Sejak berdiri pada 2006, Sekolah Alam Cikeas melarang anak usia Sekolah Dasar (SD) membawa gawai ke sekolah. Apalagi memainkannya. Sampai sekarang larangan tidak berubah. Meski berkali-kali mendapatkan protes, karena orangtua kesulitan berkomunikasi dengan anaknya, saat waktu pulang. Sekolah Alam Cikeas mendorong orangtua untuk memberikan perhatian khusus terhadap penggunaan gawai. Selama jam sekolah, nyaris seharian pukul 07.00 -- 15.00, Senin sampai Jumat, anak-anak tidak menyentuh gawai. Tentu, di rumah pun diharapkan terjadi pembatasan serupa dengan pemahaman yang selaras.
Â
Selama di sekolah, anak-anak Sekolah Alam Cikeas mendapatkan begitu banyak kegiatan, yang menarik. Bahkan sangat menarik. Plus penuh manfaat. Sekolah Alam Cikeas menerapkan konsep pendidikan yang menyenangkan dan membahagiakan. Apa yang disebut Mendikdasmen era Prabowo sebagai Joyful School. Sekolah yang menyenangkan. Selama seharian, mereka dibuat sibuk dan senang dengan materi pelajaran formal, yang dikemas sesuai dengan usia anak-anak: lebih banyak bermain.
Sekolah Alam Cikeas adalah sekolah formal, mulai level Kelompok Bermain (KB) sampai tingkat SMA. Bedanya dengan sebagian besar sekolah, kami mendasarkan konsep pendidikan pada pemberdayaan alam sekitar secara optimal, untuk setiap mata pelajaran. Dampaknya, belajar lebih banyak praktik dibanding teori. Belajar bukan hanya dari buku atau video. Akan tetapi, langsung dari dunia nyata. Praktik. Belajar binatang, langsung bertemu, menyentuh, dan berinteraksi dengan kambing, ayam, bebek, kelinci, ikan, serangga, dan lainnya. Belajar tumbuhan, langsung berinteraksi dengan mereka: membelai daun atau memeluk pohon.
Hasilnya, dunia nyata anak-anak Sekolah Alam Cikeas begitu menarik. Bahkan, lebih menarik dibanding dunia maya yang disediakan gawai atau media sosial. Selama jam sekolah, mereka lupa dengan gawai. Lupa dengan dunia maya. Ketika jam pulang tiba, sebagian dari mereka kadang masih terlelap di dunia nyata. Main bola bersama teman-temannya, main ayunan, lompat tali, ikut kegiatan ekstrakurikuler, atau bergantian naik pohon rambutan. Dunia nyata yang lebih menarik.
Jadi, kalau mau mengalihkan dunia maya dari Gen Z, sediakanlah dunia nyata yang lebih menarik buat mereka.
Dodi Mawardi
Direktur Sekolah Alam Cikeas
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H