Beberapa waktu yang lalu yang entah disengajakan atau tidak. Semesta seolah sangat bermurah restu padaku, mempertemukan kita yang mungkin menurutnya layak merancang sebuah perkenalan yang kini menjadi candu.Ataukah mungkin kita sedang berada pada jalur yang telah ditakdirkan walau masih terlihat suram, tak cukup jelas dan rumit untuk dimengerti.
Untuk kesekian kalinya berada dekat dan menatap wajahmu membuat aku percaya, bahwa takdir telah memberi waktu baik pada kita. Kita yang masih tunas muda, tidak duduk bersama dan tidak saling memeluk erat ketika larut dalam gelapnya malam.
Bukan tidak menginginkan itu. Namun, aku lebih memilih menunggu waktu yang tepat untuk bersama menghantam rindu meski untuk sementara waktu kita terpisah oleh jarak dan ruang.
Kamu tahu aku tidak mengkhawatirkan kita yang saat ini masih terlarang, sebab semua hal yang baik - baik saja akan datang tepat sesuai waktu. Dan jika waktunya tiba, semoga aku tidak melewatkanmu begitupun kamu kepadaku.
Tidak ada cinta yang muncul dari sebuah ungkapan, perasaan tak pernah bisa berbicara melainkan ia hadir dari sebuah pembuktian. Tiada yang lebih indah dari dua raga yang saling menjaga, tidak bertemu namun saling menunggu, tidak berpapasan namun saling memantaskan.
Di masa depan mungkin kita akan saling bercerita tentang hari ini meski kita tak akan tahu sebuah akhir dari cerita ini, sampai jumpa di waktu yang tepat. Waktu yang mempersatukan dan mempertemukan kita kembali atas izin-Nya.
Semoga kita tetap dipersatukan dalam doa walau mata tidak sempat saling menatap, setiap bait yang ku panjatkan semoga dapat kau rasakan walau tak bisa kau dengar, syair rindu dalam setiap untaian doaku semoga bisa menjadi alasan agar kita bisa dipertemukan walau entah kapan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H