Mohon tunggu...
Pepih Nugraha
Pepih Nugraha Mohon Tunggu... Jurnalis - Bergabung selama 26 tahun dengan Harian Kompas sejak 1990 hingga 2016.

Gemar catur dan mengoleksi papan/bidak catur. Bergabung selama 26 tahun dengan Harian Kompas sejak 1990 hingga 2016. Setelah menyatakan pensiun dini, hari-hari diisi dengan membaca, menulis, mengajar, dan bersosialisasi. Menulis adalah nafas kehidupan, sehingga baru akan berhenti menulis saat tidak ada lagi kehidupan. Bermimpi melahirkan para jurnalis/penulis kreatif yang andal. Saat ini mengelola portal UGC politik https://PepNews.com dan portal UGC bahasa Sunda http://Nyunda.id Mengajar ilmu menulis baik offline di dalam dan luar negeri maupun mengajar online di Arkademi.com.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kekuatan Bahasa

26 Juli 2022   07:47 Diperbarui: 26 Juli 2022   11:51 581
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Created by the poor stolen by the rich mulanya tertulis dalam banner yang dikibarkan pecinta sepakbola (PHOTO: FETHI BELAID FOR L'AFP via Vice.com)

Makna di balik "created by the poor stolen by the rich" lebih ditekankan pada fakta bahwa hal yang dulunya dianggap kecil yang dibesarkan oleh masyarakat kalangan bawah (poor), belakangan dicuri oleh mereka yang kaya (rich).

Apakah slogan "created by the poor stolen by the rich" itu bisa diletakkan dalam konteks pasangan Baim Wong dan Paula yang digambarkan media massa sebagai "gercep" (gerak cepat, bukan gerak cepot) mendaftarkan Citayam Fashion Street (CFS) atau Citayam Fashion Week (CFW) ke Dirjen HAKI? Tentu bisa.

Kemudian, apakah cara pasangan selebritis kaya (rich) menebar uang sejumlah lima ratus juta rupiah itu semata-mata untuk kepentingan anak-anak Citayam (poor) dan atas dasar "greedy" (tamak) dengan mengklaim bahwa CFS/CFW itu sebagai hak milik mereka berdua?

Silakan pertanyaan di atas disampaikan kepada Baim Wong dan Paula, kelak akan tergambar maksud dan tujuan dari jawaban mereka.

Mungkin ada baiknya kita tidak langsung nyinyir dan berpurbasangka, mana tahu aksi "gercep" pasangan ini mendatangi Dirjen HKI justru untuk kepentingan anak-anak SCBD (Sudirman Citayam Bojonggede Depok) pencipta ruang terbuka berupa "catwalk" jalanan, yaitu mempatenkan CFS/CFW sebagai milik anak-anak SCBD, bukan milik Baim Wong dan Paula. Bukankah ini usaha yang mulia?

Barulah jika ternyata Baim Wong dan Paula mengklaim CFS/CFW hanya sebagai milik mereka berdua dengan cara mematenkannya secara hukum, Anda boleh menggunakan kalimat "created by the poor, stolen by rich" untuk Baim Wong dan Paula.

Kalau toh telinga Baim Wong dan Paula mendadak berdengung dan panas akibat banyaknya orang bergunjing, ya harus diterima sebagai suatu kewajaran jika memang ada niat tersembunyi di balik kebaikan itu. Sebab lazim terjadi dalam praxis, jika hukuman legal formal sudah tumpul, maka berlakulah hukuman sosial yang sangat tajam.

Ini yang sesungguhnya bikin perut mual disertai kepala pusing, bukan sekadar panas kuping.

Benarkah demikian?

Tanya Baim Wong dan Paula dong!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun