Mohon tunggu...
Dodi Mawardi
Dodi Mawardi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Writerpreneur, Pendidik, Pembicara

Penulis kreatif sudah menghasilkan puluhan buku, antara lain Belajar Goblok dari Bob Sadino dan Belajar Uji Nyali dari Benny Moerdani. Selain aktif menulis, juga sebagai dosen, pendidik, dan pembicara bidang penulisan, serta komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Belajar Jadi Negarawan a la Muhammadiyah

8 Februari 2017   09:28 Diperbarui: 8 Februari 2017   09:40 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertikaian politik menjelang pilkada serentak makin sengit. Terutama dalam Pilkada Jakarta. Bagi orang-orang yang mau berpikir dan menggunakan otaknya untuk kebaikan, maka perseteruan dan pertikaian politik bisa menjadi wahana belajar yang luar biasa. Kita bisa menyaksikan beragam karakter pemimpin, plus dan minusnya, serta karakter para pengikutnya. Pembelajaran karakter sekarang menjadi lebih mudah, dengan hadirnya media sosial yang berada dalam genggaman setiap orang. Meskipun, terjadi bias materinya di sana-sini.

Menurut Ketua PP Muhammadiyah – Haedar Nasir, apa yang terjadi saat ini bisa menjadi ajang pembelajaran negeri ini dalam melahirkan negarawan. Siapa itu negarawan? Tokoh politik atau non politik yang lebih mengedepankan kepentingan bangsa dan negaranya di atas kepentingan pribadi dan kelompoknya. Itulah negarawan.

Bagaimana belajar menjadi negarawan? Menurut Haedar, kita bisa mencontoh para pendahulu bangsa. Dulu, para pemimpin bangsa ini seperti Bung Karno, Bung Hatta, Agus Salim dan lain sebagainya, rajin berbeda pendapat dan berdebat. Konflik politik pun kerapkali terjadi. Namun menurutnya, para pendahulu berdebat dengan cara luar biasa. Berbeda pandangan politik dengan cara yang lebih elegan. Tidak seperti sekarang, yang cenderung lebih pragmatis dan emosional serta melibatkan massa pendukungnya, dengan memanfaatkan media sosial.

Haedar juga menambahkan bahwa para pendiri bangsa berbeda pandangan bukan untuk kepentingan diri dan kelompoknya, namun untuk kepentingan bangsa. Mereka bisa beradu argumen sangat tajam dan keras. Tapi tujuannya bukan untuk diri mereka sendiri, melainkan untuk kepentingan bangsa dan negara. Dia melihat, hal itu tidak terjadi sekarang. Banyak pertikaian dan pertentangan politik hanya untuk kepentingan sesaat, dan kepentingan kelompoknya. Meskipun dia tetap mencoba optimistis, ““Siapa tahu dari latihan bertengkar, kita jadi negarawanan. Tapi harus belajar…”

Pesan-pesan seperti yang disampaikan Ketum Muhammadiyah ini sangat penting. Pesan, himbauan dan ajakan positif bagi seluruh bangsa. Semakin banyak tokoh yang memberikan himbauan semacam ini akan semakin baik. Apalagi jika yang memberikan pesan itu adalah pihak yang benar-benar tulus tanpa embel-embel kepentingan apapun di belakangnya.

Apa yang terjadi sekarang ini, kadang bisa menjadi tontonan buruk bagi pembangunan karakter manusia Indonesia. Anak-anak kita, mulai usia dini sampai remaja, bisa menyaksikan semua ini dengan gamblang. Generasi anak dan remaja sekarang, bisa mengakses informasi dengan sangat mudah berkat media sosial melalui gawainya masing-masing. Apalagi sebagian dari kita – para orangtua – punya keterbatasan dalam mengawasi mereka. Anak-anak dan remaja akan mencerna hiruk pikuk para elit yang ‘bertengkar’ dengan cara berpikir ala anak/remaja. Sebagian dari mereka, masih dalam tahap memfotokopi apapun yang ada di hadapannya dan tidak bisa membedakan mana yang baik dan yang buruk.

Tentu saja, Anda dan saya tidak mau generasi masa depan Indonesia meniru hal-hal buruk yang terjadi. Kita – yang masih waras pikiran dan hati – pasti ingin agar masa depan Indonesia makin cemerlang di tangan generasi penerus yang memiliki karakter unggul. Termasuk dalam hal kepemimpinan, sebagai tokoh masa depan yang negarawan seperti himbauan Ketum PP Muhammadiyah. Mari belajar!

“Mari semua tokoh untuk belajar menjadi negarawan, yakni mengedepankan kepentingan umat, bangsa dan negara, melampaui kepentingan diri dan kelompok sendiri.” (Haedar Nasir – Ketum PP Muhammadiyah).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun