[caption id="attachment_208543" align="alignnone" width="640" caption="SF : www.iklan.everywebspace.com"][/caption] Kalau situasi kantong lagi kering, melihat uang di jalan pun bisa jadi rebutan orang-orang yang melihatnya. Kejadian ini terjadi sama teman saya, yang pada waktu itu benar-benar tidak ada uang ketika sedang berkendaraan motor di jalanan. Dalam kondisi macet, ia melihat uang 50 ribu berjumlah empat tercecer di pinggir jalanan yang sedang ramai dan macet. Lirik kanan lirik kiri, ternyata ada juga beberapa orang yang berusaha untuk mendekati motornya ke arah posisi uang itu. Karena melihat ada beberapa pengendara motor yang berusaha mengambil uang itu, ia pun tak mau kalah. Dalam kemacetan, mereka berusaha untuk saling mengarahkan motornya ke arah uang tersebut dan berusaha menjadi yang pertama mendapatkannya. Teman saya kemudian menyalib beberapa motor dan ketika sudah dekat dengan uang itu, kakinya langsung menginjak uang 50 ribu itu agar tidak terbang atau diambil orang lain. Dengan wajah bahagia, karena tahu ada beberapa orang pengendara motor yang juga berusaha mendapatkan uang itu, ia pun melambai ke beberapa pengendara motor lain, sebagai tanda ia sudah mendapatkannya. Dengan wajah kecewa, beberapa pengendara motor itu pun melanjutkan perjalanannya dalam kemacetan. Untuk menghindari malu, teman saya langsung mengambil uang itu dan memasukkannya ke kantong celananya. Ia pun kemudian melanjutkan perjalanan. Ketika sampai di tempat yang agak jauh, ia lalu mulai mengeluarkan uang itu lagi untuk memastikannya, kebetulan ia pun ingin membeli minuman di warung pinggir jalan, karena merasa haus. Saat ia keluarkan, ia melihat uang 50 ribuan itu baik-baik, dan dalam sekejap hatinya sangat dongkol sekali. Ia memaki-maki sendiri apa yang ternyata sudah ia perjuangkan demi uang tersebut. Ternyata uang 50 ribuan itu uang mainan, mirip sekali dengan uang aslinya. Dari tempat itu sampai rumah, ia terus mendongkol dan malu karena tadi ia begitu hebohnya berusaha mendapatkan uang mainan itu jalan sampai harus bersaing dengan beberapa pengendara motor lainnya. Ia berteriak sekencang-kencangnya di paruh perjalanan menuju rumahnya itu. Karena benar-benar lagi kantong kering, mata pun tak mampu membedakan uang asli dan mainan di jalanan. Esoknya ia sudah bisa mentertawakan dirinya sendiri, karena kisah itu ia ceritakan pada saya dengan lepas walau malu kalau diingat-ingatnya lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H