Mohon tunggu...
Abdurrahman
Abdurrahman Mohon Tunggu... -

Pendapat lain yang perlu diperhitungkan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Bripka Teguh Dwiyatno Tidak Bunuh Diri, tapi Dibunuh

17 Mei 2017   20:58 Diperbarui: 17 Mei 2017   21:16 1147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bripka Teguh Dwiyatno merupakan anggota Polisi pada satuan Korps Brigade Mobil (Brimob) di Kepolisian Republik Indonesia (POLRI) yang menurut POLRI diduga bunuh diri lantaran tertekan sehingga depresi setelah menjalani pemeriksaan internal Provost terkait kasus tembakan ke rumah politisi PKS Jazuli Juwaini. Menurut keterangan dari pihak Kepolisian saat Bripka Teguh Dwiyatno mengosongkan senjatanya ketika sedang latihan menembak, ternyata ada satu peluru yang tersisa dan meletus. Peluru sempat menyasar ke rumah politikus PKS yang berjarak sekitar 250 meter dari lapangan tembak.

Namun ada banyak kejanggalan dalam kasus ini:

  1. Prof. Dr. Bambang W Umar, M.Si, seorang pakar Kajian Ilmu Kepolisian dari Universitas Indonesia mengatakan, mengatakan adalah janggal bila seorang Brimob bunuh diri apalagi hanya karena alasan sepele dan tidak disengaja karena menurut beliau Brimob dilatih dan dididik lebih keras dan intensif daripada Polisi pada umumnya.
  2. Peluang kejadian penembakan rumah ketua fraksi PKS Jazuli Juwaini tidak masuk akal. Dengan jarak yang jauh untuk ukuran tembakan, bagaimana mungkin tembakan nyasar bisa mengenai rumah itu, tidak tidak hanya sekali tapi dua kali, sebelumnya tahun 2012. Tidak hanya nyasar tapi juga tepat mengenai kaca bukan tembok. Jika yang jauh saja berbahaya lalu bagaimana dengan rumah-rumah warga yang persis bersebelahan lapangan tembak.
  3. Pihak Kepolisian memberikan sejumlah kronologi yang berbeda mengenai insiden itu. Sebelumnya Polisi mengatakan itu adalah karena proyektil dari senapan angin dari orang yang berburu burung.
  4. Tidak ada surat terakhir/perpisahan. Orang bunuh diri pasti meninggalkan surat perpisahan untuk orang yang ditinggalkan seperti istri, kedua orang tua, dan anak-anak. Atau paling tidak berkomunikasi lewat telepon. Surat perpisahan bisa bertujuan macam-macam seperti menitipkan wasiat atau pesan, permintaan maaf, dll sehingga kematiannya bisa diharapkan dapat menyelesaikan masalahnya. Namun Bripka Teguh Dwiyatno tidak melakukan itu semua.
  5. Dan kejanggalan-kejanggalan lainnya

Dengan berbagai kejanggalan ini, saya meyakini bahwasanya Bripka Teguh Dwiyatno tidak melakukan tindakan bunuh diri melainkan dibunuh secara berencana. Ada pihak yang telah melakukan pembunuhan berencana terhadap Bripka Teguh. Banyak motif yang mendukung teori ini misalnya, pihak pembunuh itu ingin menutupi sesuatu namun karena Bripka Teguh menolak untuk bungkam maka pihak itu pun mengorbankan nyawa Bripka Teguh. Jika hal ini benar-benar terjadi maka pihak ini sudah benar-benar sakit. Mereka sudah gila dan psycho. Mereka menganggap nyawa manusia sudah tidak berharga. Mereka menghalalkan segala cara untuk mencapai satu tujuan. Ini tidak bisa dibenarkan. Jika menghilangkan nyawa saja tega, apalagi dengan tindakan kriminal lain seperti korupsi, penyelundupan dan pengedaran narkoba, pemerkosaan, dll. Apakah mereka tidak bisa merasakan kesedihan yang dialami oleh keluarga yang ditinggalkan. Mereka pasti bukan manusia. Sungguh cara-cara seperti ini begitu mirip dengan Gerakan 30 September oleh Partai Komunis Indonesia G30S PKI. PKI membunuh para jenderal untuk melanggengkan kekuasaan mereka.

Pihak keluarga seharusnya berani menuntut pihak Kepolisian dan meminta dilakukan otopsi. Pihak keluarga jangan mau ditekan polisi. Meski Polri telah memberikan uang santunan tapi keluarga harus tetap menuntut hak dan menuntut Polisi untuk mengusut tuntas kasus ini. Bintang dan Surya, dua putra dari Bripka Teguh, kalian harus jadi orang sukses supaya setelah besar nanti kalian bisa membongkar kasus ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun