Mohon tunggu...
Dodi Mawardi
Dodi Mawardi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Writerpreneur, Pendidik, Pembicara

Penulis kreatif sudah menghasilkan puluhan buku, antara lain Belajar Goblok dari Bob Sadino dan Belajar Uji Nyali dari Benny Moerdani. Selain aktif menulis, juga sebagai dosen, pendidik, dan pembicara bidang penulisan, serta komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Wisata Batu Eksotis di Jatiluhur

23 November 2017   19:12 Diperbarui: 24 November 2017   02:52 2797
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Batu... ya, batu eksotis bertebaran di dua desa pinggiran Waduk Jatiluhur, Purwakarta. Batu ada di mana-mana dengan ukuran besar dan super besar. Sepanjang mata memandang, selalu ada batu. Kemanapun kita berjalan di seluruh wilayah desa ini selalu ada batu. Di sawah, di kebun, di bukit, di pinggir jalan, di sekolah, bahkan di samping kiri, kanan dan depan rumah penduduk pun ada batu. 

Ukurannya ada yang sebesar angkot, segede gajah, bahkan seraksasa dinosaurus. Dalam bingkai foto-foto, komposisi batu-batu itu menjadi amat eksotis.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Ketika pertama kali menyaksikan batu-batu itu, kepala saya langsung membayangkan eksotisnya batu di Bangka Belitung yang terletak di pesisir pantai. Sebuah hamparan ciptaan sang Maha Kuasa, yang indah. Buat warga desa setempat, batu itu menjadi sahabat sekaligus penolong. Kadang menjadi tempat menjemur pakaian, atau sekadar untuk bersandar. Anak-anak terbiasa bermain di atas batu-batu tersebut. Oleh sebagian warga, batu itu malah menjadi bagian dari bangunan mereka. Beberapa wisatawan yang sempat singgah, menyebut desa ini sebagai desa sejuta batu.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Puncak keindahan batu-batu itu berada di pesisir sungai Citarum, yang bermuara ke Waduk Jatiluhur. Puluhan bahkan mungkin ratusan dan ribuan batu bertebaran di mana-mana. Ukurannya beragam. Mulai dari yang paling kecil sebesar prasasti di sekolah-sekolah atau gedung, sampai sebesar rumah tipe 90. Dikelilingi oleh aliran air Citarum dan bukit berlapis-lapis membuat pemandangan yang indah tiada tara. Sebuah kawasan "wisata" yang wah di pelosok Purwakarta.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Kedua desa itu, Desa Cisarua dan Pesanggrahan kecamatan Tegalwaru, kabupaten Purwakarta, terletak di kaki sejumlah bukit, yang biasa disebut gunung. Ketinggiannya hanya sekitar 1000-an meter. Ada gunung Anaga, gunung Selasi, gunung Lembu, dan gunung Bongkok serta gunung Parang. Gunung Bongkok dan Parang terdiri dari bebatuan dan karang yang bisa jelas terlihat dari jauh. 

Warga memanfaatkannya untuk olahraga panjat tebing. Bahkan, di gunung Parang dibangun hotel unik yang menggantung di tebing karang gunung Parang setinggi 500 meter di atas permukaan laut. Mereka menyebutnya sebagai hotel Gantung, dan yang pertama di Asia.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Untuk mencapai kedua desa tersebut, hanya perlu menempuh waktu sekitar 1-1,5 jam dari Purwakarta, atau pintu keluar tol Jatiluhur Cipularang. Menjelang memasuki desa Cisarua, kita sudah disuguhi pemandangan indah di kejauhan berupa aliran sungai Citarum, dengan bukit-bukit hijau nan permai. Di kanan kiri, berbaris tak teratur batu-batu seukuran sapi, kerbau dan gajah. 

Jalannya lumayan bagus. Ada beberapa bagian yang jelek, namun sebagian besar mulus. Bahkan, ketika memasuki desa tersebut, jalan mulus baru dibeton menghampar. Memanjakan warga yang melewatinya. Kedua desa ini bukan rute yang biasa dilewati wisatawan yang mau mendaki ke kawasan wisata Gunung Bongkok atau Gunung Lembu yang sudah terkenal itu.

Seharian di sana tidak cukup untuk menikmati lukisan alam yang begitu indah. Apalagi selain turun ke sungai, kita juga bisa mendaki gunung Bongkok untuk menggapai titik terindah dalam memotret lukisan di muara sungai dan waduk Jatiluhur dari ketinggian. Pemandangannya wah sekali. Untuk mencapai titik tertinggi itu, hanya butuh waktu dua jam. Itulah Puncak Batu Susun Gunung Bongkok yang menjadi tujuan para pendaki dan pencinta wisata alam seantero Jawa Barat.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Di kaki-kaki bukit atau gunung Bongkok dan Parang, pemerintahan desa setempat membangun tempat-tempat wisata. Sajiannya adalah aliran sungai, batu-batu besar, pohon rindang berpadu dengan semilir angin segar dan arsitektur alami. Jembatan bambu menjadi media kita berjalan mengelilingi keindahan tersebut. Konon, di salah satu kaki gunung Bongkok terdapat gua misteri, peninggalanan masa penjajahan dulu. Konon, karena saya tidak sampai ke sana...

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Melihat batu-batu yang bertebaran di seantero dua desa itu, kepala saya terus bertanya-tanya, "Bagaimana bisa batu-batu itu berada di sana? Siapa yang meletakkan batu-batu itu? Jangan-jangan di bawah tanah-tanah warga itu ada situs purbakala seperti di gununng Padang?"  Beragam pertanyaan asal berseliweran. 

Pun dugaan-dugaan ala pemikir amatiran. "Mungkin dulunya gunung Parang dan gunung Bongkok adalah satu kesatuan gunung. Kemudian mereka meledak atau hancur, entah karena gempa atau alasan lainnya, sehingga batu-batu terlempar ke bagian bawah sampai ke muara sungai Citarum."

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Ah, saya bukan arkeolog. Tapi, batu-batu itu begitu eksotis sehingga melecutkan imajinasi, dan memuaskan dahaga wisata, untuk menyegarkan kembali kepala dari penatnya kawasan Jabodetabek. Oh ya, saya datang ke desa itu dalam rangka pendampingan program literasi di SDN 02 Cisarua dan SDN 01 Tegalsari, yang diselenggarakan oleh Yayasan Nurani Dunia pimpinan sosiolog Imam B. Prasodjo yang bekerja sama dengan Institut Penulis Indonesia (IPI) didukung oleh Petra Pertamina.

Saya akan ke sana lagi...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun