Mohon tunggu...
Wiyamara Man
Wiyamara Man Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Pecinta dan penikmat hidup sederhana

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Fenomena Maraknya Perampokan Mini Market

1 September 2012   03:50 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:03 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_209903" align="alignnone" width="415" caption="SF : www.majalahfranchise.com"][/caption] Pagi ini, lagi-lagi berita perampokan minimarket menghiasai halaman bacaan berita media massa. Kompas.com menuliskan, sembilan orang bercadar dan bersenjata parang dan pisau merampok toko Alfamart di Jalan Karet Pedurenan Raya, Karet Kuningan, Kecamatan Setiabudi, Jakarta Selatan, Sabtu (1/9/2012) pukul 04.20 WIB. Dalam sepuluh menit, komplotan ini merampas uang tunai Rp 26 juta, 10 slot rokok, dan sejumlah susu bubuk dalam kemasan kardus. Kalau kita cermati barang-barang yang diambil oleh para perampok, ada beberapa pertanda perampokan itu dilakukan bukan semata demi diri sendiri dan komplotannya. Ada sejumlah susu bubuk dalam kemasan kardus. Buat siapa? Semua orang pasti menduga kalau bicara tentang susu bubuk, pasti tujuannya adalah anak-anak. Apakah mungkin motif perampokan itu adalah tuntutan kebutuhan hidup rumah tangga seseorang? Atau hanya untuk bersenang-senang dan berfoya-foya? Saya lebih melihat fenomena maraknya perampokan mini market adalah fenomena tekanan hidup perekonomian sebuah keluarga di dalam masyarakat yang timpang. Perekonomian negeri ini bisa dikatakan sangat kacau balau, pemerintah yang seharusnya bertanggung jawab atas kondisi mereka, tidak berpikir tentang nasib banyak orang yang kehilangan pekerjaan dan memiliki tuntutan kebutuhan yang semakin tinggi. Lapangan pekerjaan semakin sulit didapat. Ditambah lagi, pemberitaan media massa tentang korupsi ratusan juta dan milyaran rupiah oleh para petinggi negeri ini membuat mereka berspekulasi sendiri untuk melakukan cara illegal demi mempertahanakn situasi dan kondisi anak-anak mereka di rumah. Sebenarnya, secara psikologis massa, penyakit ini harus diwaspadai oleh masyakat dan negara. Karena masyarakat yang sudah berani mengambil keputusan untuk melakukan perampokan bersama-sama atas tuntutan keluarga yang menghimpit mereka, lama kelamaan akan menjadi suatu dorongan bagi masyarakat lain yang memiliki situasi kondisi perekonomian yang sama untuk melakukan hal yang sama. Perampokan akan menjadi suatu jalan alternatif dimana masyarakat melihatnya sebagai cara untuk survive, cara untuk bertahan hidup dalam jaman yang semakin kacau balau ini tanpa harus takut dengan hukum dan pengadilan yang mereka sendiri sudah tahu seperti apa para penegak hukum di negeri ini. Melihat perkembangan yang akan terjadi ke depan bila situasi ini tidak berubah, maka kemungkinan akan banyaknya kejahatan yang berasal dari masyarakat golongan tak mampu akan semakin meningkat. Bahkan bisa menimbulkan suatu kemarahan publik atas kemiskinan yang menimpa kehidupan keluarga mereka. Bila sudah sampai taraf kemarahan secara psikologi, maka korban yang pertama kali mereka incar adalah golongan kaya dan berduit, minimarket-minimarket, toko-toko swalayan bahkan bisa menjadi penodongan yang secara terang-terangan dilakukan bersama teman-teman yang senasib sepenanggungan. Bila pemerintah, para wakil rakyat dan para pengayom masyarakat tidak memperhatikan fenomena ini, maka tingkat keamanan dan tingkat kenyamanan kita dalam hidup bermasyarakat akan sangat terngganggu sekali oleh semakin maraknya perampokan dimana-mana. Bisa terjadi kepada siapa saja, dimana saja dan oleh siapa saja, karena tuntutan kebutuhan hidup membuat banyak orang terdorong melakukan tindakan seperti setan agar bisa memberi makan pada anak-anaknya sendiri di rumah. Apa yang saya tulis, hanyalah suatu analisa dari runutan psikologi massa, dimana bila tidak ada perubahan dalam sisi ekonomi masyarakat yang semakin tinggi tuntutan kebutuhan hidupnya, bisa menimbulkan gejolak sosial yang buruk, yang sangat merugikan kehidupan masyarakatnya sendiri dengan berbagai pemberitaan kejahatan dimana-mana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun