Mohon tunggu...
Dodi Mawardi
Dodi Mawardi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Writerpreneur, Pendidik, Pembicara

Penulis kreatif sudah menghasilkan puluhan buku, antara lain Belajar Goblok dari Bob Sadino dan Belajar Uji Nyali dari Benny Moerdani. Selain aktif menulis, juga sebagai dosen, pendidik, dan pembicara bidang penulisan, serta komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Refleksi 27 Tahun SMA Taruna Nusantara

14 Juli 2017   16:32 Diperbarui: 14 Juli 2017   20:43 1866
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tiga aspek yang baru muncul belakangan dengan kombinasi IQ (intellectual quotient), EQ/SQ (emotional/spiritual quotient) dan PQ (phisical quotient). SMA TN tidak hanya menggembleng siswa dengan bekal disiplin ala militer dengan tempaan fisik, melainkan juga bekal akademik dan kepribadian (karakter, termasuk sisi spiritual). Ketiga aspek itu, sampai saat ini, dan mungkin sampai berdekade-dekade mendatang masih relevan. Bahkan dalam beberapa sisi, justru semakin krusial dan dibutuhkan. Sebagian dari kita sepakat, bahwa salah satu masalah kritis bangsa ini berada pada aspek kepribadian (karakter/spritulual). Banyak yang cerdas tapi tidak berkarakter. Banyak yang jago memimpin tapi tidak berkepribadian. Banyak yang lengkap sebagai pribadi, tapi tidak sehat dan bugar.

Selain itu, konsep awal SMA TN juga dilengkapi dengan 3 wawasan pendidikan yaitu:

  • Wawasan kejuangan
  • Wawasan kebangsaan
  • Wawasan kebudayaan.

Wawasan kejuangan mendidik siswa untuk memiliki daya juang tinggi (sekarang dikenal dengan nama AQ -- Adversity Quotient yang dipopulerkan oleh Paul G. Stoltz) dalam merespon dan mencapai tujuan. Wawasan ini bercermin pada perjuangan para pendahulu negeri yang berjuang memerdekakan negeri ini, melalui beragam cara, baik fisik maupun non fisik.

Wawasan kebangsaan mengajarkan siswa untuk mencintai negerinya luar dalam secara total. Negeri yang dibangun dengan susah payah oleh pendiri bangsa, dibungkus oleh impian-impian visioner masa depan. Slogan NKRI harga mati, bukan pepesan kosong dalam pendidikan wawasan kebangsaan SMA Taruna Nusantara.

Wawasan kebudayaan, membekali siswa SMA TN tentang betapa hebatnya bangsa ini; Betapa kayanya negara ini; Betapa beragamnya nusantara ini. Kondisi yang harus diresapi lalu dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Itulah sebabnya, siswa SMA TN berasal dari seluruh pelosok Indonesia, dari Sabang sampai Merauke. Lulusan SMA TN seharusnya  sudah tidak perlu grogi dan asing dengan teriakan masa kini bernuansa heroik: Saya Indonesia -- Saya Pancasila.  Siswa SMA TN selama tiga tahun berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari bersama perbedaan dan keberagaman namun berdasarkan semangat persatuan.

Masya Allah, ketika saya terjun ke dunia pendidikan lebih dari satu dekade lalu, ternyata konsep pendidikan SMA TN ini adalah konsep yang luar biasa lengkap!  Tidak heran jika konsep SMA TN ini kemudian dicopypaste oleh banyak pihak dalam membangun sekolah berasrama. Beberapa pendiri dan konseptor SMA TN pun 'laku' menjadi konsultannya. 

SDM SMA TN

Untuk mendukung sebuah konsep, dibutuhkan SDM yang tepat dan memadai. Dua jenis SDM itu adalah pengelolanya (guru dan perangkat pendukungnya) serta siswa yang dikelola. Para pendiri SMA TN sudah memiliki konsep lengkap dalam memilih SDM tersebut.  Mereka sudah menenttukan kriteria, spek dan jenis SDM yang dibutuhkan agar konsep bisa berjalan dengan baik.

Itulah sebabnya, seleksi guru dan perangkat pendidikan dilakukan dengan sangat ketat. Hanya guru terbaik yang bisa masuk menjadi pengajar di sekolah tersebut. Mereka berasal dari sekolah-sekolah unggulan di seluruh Indonesia. Bahkan, sebelumnya para pendiri pun sudah menyeleksi kepala sekolah dan para wakilnya. Mereka menjatuhkan pilihan kepala sekolah kepada seorang profesor antropologi yang memang sangat berpengalaman dalam mengelola lembaga pendidikan, yaitu Profesor Tarwotjo. Bayangkan... sebuah SMA dipimpin oleh seorang profesor. Tapi demi kualitas, hal itu dilakukan. Dan hebatnya, sang profesor pun mau. Tentu, ada alasan khusus kenapa pak Tarwotjo begitu bergairah memimpin SMA, sebuah degradasi lembaga bagi seorang profesor.

Sang profesor didampingi oleh para wakil kepala sekolah yang berasal dari latar belakang berbeda. Urusan akademik - kurikulum dipimpin oleh mantan kepala SMAN 1 Yogyakarta -- Sri Martoyo. SMAN 1 Yogya sudah amat terkenal sebagai gudangnya lulusan-lulusan bermutu akademik kelas satu. Bidang kesiswaan (aspek kepribadian) dipercayakan kepada seorang kolonel marinir Karim Usman.  Pak Benny berkali-kali mempelajari sistem pembentukan karakter siswa di sejumlah lembaga pendidikan. Untuk siswa selevel SMA, korps marinir menjadi pilihannya. Sebagai perwakilan taman siswa dengan sistem amongnya,  terpilih Ki Sunarno sebagai wakil kepala sekolah. Sebuah sekolah tidak akan berjalan dengan baik tanpa didukung oleh tim administrasi yang memadai, sehingga wakil kepala sekolah bidang itu dipercayakan kepada seorang kolonel TNI AD -- Sadja M.

Bagaimana dengan para siswanya? Setali tiga uang. Seleksi ketat diberlakukan. Siswa yang boleh ikut hanya lulusan SMP yang selama bersekolah harus selalu berada di dalam peringkat 10 besar, sejak kelas 1 sampai kelas 3. Nilai beberapa mata pelajarannya, minimal 7.5. Seleksi yang diterapkan berjenjang mulai dari kabupaten, propinsi sampai tingkat nasional. Materi yang dujikan mulai dari akademik, kreativitas, kesemaptaan jasmani, kesehatan sampai wawancara ideologi. Tidak ada kongkalikong, karena pak Benny dan timnya mengawasi langsung seluruh proses tersebut, yang melibatkan komando TNI sejak dari kabupaten (Kodim). Dari seluruh Indonesia, dengan latar belakang begitu beragam, lebih dari 10.000 siswa mendaftar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun