Mohon tunggu...
Peny Wahyuni Indrastuti
Peny Wahyuni Indrastuti Mohon Tunggu... Wiraswasta - Ibu Rumah Tangga yang berjuang melawan lupa

Ada kalanya, hati menunjukkan sisi terang. Ada kalanya pula bersembunyi pada sisi gelap. Hanya mantra kata yang bisa membuatnya bicara

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lubang di Hati untuk Emak

20 Desember 2020   17:13 Diperbarui: 20 Desember 2020   17:26 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Percaya sajalah!

Aku juga seorang anak meski sekarang sudah jadi emak.

Pernah marah,  pernah berdebat, pernah diam-diaman sama Emak.

Tapi aku tetaplah anak Emak.

Kemarahan dan perbedaan pendapat datang dan pergi.

Bukan aku tak hormat padanya, hanya sedikit merasa sudah mandiri, sebab terbiasa menjadi diri sendiri dalam mengambil banyak keputusan penting, karena harus sekolah di kota yang jauh dari Emak pada usia muda.

Emak pernah juga kekanakan saat kukritik. Aku lebih kekanakan lagi saat Emak mengkritik.

Tapi semua itu tak mengurangi cintaku pada Emak. Pun Emak, tak sedikit mengurangi kasih sayangnya meski aku anak terkecil dari enam anaknya.

Bahkan saat marahan sama bapakku, Emak hanya bilang, "Biar sajalah Bapak pergi, aku bawa si Bontot dan Ibu."

Berkata begitu karena hanya tinggal aku sendiri yang masih sekolah dan nenek yang tinggal bersama Emak.

Emak, diam-diam juga suka curhat padaku, meski aku tidak benar-benar mengerti apa masalah orang dewasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun