Minimnya buku mengenai bagaimana cara menulis sosok atau menulis biografi, justru menantang saya menulis buku yang kemudian saya kasih judul "Menulis Sosok: Secara Inspiratif, Menarik, Unik", diterbitkan oleh Penerbit Buku Kompas (PBK), beberapa tahun lalu.
Sampai sekarang buku itu masih dicari banyak orang yang ingin tahu rahasia menulis biografi, sementara PBK sudah tidak menerbitkannya lagi.
Apa yang saya lakukan saat menulis buku itu tanpa buku referensi yang memadai di tangan? Tidak harus mati gaya, saya menulisnya berdasarkan pengalaman saya sendiri saja, saat saya menulis puluhan biografi untuk Harian Kompas. Bukankah pengalaman itu yang paling berharga daripada segudang teori?
Dari pengalaman saya menulis biografi itulah, saya ingin berbagi dua hal penting saja, dari mana memulai menulis sosok yang menampar kesadaran pertama saat mereka aliena pertama.
Konon kata sejumlah penulis yang saya kenal, membuka tulisan biografi itu harus memberi tahu atau memberi pemahaman kepada pembaca untuk apa biografi ditulis, misalnya untuk memberi inspirasi atau dijadikan teladan bagi sapa saja. Tetapi, saya punya rumusan yang berbeda. Pada hampir semua biografi yang saya tulis, saya selalu (sebisa mungkin) menampilkan dua hal penting.
Dua hal penting yang saya temukan dalam perjalanan saya menulis sosok itu adalah DRAMATIS dan TURNING POINT.
Boleh jadi kamu bertanya, "Apakah hanya unsur dua itukah?" Saya jawab, "Ya untuk sementara, itu saja dulu, sebab dua unsur itu merupakan saripati penulisan biografi dan dua unsur itu pasti dialami semua orang, bukan?"
Ingin saya kemukakan di sini, dari sisi pembaca sesungguhnya mereka ingin mengetahui dua unsur penting itu saat membaca biografi, yaitu unsur dramatis dan turning point.
- Begini, Kang... apakah saat menulis biografi saya harus selalu memperhatikan dua unsur itu?
+ Yaaaa, sebab itu unsur yang pertama-tama sekaligus paling utama.
- Kalau menulis tanpa dua unsur itu, maksudku tanpa unsur dramatis dan turning point?