Mohon tunggu...
Pepih Nugraha
Pepih Nugraha Mohon Tunggu... Jurnalis - Bergabung selama 26 tahun dengan Harian Kompas sejak 1990 hingga 2016.

Gemar catur dan mengoleksi papan/bidak catur. Bergabung selama 26 tahun dengan Harian Kompas sejak 1990 hingga 2016. Setelah menyatakan pensiun dini, hari-hari diisi dengan membaca, menulis, mengajar, dan bersosialisasi. Menulis adalah nafas kehidupan, sehingga baru akan berhenti menulis saat tidak ada lagi kehidupan. Bermimpi melahirkan para jurnalis/penulis kreatif yang andal. Saat ini mengelola portal UGC politik https://PepNews.com dan portal UGC bahasa Sunda http://Nyunda.id Mengajar ilmu menulis baik offline di dalam dan luar negeri maupun mengajar online di Arkademi.com.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Jangan Berharap Hasil Instan dari Menulis!

17 September 2017   16:20 Diperbarui: 18 September 2017   05:05 3748
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Naluri menulis

Meski saya akan bertugas bukan sebagai jurnalis mewakili perusahaan media, melainkan sebagai KOL mewakili diri saya sendiri, tetap saya tidak main-main menerima undangan ini.

Di satu sisi, boleh saja undangan ini dianggap sebagai refreshing dari kepenatan rutinitas sehari-hari di Jakarta. Tetapi, di sisi lain, ini adalah semacam ujian apakah saya akan memanfaatkan undangan ini sekadar main-main atau saya lakukan secara serius karena ini justru kesempatan baru di mana keajegan saya untuk tetap menulis mendapat ujian paling berat.

Saya memilih yang kedua. Di balik kesempatan ini ada tantangan yang terbuka, saya harus tetap menulis!

Bedanya, jika dulu saya menulis di Harian Kompas atau Kompas.com, saya tidak harus "mati gaya" karena masih tetap bisa menulis di media sosial. Saya bisa menulis di blog sosial yang pernah saya dirikan, Kompasiana, saya bisa menulis di blog atau website pribadi PepNews! (yang keren, menurut saya hahaha...) atau saya bisa menulis di platform tanya-jawab Selasar di mana saya juga ikut mendirikannya. Saya bisa menulis di mana-mana!

KOL atau Key Opinion Leader hanyalah sebutan saja untuk "mendefinisikan" posisi yang bukan jurnalis lagi dan itu saya terima dengan senang hati. Namun, naluri menulis tetap tidak pernah hilang. Sebagai gambaran saat saya diundang beberapa tahun lalu ke luar negeri, saya bisa menulis kunjungan ke negara itu sebagai "catatan perjalanan" yang bersambung sampai belasan serial!

Apa kuncinya? Saya selalu memposisikan diri sebagai "cub reporter", wartawan kemarin sore (yesterday afternoon journalist), yang lincah ke sana-kemari seperti anak singa yang sedang "kumincir" (bahasa Sunda, lincah), haus akan pengetahuan dan selalu ingin tahu apa yang saya lihat. Saya akan mencatatnya dengan detail setiap peristiwa atau benda yang saya jumpai selama perjalanan itu saya. Kemudian saya merangkaikannya dalam sebuah tulisan serial, bila perlu saat itu juga. Saya tidak biasa menunda-nunda proses menulis. Itulah yang biasa saya lakukan.

Kini kesempatan berkunjung ke luar negeri itu datang lagi. Naluri saya menulis tumbuh sebagaimana biasanya, tidak pernah padam. Sebagaimana yang sering saya lakukan, saya harus membaca literatur mengenai negara dan perusahaan atau lembaga di mana saya berkunjung sebagai bekal pengetahuan, supaya tidak o-on dalam bertanya.

Membaca sudah menjadi standar operasional diri yang saya terapkan secara ketat. Maka karena perusahaan teknologi informasi bernama Huawei yang saya kunjungi, saya berusaha mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya, termasuk membaca buku tebal mengenai sejarah perjalanan perusahaan ini hingga menapaki puncak.

Wen Han
Wen Han
Saya bahkan meminta izin untuk berkunjung ke kantor cabang Huawei di Jakarta yang menempati sejumlah lantai di Wisma BRI2 di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta. Dari kunjungan menemui Wen Han, perempuan Tiongkok yang menjadi Direktur Komunikasi Perusahaan Huawei di Jakarta ini saya menjadi tahu bahwa Huawei Indonesia sejak berdiri tahun 2000 sampai sekarang mempekerjakan 2.800-an pekerja di mana 83 persen di antaranya pekerja Indonesia. Saya menemui Wen ditemani Yunny Christine, Deputi Direktur Komunikasi.

Wen yang fasih berbahasa Inggris, selama 30 menit perkenalan lebih dominan bicara mengenai teknolog informasi yang berkembang di daratan Tiongkok maupun di tingkat global. Ia selintas bercerita mengenai apa yang sedang dilakukan dan dikembangkan Huawei sebagai perusahaan teknologi informasi global.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun