"Berdampak" (Impact) sebagai salah satu Nilai Berita, juga menjadi ukuran apakah berita peristiwa itu layak di-HL-kan di halaman 1 atau cukup berita tanpa foto di halaman 15, sebagaimana yang ditempuh harian Kompas edisi Senin, 3 Desember 2018.Â
Dampak di sini harus selalu berkaitan dengan kepentingan orang banyak.
Nah, mengukur dampak itu sederhana, cukup dengan pertanyaan asumtif. Misalnya, apa dampak Reuni 212 itu buat masyarakat luas?Â
Apakah kalau berita peristiwa itu  dimuat sebagai berita utama akan menjadikan kesejahteraan masyarakat menurun atau malah sebaliknya.Â
Apakah jalannya kendaraan pemerintah  terguncang dan roda-rodanya macet?
Setiap jawaban asumtif atas pertanyaan itu akan mempengaruhi kebijakan redaksional (newsroom) dalam menentukan pilihannya.Â
Jika jawabannya tidak berdampak sama sekali terhadap jalannya roda pemerintahan dan perekonomian rakyat tidak terganggu, sementara masyarakat bersama TNI/Polri adem ayem saja menanggapinya, maka peristiwa itu tidak berdampak terhadap sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara lainnya.
Untuk contoh kontrasnya, pemberlakukan nomor kendaraan roda empat ganjil genap akan berdampak bagi warga Jakarta yang biasa masuk ke jalan-jalan protokol Jakarta. Atau, pelemahan rupiah jelas berdampak bagi masyarakat luas.
Apakah Reuni 212 berdampak bagi masyarakat luas khususnya pembaca harian Kompas?
Satu-satunya Nilai Berita yang mungkin disoroti Mas Tomi adalah "magnitude" (besaran) atau sementara orang menyebutnya "numbers" (angka-angka).Â
Benar, bahwa massa yang besar, apalagi jumlahnya diklaim antara 8-10 juta orang (artinya hampir seluruh penduduk DKI Jakarta tumplek blek di satu titik), itu punya Nilai Berita.Â