Mohon tunggu...
Pepih Nugraha
Pepih Nugraha Mohon Tunggu... Jurnalis - Bergabung selama 26 tahun dengan Harian Kompas sejak 1990 hingga 2016.

Gemar catur dan mengoleksi papan/bidak catur. Bergabung selama 26 tahun dengan Harian Kompas sejak 1990 hingga 2016. Setelah menyatakan pensiun dini, hari-hari diisi dengan membaca, menulis, mengajar, dan bersosialisasi. Menulis adalah nafas kehidupan, sehingga baru akan berhenti menulis saat tidak ada lagi kehidupan. Bermimpi melahirkan para jurnalis/penulis kreatif yang andal. Saat ini mengelola portal UGC politik https://PepNews.com dan portal UGC bahasa Sunda http://Nyunda.id Mengajar ilmu menulis baik offline di dalam dan luar negeri maupun mengajar online di Arkademi.com.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Kompasiana Masuk 100 Besar!

5 Agustus 2010   15:39 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:17 1393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Meski badan lelah sehabis belajar seharian, pukul 21.30 ini malam saya iseng membuka Alexa.com dan memasukkan katakunci Kompasiana.com. Meski sudah saya duga sebelumnya, tetapi tetap saja saya tertegun melihat angka "100" di situ. Well, Kompasiana sudah masuk 100 situs besar Indonesia! Saya lihat ranking globalnya masih di angka 7.968. Tentu tidak berpretensi mengejar Twitter atau Facebook, dua situs pertemanan berbasis users generated content yang sangat fenomenal itu. Toh keduanya pemain global, sementara Kompasiana kadung bermain di ranah lokal. Kalau saja mimpi saya boleh berlanjut, saya ingin Kompasiana menembus angka 10 besar satu atau dua tahun mendatang. Why not?

Terlalu mulukkah mimpi itu? Mungkin iya, tetapi bukan tanpa mustahil kalau dibarengi tekad kuat untuk mencapainya. Zaman sekarang adalah zaman kompetisi. Orang yang berkecimpung di dunia bisnis, tidak terkecuali di bisnis web, harus berjiwa kompetitif dengan menawarkan deferensiasi dan keunikan khusus yang tidak dimiliki web atau situs lain. Jangan terjebak menciptakan sebuah situs yang generik, yang tidak ada teaser atau daya pikatnya di mata penggunanya. Keunikan dan diferensiasi adalah tugas saya dan teman-teman di dapur Kompasiana untuk terus menggalinya. Saya bertekad meninggalkan hal-hal yang generik!

Apa keunikan Kompasiana? Apa beda Kompasiana dengan situs lain sehingga orang mau berkunjung dan terus berkunjung? Meniru, melakukan benchmark, bukan barang haram, apalagi menciptakan hal-hal orisinal. Tentu saja benchmarking yang kita lakukan harus memiliki kelebihan, harus lebih baik dari barang yang kita tiru. Lantas apa keunikan Kompasiana? Apa perbedaannya dengan situs lain?

Keunikan dan diferensiasi ada dalam satu keping mata uang, sama dan senada. Kalau kita melakukan hal generik, misalnya memberikan layanan blog kepada para penggunanya, tentu tidak ada bedanya dengan Blogger.com, Multiply.com, atau Wordpress.com. Anda bisa meng-create satu, dua, sepuluh, atau bahkan 100 blog setiap harinya. Okay, tetapi mampukah Anda mengurusi blog-blog yang Anda create itu dengan konten-konten update setiap saat? Terlebih lagi, mampukah Anda menggaet pembaca yang masif? Kompasiana ambil diferensiasi dengan hanya menciptakan satu blog saja, tetapi bisa sekaligus diisi puluhan, ratusan, bahkan ribuan users. Ia menjadi social blog tanpa moderasi! Dengan demikian, konten selalu update! Meski blog Kompasiana cuma satu sebagai sebuah rumah bersama, namun para anggotanya (kompasianer) berhak menempati kamar-kamar yang tersedia di dalamnya dan kelak boleh meng-customize kamarnya masing-masing (fitur customize, setidak-tidaknya pilihan warna dan themes, sedang dipersiapkan).

Jika di negeri ini sudah banyak blog agregator dengan menampilkan artikel pilihan untuk blog induk, Kompasiana mengambil diferensiasi lain. Setiap artikel yang di-publish langsung tayang di Kompasiana tanpa harus melewati sentuhan editor atau administrator sama sekali. Penulis tidak harus menunggu sampai kapan tulisannya bisa ditayangkan. Senyaman menggunakan Facebook atau Twitter, setiap tulisan yang di-publish bisa langsung tayang dan dibaca banyak orang!

Kalau boleh saya sebut keunikan lainnya, Kompasiana menampilkan pikiran, ide, gagasan, opini yang jauh lebih komprehensif dibanding "status" di Facebook atau kicauan di Twitter yang dibatasi 140 karakter. Di Kompasiana, Anda menampilkan diri Anda sendiri sebagai manusia berpikir dan manusia kreatif yang berpeluang dibaca oleh setidak-tidaknya 2 juta unique visitors setiap bulannya. "Status" atau tulisan yang Anda tulis di Facebook hanya dibaca oleh orang-orang yang Anda jadikan teman. Kalau teman di Facebook Anda sebanyak 5.000 (jumlah paling pol), ya maksimal oleh sebanyak itulah artikel Anda dibaca orang. Perhatikan di Kompasiana, ada artikel yang dibaca lebih dari 60.000 orang dan itu terukur!

Ini yang saya maksud keunikan dan diferensiasi!

Lalu apa artinya angka 100 itu buat saya? Lumayan berarti. Pertama, saya teken kontrak dengan perusahaan (lewat KPI) dengan menerima tantangan perusahaan, dapatkah saya menjadikan Kompasiana sebagai 100 besar situs Indonesia sampai 31 Desember 2010? Tantangan itu saya terima. Kalau tidak bisa membawa Kompasiana ke 100 besar, nilai saya jeblok sebagai karyawan Kompas. Alhamdulillah, belum sampai 31 Desember 2010, Kompasiana sudah mencapai target itu.

Ada sisa waktu 5 bulan ke depan, lantas harus saya apakan Kompasiana? Saya nggak tahu, saya nggak punya deal baru dengan perusahaan! Meski demikian, saya dan kawan-kawan tetap bertekad memoles Kompasiana terus-menerus dengan penambahan fitur yang benar-benar friendly user, sehingga menginjak milad-nya yang ke-2 bulan Oktober nanti, Kompasiana tampil dengan wajah lebih cantik dan lebih mudah digunakan.

Janji saya dengan perusahaan sudah tercapai jauh sebelum tenggat waktu berakhir. Rasanya saya perlu tantangan baru. Saya harus menciptakan sesuatu yang baru, sesuatu yang berbeda dari Kompasiana, yang lebih unik dan berbeda dari yang sudah ada. Tidak mudah tentu, karena saya ingin mencoba bermain di ranah global, tidak hanya sekedar jago kandang (Nusantara).  Diandaikan di tangan saya ada kaca pembesar atau tetikus untuk membuat zoom-in atau zoom-out, saya ingin menempatkan atau menjadikan Kompasiana yang sekarang ada sebagai noktah kecil saja dari sebuah web atau situs yang draft-nya masih ada di kepala saya. Kasarnya, saya ingin menjadikan Kompasiana sebagai sebuah rubrik atau satu jendela kecil saja dari rumah gadang yang saya sendiri belum tahu apa namanya.

Untuk sementara, saya bersyukur Kompasiana sudah mampu memasuki 100 besar situs Indonesia. Namun sejujurnya, itu belum cukup  membuat saya puas dan bahagia. Saya masih punya cita-cita, still I have a dream!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun