Mohon tunggu...
Pepih Nugraha
Pepih Nugraha Mohon Tunggu... Jurnalis - Bergabung selama 26 tahun dengan Harian Kompas sejak 1990 hingga 2016.

Gemar catur dan mengoleksi papan/bidak catur. Bergabung selama 26 tahun dengan Harian Kompas sejak 1990 hingga 2016. Setelah menyatakan pensiun dini, hari-hari diisi dengan membaca, menulis, mengajar, dan bersosialisasi. Menulis adalah nafas kehidupan, sehingga baru akan berhenti menulis saat tidak ada lagi kehidupan. Bermimpi melahirkan para jurnalis/penulis kreatif yang andal. Saat ini mengelola portal UGC politik https://PepNews.com dan portal UGC bahasa Sunda http://Nyunda.id Mengajar ilmu menulis baik offline di dalam dan luar negeri maupun mengajar online di Arkademi.com.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Duduk Perkara Opini "Revolusi Mental" Joko Widodo

14 Mei 2014   00:22 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:32 1770
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Ini juga bukan privilege Jokowi, karena sebelumnya kita juga sudah pernah menurunkan artikel Wiranto, Aburizal, Anis Matta, Dahlan Iskan, Gita Wirjawan, dan Anies Baswedan. Kita juga mempersilakan kalau capres yg lain mau nulis, krn memang salah satu tanggung jawab kita untuk memanggungkan gagasan dan pemikiran2 para calon pemimpin itu, biar masyarakat tahu dan menilai sendiri. Kompas selalu memberi perlakuan sama dan tidak partisan."

Demikian jawaban Mbak Tat kepada saya yang saya copas sebagaimana aslinya. Jawaban-jawaban Mbak Tat sangat saya perlukan untuk menjelaskan kepada publik. Mengapa bukan saya saja yang langsung menjelaskannya, bukankah saya sendiri orang Kompas? Mungkin ada pertanyaan demikian. Memang benar saya orang Kompas, tepatnya wartawan Kompas, tetapi untuk urusan Rubrik Opini, saya tidak berpretensi untuk sok tahu. Ada orang yang lebih berwenang dan lebih tepat menjelaskannya, dalam hal ini Mbak Tat sebagai penanggung jawab rubrik. Maka, jawaban-jawaban dari Mbak Tat itulah yang saya gunakan sebagai jawaban bagi siapapun yang bertanya perihal opini Jokowi di Harian Kompas.

Harus saya akui, tidak semua jurnalis atau editor Harian Kompas aktif di media sosial meskipun mereka punya akun. Sementara, saya wajib aktif di media sosial terkait pekerjaan saya yang diberi amanah mengembangkan media sosial Kompasiana dan Forum Kompas. Saya juga tidak akan bereaksi kalau nama saya tidak dicolek atau di-mention teman-teman fesbuker.

Sebagai bagian sopan-santun berinternet, "poke" atau "mention" di media sosial adalah sapaan di mana (kalau bisa) kita menanggapinya (take it) . Saya bisa saja mengabaikannya (leave it), tetapi karena ini menyangkut nama baik media di mana saya bekerja, saya harus sebisa mungkin menerangkannya kepada publik yang meminta penjelasan. Penjelasan yang saya berikan kepada publik bukan dari opini atau pendapat saya, melainkan pendapat dari penanggung jawab Rubrik Opini Harian Kompas.

Semoga saja tulisan ringkas ini ada manfaatnya, setidak-tidaknya memberi penjelasan dari sisi Harian Kompas yang telah memuat opini Joko Widodo dan menjadi perbincangan khalayak luas. Soal Anda tidak percaya atas penjelasan atau pengakuan Joko Widodo mengenai opini yang ditulisnya, itu sama-sekali bukan urusan saya, silakan saja. Urusan saya sebatas menjelaskan duduknya perkara.

Palbar kala senja, 13 Mei 2014

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun