Mohon tunggu...
Peony Emily
Peony Emily Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cut Alifa / Cerpen Sejarah

6 November 2017   20:28 Diperbarui: 6 November 2017   20:55 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Lho non jangan triak-triak ini saya pak.Doni security biasa non.." jawabnya.

"Ngagetin aja sih pak." ucapku dengan sedikit tenang.

"Non.. pulang gih ini udah jam 23.00 yang lain juga udah pada beberes tuh." ucap pak.Doni.

Akhirnya dengan sedih hati aku kembali kerumah karena sudah diusir pak.Doni.

Pukul 09.00 WIB aku bergegas ke kantor dengan penuh semangat dan antusias. Sesampainya dikantor, kami langsung mengadakan rapat dan memulai mengamati semua barang. Aku langsung mengambil kotak merah berukir emas dan mengamati segala isinya, buku yang sudah termakan itu ku buka satu persatu lembarnya. Isinya menggunakan bahasa melayu, untungnya dengan menggunakan bantuan teknologi yang memadai, aku bisa mendapat terjemahan buku itu dalam waktu kurang lebih 30 menit walaupun beberapa halaman terakhir memiliki tulisan yang jauh berbeda dan sulit dibaca seakan yang menuliskannya bukanlah orang yang sama.

Setelah aku membaca beberapa halaman pertama, aku menemukan bahwa buku ini merupakan buku diary dari adik perempuan dari seorang pahlawan Aceh Cut Nyak Dien yaitu Cut Alifia. Awalnya aku binggung, karena selama ini aku sendiri belum pernah mengetahui bahwa Cut Nyak Dien memiliki adik. Aku mencoba membaca, memahami, menempatkan diriku diposisi Cut Alifia yang pada saat itu masih beruisa kurang lebih 19 tahun. Halaman demi halaman kutelusuri hingga akhirnya ku menemukan fakta bahwa Cut Alifa memiliki perasaan seorang Belanda bernama BergGottfried.

Disaat kakak perempuannya berperang dengan mempertaruhkan nyawanya untuk mempertahankan Aceh, dia dilain sisi memiliki perasaan untuk 'musuh'nya. Dengan bagitu, Cut Alifa mendapat perlakuan yang dapat dibilang jahat dari keluarganya dan kerap tidak dianggap sebagai seorang anggota keluarga. Hinaan demi hinaan diterimanya setiap hari tidak pernah memperngaruhinya, hingga suatu sore saat Cut Alifa sedang menuju ruang tamu..

"Bagaimana?? rencana kita sudah siap semua kan pak??" tanya seorang warga.

"Jangan sampai ada yang menghancurkan rencana kita untuk menyerang belanda!" seru seorang warga lainnya.

"Iya.. malam ini tidak akan ada yang tahu" ucap Teuku Nanta Seutia ayah Cut Nyak Dien dan Cut Alifa.

"Ayah.. rencana kita ini jangan sampai Alifa dengar ya.."pinta Cut Nyak Dien. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun