Mohon tunggu...
Dodi Mawardi
Dodi Mawardi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Writerpreneur, Pendidik, Pembicara

Penulis kreatif sudah menghasilkan puluhan buku, antara lain Belajar Goblok dari Bob Sadino dan Belajar Uji Nyali dari Benny Moerdani. Selain aktif menulis, juga sebagai dosen, pendidik, dan pembicara bidang penulisan, serta komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

SDM Lokal jadi Motor Transformasi Digital di Sumedang

14 Desember 2021   22:06 Diperbarui: 15 Desember 2021   06:43 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Dok. Arief Syamsudin)

Transformasi digital di Sumedang bukan main-main. Saya hitung-hitung, tidak kurang dari 20 aplikasi yang sudah mereka bangun untuk mendukung program Pemkab. Mulai dari aplikasi di pedesaan sampai di tingkat kabupaten. Mulai dari aplikasi  e-health sampai aplikasi pelaporan jumlah ternak kambing masyarakat secara real time. Seluruh aplikasi tersebut kemudian terintegrasi dalam super aplikasi e-Office sesuai dengan standar SPBE (Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik) yang ditetapkan oleh pemerintah pusat.

Jika menggunakan kalkulasi normal, Transformasi Digital tersebut pasti menghabiskan dana belasan bahkan mungkin puluhan miliar rupiah. Apalagi jika diembel-embeli label proyek. Begitu banyak perusahaan di luaran sana yang siap menyambar proyek bernilai miliaran itu. Hal instan yang tidak menjadi pilihan Pemkab Sumedang. Mereka percaya penuh kepada talenta IT lokal dan para ASN-nya dengan biaya yang lebih efisien serta terkontrol. Kepercayaan yang berbuah manis.

Bukti kehebatan talenta-talenta lokal itu ditunjukkan dengan prestasi luar biasa Sumedang sebagai yang terbaik di Indonesia pada 2021 ini untuk kategori SPBE pemerintah daerah. Sumedang secara keseluruhan hanya kalah dari LAPAN, suatu institusi negara yang memang akrab dengan teknologi canggih. Sumedang mengalahkan Bandung yang lebih dulu ber-smart city, mengalahkan Jakarta yang lebih kaya, mengalahkan kota dan kabupaten lain yang konon punya SDM lebih baik. Juga mengalahkan instansi pemerintah yang budget IT-nya berlipat-lipat lebih besar dibanding Sumedang.

Tidak salah jika kemudian, selama setahun terakhir lebih dari 30 pemerintah daerah dan instansi pusat datang ke Sumedang untuk studi banding. Kota yang sebelumnya lebih dikenal sebagai produsen Tahu itu berubah menjadi rujukan teknologi canggih. Sumedang menyadarkan kita, bahwa melakukan Transformasi Digital tidak selalu mahal, tidak perlu mengimpor SDM, dan tidak harus dengan label proyek.

Percayakan saja kepada SDM lokal. Pandu dan dampingi secara benar.

Jangan lupa, komitmen kuat para pemimpinnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun