Mohon tunggu...
Abdurrahman
Abdurrahman Mohon Tunggu... -

Pendapat lain yang perlu diperhitungkan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

5 Macam Hubungan Cinta Berdasarkan Sidik Jari

8 Agustus 2016   21:43 Diperbarui: 18 Agustus 2016   10:50 9481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penting dibaca untuk siapa saja terutama bagi yang belum menikah dan berencana menikah!

Konsep sidik jari STIFIn membagi otak manusia menjadi lima belahan. Masing-masing belahan memiliki jenis/tipe kecerdasan tersendiri.

Belahan otak limbik kiri: kecerdasan Sensing (S)

Belahan otak depan kiri: kecerdasan Thinking (T)

Belahan otak depan kanan: kecerdasan Intuiting (I)

Belahan otak limbik kanan: kecerdasan Feeling (F)

Belahan otak tengah bawah: kecerdasan Instinct (In)

Sensing – Thinking – Intuiting – Feeling – Instinct kemudian disingkat menjadi STIFIn.

Kecerdasan satu dengan kecerdasan lainnya mempunyai pola hubungan tersendiri. Pola hubungan ini dibagi menjadi dua yakni hubungan MENDUKUNG dan hubungan MENAKLUKKAN. Bila digambar maka akan seperti ini:

Penjelasannya sebagai berikut:

Contoh orang Sensing (S)

Orang dengan kecerdasan Feeling (F) mendukung orang dengan kecerdasan Sensing (S).

Orang dengan kecerdasan Intuiting (I) menaklukkan orang dengan kecerdasan Sensing (S).

Bagi orang S, orang F adalah coach yang bisa membantu memaksimalkan bakat atau kelebihan dia. Orang S akan merasa kagum terhadap orang F sehingga orang S membutuhkan orang F dan tidak bisa jauh-jauh dari orang F. Di sini orang F berperan sebagai coach (guru yang lunak) bagi orang S.

Bagi orang S, orang I adalah mentor yang bisa membantu mengatasi atau menutupi kelemahan dia. Orang I melihat banyak kelemahan dari orang S sehingga orang I sering marah, jengkel, dan keras terhadap orang S. Akibatnya orang S merasa tertekan dan ketakutan pada orang I. Namun sebenarnya orang S membutuhkan orang I karena orang I adalah mentor (guru yang keras) bagi orang S.

Untuk kecerdasan yang lain, penjelasannya sama seperti di atas.

Orang Thinking membutuhkan orang Sensing tapi orang Thinking ditaklukkan oleh orang Feeling.

Orang Instinct membutuhkan orang Thinking tapi orang Instinct ditaklukkan oleh orang Sensing.

Orang Intuiting membutuhkan orang Instinct tapi orang Intuiting ditaklukkan oleh orang Thinking.

Orang Feeling membutuhkan orang Intuiting tapi orang Feeling ditaklukkan oleh orang Instinct.

Ini bisa diaplikasikan ke banyak hubungan, misal politik pemilu dan bahkan hubungan pasangan suami istri. Bahkan menurut pemahaman saya, berdasarkan konsep STIFIn ini berarti tidak ada satu pun pasangan suami istri di dunia ini yang saling mencintai. Yang ada satu mencintai dan satu dicintai.

Tingkatan pasangan suami istri yang paling ideal adalah:

Pertama, pria mencintai/membutuhkan/didukung wanita. Contoh suami S istri F. Ini adalah hubungan pasangan suami istri yang paling ideal. Pada pasangan ini, yang diuntungkan adalah suami. Memang benar ada pepatah yang bilang wanita lebih baik dicintai daripada mencintai. Dengan begini, sang suami akan berusaha bekerja keras dan berkorban apa saja untuk istri. Pria akan senantiasa melihat istrinya begitu lucu, cantik, dan tidak membosankan. Kadar cinta suami sebesar 100%. Dan karena istri merasa diperhatikan suami maka kadar cinta istri bisa meningkat sampai menjadi 99% namun tidak akan pernah bisa menjadi 100% karena istri mencintai tipe pria lain.

Kedua, wanita mencintai/membutuhkan/didukung pria. Contoh suami S istri T. Pada pasangan ini, yang diuntungkan adalah wanita. Sang perempuan merasa butuh dengan lelakinya. Istri akan melihat suaminya tampan dan menggemaskan. Hal yang perlu diwaspadai adalah karena yang mencintai adalah wanita maka bisa jadi sang pria akan melihat atau mencintai tipe perempuan lain. Untuk itu, sang istri harus melayani suami dengan baik. Dan istri sebisa mungkin tidak menyakiti hati suami. Mungkin ada yang bertanya, bagaimana mungkin wanita yang mencintai suaminya bisa menyakiti hati suaminya. Bisa saja, jika wanita itu begitu mencintai suaminya sehingga ingin berduan terus dengan suami sampai-sampai istri melalaikan tugasnya.

Ketiga, pria menaklukkan wanita. Contoh suami S istri In (instinct). Sang wanita akan sering merasa tertekan terhadap perilaku sang pria. Karena suaminya sering jengkel dan marah-marah. Namun sebenarnya itu tidak bisa disalahkan karena si suami melihat kelemahan istri. Jengkelnya itu hanyalah harapan supaya kelemahan istri bisa dikurangi. Lagipula, karena ayah adalah kepala keluarga maka tidak mengapa ayah menaklukkan ibu meskipun ibu merasa tertekan. Yang perlu diperbaiki adalah cara komunikasi suami dalam menyampaikan kelemahan istri dan istri harus bersabar menerima keluhan suami. Suami sering mengeluh kepada istri karena suami banyak melihat kekurangan istri.

Keempat, wanita menaklukkan pria. Contoh suami S istri I (intuiting). Jenis pasangan ini harusnya dihindari. Jika ini terjadi maka akan terbentuk suami-suami takut istri. Dan sang istri lah yang menjadi kepala keluarga. Sebenarnya marahnya istri untuk suami adalah baik guna menutupi kelemahan suami. Namun tetap saja suami adalah kepada keluarga sehingga istri harus hormat kepad suami. Untuk itu yang diperbaiki adalah komunikasi istri terhadap suami. Selain itu perlu melibatkan pihak ketiga misal orang F yakni orang tua atau mertua.

Kelima, pria sama dengan wanita. Contoh suami S istri juga S. jenis pasangan ini juga harus dihindari. Karena kalau sama-sama orang S maka suami istri tidak bisa saling melengkapi kekurangan satu sama lain. Mereka memiliki pola pikir yang sama sehingga dalam jangka panjang akan tercipta hubungan yang datar dan membosankan. Untuk itu perlu juga melibatkan pihak ketiga misal orang F yaitu dari orang tua atau mertua. Terus, suami juga harus meningkatkan kualitasnya sebagai orang S sehingga tercipta perbedaan dengan istri. Dan juga keduanya tidak boleh egois dan harus ada yang mengalah.

Dengan demikian, bagi yang belum menikah atau sudah menikah tetapi memiliki permasalahan di atas maka perlu dikonsultasikan supaya bisa diketahui akar masalahnya. Jangan-jangan hubungan yang tidak sehat ini karena terjalin hubungan yang tidak ideal. Namun apapun itu, jika suami istri bisa menerima dan berkompromi dengan keadaan yang sudah terlanjur terjadi maka hubungan yang tidak ideal pun seharusnya tidak menjadi persoalan. Tetaplah bersyukur dan tingkatkan nilai-nilai spiritualitas dalam diri kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun