Mohon tunggu...
Penyair cilik
Penyair cilik Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar sekolah

Suka melukis dan membuat puisi

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Rintik Maaf di Sungai Hujan

17 Mei 2024   23:48 Diperbarui: 17 Mei 2024   23:50 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Setetes air mata turun seperti embun kesedihan di pipi

Membanjiri segala kenangan yang terpendam didasar hati

Mengalir seperti arus sungai yang tak kenal henti

Seolah membiarkan sungai asin membanjiri reruntuhan yang terluka didalam hati

Hati terombang-ambing dilautan kegelisahan

 seperti layar yang tak mantap, jika tak dihiasi oleh

 kata maaf yang seharusnya menjadi penyejuk angin di tengah badai penyesalan

Sebagai layar yang air yang mengalir, maaf mengubah keadaan dengan penuh kelembutan

Dalam ironi kehidupan, maaf adalah sinar pelita

Yang terus menerjang abadi dalam hati

Maaf bagai hujan lebat, yang mengalir dengan lembut, 

Dan meredakan kepedihan di lubuk hati yang terbelah

Cakar luka hati menggelambir tanpa balutan kata maaf,

Layaknya api yang membakar tanpa memohon ampun

Seperti pohon yang tumbuh subur dikebun hati, minta maaf lah

Sebelum akarnya terlanjur mencapai kesulitan yang tak terelakkan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun