Mohon tunggu...
Dodi Mawardi
Dodi Mawardi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Writerpreneur, Pendidik, Pembicara

Penulis kreatif sudah menghasilkan puluhan buku, antara lain Belajar Goblok dari Bob Sadino dan Belajar Uji Nyali dari Benny Moerdani. Selain aktif menulis, juga sebagai dosen, pendidik, dan pembicara bidang penulisan, serta komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Segenggam Kisah Ngaji Literasi di Palembang (2)

24 Agustus 2022   12:16 Diperbarui: 24 Agustus 2022   12:38 501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dua pembawa acara dengan suara penuh percaya diri memberi aba-aba untuk menyanyikan lagu kebangsaan, mengawali acara Workhshop Penulisan "Seperti Al Ghazali, Kenapa Santri Wajib Menulis."

Bulu kuduk saya merinding menyanyikan lagu tersebut di hadapan ratusan santri kelas 11 dan 12, Pesantren Al Ittifaqiah Indralaya Ogan Ilir Sumatera Selatan. Saya lihat wajah-wajah generasi muda bangsa ini yang penuh optimisme menyongsong masa depan mereka dan bangsanya. Saya teringat, sepenggal kalimat Bung Karno, "Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri."

Perjuangan kita dan generasi mendatang memang akan semakin tidak mudah. Tapi, melihat semangat para santri ini, saya optimistis dengan masa depan bangsa ini.

Al Ittifaqiah bukan pesantren sembarangan. Mereka mendapatkan prestasi luar biasa sebagai pesantren terbaik di Sumatera Selatan. Al Ittifaqiah yang berdiri sejak 1967 ini juga termasuk dalam 20 pesantren paling berpengaruh di Indonesia. Bukan prestasi kaleng-kaleng, karena se-Indonesia terdapat sekitar 27.000 pesantren. Jumlah santri mereka tidak kurang dari 6.000 orang.

Mereka memiliki sekolah setara SD, SMP, SMA dan bahkan perguruan tinggi. Sebagian besar siswa mondok. Sarana dan prasarana yang mereka miliki sangat memadai. Bahkan, sudah memiliki stasiun televisi dan radio sendiri (Frekuensi 93 FM). Pada 2021 lalu, stasiun radio ini mendapatkan penghargaan siaran terbaik selama Ramadhan dari KPID Ogan Ilir.

Saya mengisi dua sesi sekaligus. Pagi di hadapan sekitar 300 santri putri dan siang di depan sekitar 150 santri putra. Mereka kelas 11 dan 12 Madrasah Aliyah. Panitia dari Gramedia dan Pesantren meminta saya untuk memberikan motivasi agar mereka mau menulis dan membaca. Jadi, meski namanya workshop, sebenarnya tidak murni demikian. Sesi work-nya minim karena lebih banyak melecut mereka agar punya motivasi khusus untuk menulis (dan membaca), sebagaimana perintah perintah pertama Allah Swt., "IQRO".

Foto: dok pribadi
Foto: dok pribadi

Alhamdulilah, para santri sangat antusias mengikuti kelas ini. Pada akhir sesi, jumlah penanya melebihi jumlah hadiah buku yang disediakan panitia. Tampaknya, mereka terbakar oleh kalimat-kalimat yang saya tampilkan seperti, "Kalau bukan anak penguasa atau ulama besar, menulislah" (Al Ghazali). Atau, "Menuntut ilmu itu seperti menangkap hewan buruan, tali ikatannya adalah menuliskannya" (Imam Syafii), dan beberapa kalimat lainnya.

---------------

Setelah selesai acara di Al Ittifaqiah, kami langsung kembali ke Jakarta melalui jalan darat. Sensasi menikmati jalan tol di sore memunggungi matahari, sungguh berbeda dibanding ketika berangkat. Pun rasa hati ketika menaiki kapal fery dari Bakauheni ke Merak pas di tengah malam. Sungguh, pengalaman tiga hari berliterasi yang sangat menyenangkan.

Ombak lautan terasa lebih lincah...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun