai orang yang beragama haruslah menggunakan cara berpikir skeptisisme yang sehat, maksudnya adalah berpikir yang meragukan hal yang sifatnya mitologis dan takhayul dari agama, karena agama harus dikembalikan pada karakternya yaitu rasional dan empiris. 

Hume juga bersikap skeptis terhadap adanya mukjizat, karena baginya mukjizat tidak pernah disaksikan oleh orang-orang cerdas dan ia meyakini bahwa manusia memang menyukai peristiwa yang sifatnya sensasional, salah satunya adalah mukjizat. Namun hal itu sama sekali tidak membuktikan bahwa mukjizat itu sesuatu yang nyata.

Selanjutnya, Hume berpendapat bahwa mukjizat terjadi karena ilmu pengetahuan belum berkembang, sehingga kepercayaan terhadap mukjizat tentu hanya menjadi obyek pikiran orang yang sempit dan picik. Hume juga mengkritik bagaimana agama berlomba-lomba untuk menjadikan mukjizat yang dipahami oleh golongannya adalah paling benar. 

Terakhir, Hume berpendapat bahwa ketika seseorang melakukan penelitian yang intensif terhadap mukjizat, maka akan semakin besar untuk mendapat kesimpulan bahwa mukjizat hanyalah sebuah tafsir subyektif dari orang-orang yang ingin memperkenalkan agama baru.

Pemikir rasionalis akan meyakini bahwa realitas adalah sebuah subtansi. Karena realitas merupakan kesatuan yang bersifat utuh dan mutlak sehingga kesan yang muncul terjadi ketika seseorang mulai mengamati sesuatu secara detail, dengan didasarkan pada kesan, maka kesatuan atau substansi tidak lebih dari khayalan manusia semata. Secara sederhana, substansi merupakan kumpulan persesepsi sematan, jadi seluruh realitas adalah kumpulan persepsi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun