Mohon tunggu...
Dodi Mawardi
Dodi Mawardi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Writerpreneur, Pendidik, Pembicara

Penulis kreatif sudah menghasilkan puluhan buku, antara lain Belajar Goblok dari Bob Sadino dan Belajar Uji Nyali dari Benny Moerdani. Selain aktif menulis, juga sebagai dosen, pendidik, dan pembicara bidang penulisan, serta komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Kisah Mantan Pilot Qatar, Belah Bukit di Blitar

11 Januari 2017   09:06 Diperbarui: 11 Januari 2017   19:08 1698
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dia adalah mantan pilot Qatar Airways. Sebelumnya, dia mengabdi di maskapai Garuda Indonesia. Lebih dari 20 tahun menjalani profesi tersebut, dan membawanya melanglang buana. Kini, dia tak lagi mengawaki pesawat. Sejak beberapa bulan silam, dia memutuskan berhenti, untuk mengabdi di kampung halamannya. Sebuah bukit kapur disulapnya menjadi tempat wisata yang menarik. Miftakhul Ahsan, nama mantan pilot tersebut. Dia punya cita-cita luhur untuk berkarya di kampung, mengembangkan bisnis wisata edukasi. Miftah lahir di Tulung Agung, kabupaten yang berbatasan langsung dengan Blitar, lokasi tempat wisata yang sedang dirintisnya.

Sekilas, lokasi wisata ini sama sekali tidak menjanjikan. Panas dan gersang. Demikian kesan kami ketika berkunjung ke sana. Debu masih leluasa beterbangan. Lokasinya persis di perbatasan Blitar dan Tulung Agung, di kecamatan Kademangan. Di wilayah ini terdapat bukit-bukit yang berderet-deret, seolah memisahkan wilayah pantai dengan daratan. Sebelah kiri adalah wilayah perkotaan Tulung Agung dan Blitar, sedangkan di balik bukitnya adalah wilayah menuju pantai selatan.

Di salah satu bukit itulah, Miftah mulai berkreasi. Dia menyebutnya sebagai Bukit Bunda, yang dituliskannya di atas salah satu bukit, mirip dengan tulisan Hollywood di Los Angeles sana. Setiap pengunjung yang baru datang, pasti akan bisa langsung melihat tulisan raksasa tersebut. Kenapa namanya Bukit Bunda? …”Biar semua orang bertanya,” katanya terkekeh. Blitar memang terkenal dengan wisata bukit. Di sana, juga ada Bukit Teletubbies (deretan bukit dengan rumput hijau royo-royo mirip bukit dalam film anak Teletubbies) dan Bukit Bintang (dari bukit ini pengunjung dapat leluasa dan jelas melihat bintang di malam hari serta menikmati pemandangan kota Blitar dari ketinggian).

Jika dua bukit wisata lainnya adalah wisata natural – apa adanya – maka Bukit Bunda adalah hasil paduan kondisi alam dengan kreativitas sang pilot. Dia membelah-belah bukit tersebut, menjadikannya layak daki, bahkan bisa dilalui kendaraan bermotor dan mampu memberikan kesan berbeda. Pekerjaannya belum selesai. Baru 40%. Namun, jumlah pengunjung yang datang membludak. Miftah menyediakan sejumlah spot fotografi yang sulit ditemukan di tempat lain. Keren. Dan langsung menjadi tempat favorit kalangan muda di Blitar dan Tulung Agung.

Jika Miftah sebagai pengelola menyebut lokasi wisatanya sebagai Bukit Bunda, mungkin pengunjung – terutama kalangan muda – akan berbeda pendapat. Sebagian mereka menyebutnya sebagai Bukit Cinta. Banyak spot romantis di sana. Bahkan ke depan, lulusan SMA Taruna Nusantara itu sedang membelah sebuah bukit lagi, akan membuat jembatan yang menyambungkan bukit yang terbelah itu. Dia menamakannya sebagai jembatan cinta, karena di jembatan itu, pengunjung dapat mengabadikan cinta mereka dengan pasangannya. Romantis sekali.

Di kaki bukit, pengelola menyediakan tempat kuliner yang bercita rasa tinggi, baik dari sisi desain maupun menunya. Terasa sekali, sentuhan seorang pilot yang sudah menginjak banyak kota di belahan bumi manapun. Dia meramunya menjadi sebuah tempat yang asyik, untuk kongkow para pengunjung. Menikmati makanan dan minuman, sambil merasakan suasana yang berbeda dilengkapi sebuah layar raksasa yang membelakangi bukit. Pengunjung yang lelah berfoto di kaki-kaki bukit yang menanjak atau di puncak bukit yang eksotis atau memanfaatkan motor trail dan mobil Komodo mengelilingi bukit, bisa beristirahat nyaman di tempat-tempat makan itu.

Hebatnya, dia merangkul warga sekitar untuk berperan besar dalam pengelolaan Bukit Bunda. Tenaga kerja yang berjumlah lebih dari 20 orang adalah warga setempat. Penyedia makanan juga warga setempat. Benar-benar memberdayakan orang-orang sekampungnya. Sebuah hal luar biasa, yang dapat menjadi contoh buat orang-orang hebat dan pintar di kota besar untuk kembali membangun kampung halamannya. Pulang ke desa, memberdayakan dan memampukan warga desa. Dengan kreativitas, Anda sangat bisa menciptakan peluang besar di desa. Miftakhul Ahsan, mantan pilot Qatar Airways dan Garuda Indonesia itu, sudah membuktikannya. Merealisasikan impian-impiannya!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun