Mohon tunggu...
Pepih Nugraha
Pepih Nugraha Mohon Tunggu... Jurnalis - Bergabung selama 26 tahun dengan Harian Kompas sejak 1990 hingga 2016.

Gemar catur dan mengoleksi papan/bidak catur. Bergabung selama 26 tahun dengan Harian Kompas sejak 1990 hingga 2016. Setelah menyatakan pensiun dini, hari-hari diisi dengan membaca, menulis, mengajar, dan bersosialisasi. Menulis adalah nafas kehidupan, sehingga baru akan berhenti menulis saat tidak ada lagi kehidupan. Bermimpi melahirkan para jurnalis/penulis kreatif yang andal. Saat ini mengelola portal UGC politik https://PepNews.com dan portal UGC bahasa Sunda http://Nyunda.id Mengajar ilmu menulis baik offline di dalam dan luar negeri maupun mengajar online di Arkademi.com.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Jangan Kalah, Sepeda Saja Internetan!

31 Oktober 2017   13:35 Diperbarui: 31 Oktober 2017   17:59 3441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tampilannya mewakili pria metropolis Eropa, tetapi Benjamin Howes bekerja sebagai Direktur Senior untuk urusan media Internasional di bawah departemen komunikasi perusahaan Huawei di Shenzhen, Tiongkok. Pembawaannya kalem saat menjelaskan produk-produk "software", "hardware", maupun berbagai aplikasi yang dihasilkan perusahaan ICT terbesar di negeri yang dulu berjuluk "Tirai Bambu" itu.

Sepatu dan tas genggamnya dari merek yang sama dengan warna senada, demikian pula sepatu kulit licin yang permukaannya bisa dipakai buat bercermin itu. Howes menjelaskan dalam bahasa Inggris yang sempurna kepada tiga jurnalis Indonesia yang berpakaian kasual ala kadarnya, termasuk saya di dalamnya.

Dia tidak menurunkan tensi profesionalitasnya selaku orang komunikasi yang menguasai media saat harus berhadapan dengan tiga jurnalis "asing" yang berpenampilan ala kadarnya. Maksud saya "casing" luarnya yang apa adanya, yang cukup pakai kaus oblong, kemeja lengan pendek, atau polo shirt sebagaimana yang saya kenakan saat itu. Latar belakangnya memang jurnalis. Jadi semacam "jeruk makan jeruk"-lah saat dia menjelaskan.

Howes juga humoris. Tatkala salah seorang rekan saya memandang sebuah televisi HD berukuran 90 inch bermerek "LG" di sebuah replika ruang keluarga yang menggunakan aplikasi pintar IoT (Internet of Things) yang dikreasi Huawei, Howes pun menghentikan langkahnya. "Ada yang menarik?" tanyanya dengan mata tertuju ke arah rekan jurnalis itu.

"Kenapa Huawei menggunakan televisi merek lain? Tidak bisakah Huawei membuat televisi sendiri?" tanya rekan jurnalis kritis. Di luar dugaan, Howes menjawabnya ringan. "Kuncinya kerjasama dengan pihak ketiga," katanya serius. "Tidak harus semua barang kami bikin sendiri. Yang kami bikin adalah aplikasi pintar yang ditanamkan kepada produk lain dengan pemanfaatan yang maksimal."

Saya tersenyum mendengar jawaban Howes yang terasa "kocak". Kocak karena dia menjelaskannya dengan santai, penuh senyum tetapi tetap serius, bahkan menjelaskannya saat beringsut, berjalan ke arah produk lain.

Ah, ya saya lupa mengungkapkan bahwa saya dan dua jurnalis lain plus Yunny Christine dari Huawei Indonesia, tengah berada di ruang pameran produk-produk terbaru dan tercanggih di kantor pusat Huawei di Shenzhen, Tiongkok. Howes bertugas menjelaskan semua detail, termasuk saat dia berhenti di stan di mana dipajang tiga sepeda genjot (manual), bukan sepeda listrik (seli) apalagi sepeda motor.

Ketiga sepeda itu berwarna jingga kemerah-merahan dengan desain sederhana (simple). Ini bukan sembarang sepeda. Ini adalah sepeda dengan polesan IoT.

"Hei, Guys! Ini tiga buah sepeda. Cantik, bukan?" Howes menjelaskan. "Tapi ini bukan bikinan Huawei loh ya!" Kami mendengar Howes yang serius tapi santai. Kenapa kami tertawa, sebab percakapan ini seoalah-olah lanjutan dari percakapan sebelumnya di depan televisi LG tadi.

Baiklah.... saya ngalor-ngidul berpanjang kata ini sebenarnya ingin menulis dan menjelaskan tentang keberadaan sepeda di Tiongkok. Kebetulan saja Howes memberi jalan.

Foto: Pepih Nugraha
Foto: Pepih Nugraha
Sepeda..??? Barang sederhana itu?? Ya, sepeda, memangnya kenapa!?

Tiga sepeda jingga yang dipamerkan itu hanyalah "jembatan" saja yang menghubungkan fenomena warga Tiongkok bersepeda yang ingin saya tulis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun