Mohon tunggu...
Penyka harani Putri
Penyka harani Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

saya biasanya di panggil peny dalam dunia akademik, saya memiliki cita-cita menjadi istri ajo pariaman, yang sedang di usahakan karena uang panainya yng mahal

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Krisis Identitas: Perubahan Fungsi Rumah Gadang Dari Tempat Musyawarah Menjadi Home Stay Pariwisata

16 Oktober 2024   08:07 Diperbarui: 16 Oktober 2024   08:10 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pertama, penting untuk membedakan rumah gadang yang tetap menjalankan fungsi adatnya dengan rumah gadang yang dimanfaatkan untuk pariwisata. Beberapa rumah gadang bisa difungsikan sebagai situs budaya yang hanya digunakan untuk upacara adat, sementara rumah gadang lainnya bisa dikelola sebagai homestay. Dengan cara ini, kita dapat menemukan keseimbangan antara pelestarian budaya dan tuntutan ekonomi.

Kedua, pengelolaan homestay di rumah gadang harus melibatkan masyarakat lokal secara aktif. Masyarakat harus diberi peran penting dalam menjaga fungsi adat rumah gadang, sekaligus memastikan wisatawan memahami makna budaya yang terkandung di dalamnya. Para pengelola homestay bisa dilatih untuk memberikan edukasi kepada tamu mengenai sejarah dan fungsi rumah gadang dalam adat Minangkabau, sehingga wisatawan tidak hanya datang untuk bermalam, tetapi juga belajar dan menghargai warisan budaya yang mereka saksikan.

Pemerintah daerah dan lembaga adat juga harus bekerja sama dalam merumuskan regulasi yang jelas terkait penggunaan rumah gadang sebagai homestay. Peraturan yang tegas dan terukur akan memastikan bahwa tidak semua rumah gadang beralih fungsi menjadi homestay, dan ada batasan yang melindungi rumah gadang dengan nilai sejarah dan budaya yang tinggi.

Perubahan fungsi rumah gadang menjadi homestay mencerminkan tantangan yang dihadapi banyak komunitas adat di seluruh dunia: bagaimana menjaga warisan budaya di tengah tekanan modernisasi dan globalisasi. Bagi masyarakat Minangkabau, tantangan ini semakin relevan karena rumah gadang adalah simbol yang kuat dari identitas budaya mereka. Jika fungsi rumah gadang sebagai pusat musyawarah adat hilang, maka kita mungkin akan kehilangan salah satu elemen penting yang menyatukan masyarakat Minangkabau dengan akar budayanya.

Masa depan rumah gadang terletak pada keseimbangan antara pelestarian budaya dan adaptasi terhadap tuntutan zaman. Jika kita gagal menjaga keseimbangan ini, kita mungkin akan kehilangan lebih dari sekadar bangunan fisik. Kita akan kehilangan bagian penting dari identitas budaya yang telah diwariskan selama berabad-abad.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun