Mohon tunggu...
Pepih Nugraha
Pepih Nugraha Mohon Tunggu... Jurnalis - Bergabung selama 26 tahun dengan Harian Kompas sejak 1990 hingga 2016.

Gemar catur dan mengoleksi papan/bidak catur. Bergabung selama 26 tahun dengan Harian Kompas sejak 1990 hingga 2016. Setelah menyatakan pensiun dini, hari-hari diisi dengan membaca, menulis, mengajar, dan bersosialisasi. Menulis adalah nafas kehidupan, sehingga baru akan berhenti menulis saat tidak ada lagi kehidupan. Bermimpi melahirkan para jurnalis/penulis kreatif yang andal. Saat ini mengelola portal UGC politik https://PepNews.com dan portal UGC bahasa Sunda http://Nyunda.id Mengajar ilmu menulis baik offline di dalam dan luar negeri maupun mengajar online di Arkademi.com.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

[Serial Orba] Tentang 999 "Masjid Pancasila" yang Dibangun Soeharto

18 Desember 2018   06:55 Diperbarui: 19 Desember 2018   08:13 2964
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika suatu waktu kamu menemukan masjid dengan bentuk seperti foto di atas, itulah "Masjid Pancasila".

Tidak ada kubah beton berbentuk bulat lonjong, sebagaimana masjid pada umumnya. Yang ada cungkup tiga susun yang makin ke atas makin kecil dengan bahan genting. Di pucuk atap terdapat lafaz "Allah" dalam tulisan Arab di dalam segi lima. Itulah ciri khasnya.

Corak dan bangunannya boleh dibilang melawan arus dari bentuk-bentuk masjid pada umumnya, yang kebanyakan "berkiblat" ke bentuk masjid di Timur Tengah.

"Masjid Pancasila" ini memiliki desain arsitektur yang khas, yaitu bercungkup susun tiga, sebagaimana corak asitektural masjid khas Nusantara pada masa lalu.

Alasan lain dipilihnya model cungkup itu untuk menghemat biaya tinimbang membuat kubah beton yang dicor menggunakan semen. Konon masjid bercungkup susun tiga merupakan simbol keterikatan antara Islam dengan budaya Nusantara (lokal).

Berbeda dengan masjid yang dibangun pada umumnya yang bercorak Timur Tengah tadi, bentuk "Masjid Pancasila" sama. Ukurannya bisa beda-beda sesuai Tipe, tetapi bentuknya sama. Tipe 15 berukuran 15m x 15m, Tipe 17 ukuran 17m x 17m, dan Tipe 19 ukuran 19m x 19m. Genting masjid kebanyakan bercat hijau atau cokelat. Tetapi itu tadi, semua bentuknya sama dan sebangun.

Tentu saja sang arsitek hanya perlu membuat satu gambar untuk ratusan masjid yang hingga tahun 2009 jumlahnya hampir 1.000 itu. Tepatnya 999. Boleh jadi jumlah "999" punya makna tertentu.

Rinciannya sebagai berikut; kompleks lembaga pendidikan/pondok pesantren 200 unit, kompleks kantor/perumahan Korps Pegawai Republik Indonesia (KORPRI) 159 unit, kompleks kantor/perumahan Angkatan Bersenjata RI 61 unit, dan pemukiman transmigrasi 10 unit.

Sementara di pemukiman masyarakat umum di mana ada lokasi-lokasi yang sulit dicapai atau daerah terpencil karena sangat jauh dari akses transportasi, jumlah masjid yang dibangun sebanyak 569 unit. Total 999 masjid!

Dikenal dengan sebutan "Masjid Pancasila" karena dana untuk membangun masjid itu berasal dari Yayasan Amal Bakti Muslim Pancasila yang biasa disingkat YAMP. Yayasan yang didirikan 17 Februari 1982 itu sepenuhnya atas inisiatif Presiden Soeharto.

Soeharto dikenal sebagai pemilik dan pendiri sejumlah yayasan. YAMP adalah salah satunya. Untuk mendirikan RS Dharmais atau RS Harapan Kita pun Soeharto tidak menggunakan CV atau PT, melainkan dalam bentuk yayasan, padahal ada unsur bisnis di dalamnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun