Mohon tunggu...
Dodi Mawardi
Dodi Mawardi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Writerpreneur, Pendidik, Pembicara

Penulis kreatif sudah menghasilkan puluhan buku, antara lain Belajar Goblok dari Bob Sadino dan Belajar Uji Nyali dari Benny Moerdani. Selain aktif menulis, juga sebagai dosen, pendidik, dan pembicara bidang penulisan, serta komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kenangan Indah Bersama Pepih Nugraha

4 Januari 2017   09:55 Diperbarui: 4 Januari 2017   10:02 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hehe, judulnya terkesan gimana gitu ya. Seolah-olah kangmas Pepih adalah siapanya saya eh saya siapanya kang Pepih, eh.... Nyuhunkeun hampura kang Pepih. Judul ini memang tujuannya untuk mengenang bos Kompasiana - eh mantan bos Kompasiana itu, yang memberi kesan khusus di hati saya. Bagaimana pun, rakyat Kompasiana akan bersedih ditinggal oleh raja yang selama ini menjadi pemimpinnya. 

Dan saya merasa sebagai rakyat yang beruntung sempat berinteraksi dengannya. Sebagai rakyat Kompasiana yang jelata ini, bertemu dengan raja Kompasiana merupakan sebuah keistimewaan. Dan hal itu benar-benar terjadi beberapa tahun silam bukan di Jakarta atau di pulau Jawa, tempat kami tinggal, melainkan di Malinau, sebuah kota terpencil perbatasan Indonesia - Malaysia di Kalimantan Utara. 

Sebelum berjumpa, saya sudah tahu sedikit tentang beliau. Pertama dari laman Kompasiana, yang memang berkali-kali memuat celotehan kang Pepih. Kedua dari toko buku. Beliau termasuk rajin menulis dan menghasilkan sejumlah karya tulis di bidang jurnalistik yang beberapa diantaranya saya beli untuk kemudian dipelajari. Secara tidak langsung, beliau adalah guru menulis saya. 

Yang paling berkesan adalah buku beliau tentang menulis profil "Menulis Sosok Secara Inspiratif, Menarik dan Unik". Kesan tersebut semakin mendalam karena ketika berjumpa di Malinau itu, beliau menghadiahi saya sebuah buku berjudul "Ibu Pertiwi, Memanggilmu Pulang".  

Ngapain kami ke Malinau nun jauh di sana? Seperti pernah saya tulis di sini  kami berjumpa untuk memenuhi undangan Bupati Malinau Dr. Yansen TP, dalam rangka diskusi dan peluncuran buku "Revolusi dari Desa." 

Kang Pepih menjadi salah satu narasumber atau pembedah. Sedangkan saya - yang ikut membantu menyunting buku tersebut - kebagian peran sebagai moderator. Sungguh... saya senang bukan kepalang sepanggung dengan sang raja Kompasiana. Sekali lagi, sebagai rakyat jelata Kompasiana, moment itu tak mungkin terlupakan. 

Apalagi selama di Malinau, kami melakukan sejumlah kegiatan bersama, menyaksikan, meliput dan menulis momentum besar di kota tersebut, berupa perayaan ulang tahun Malinau ke-15. Pesta rakyat besar-besaran yang dilakukan setiap dua tahun sekali bertajuk IRAU. Saya belajar sejumlah hal dari kang Pepih, baik secara verbal maupun non verbal. 

Kalimat-kalimat yang mengalir dari mulut kang Pepih selalu kontekstual dan berdasarkan referensi (terutama buku). Kelihatan sekali bahwa beliau adalah seorang pembaca sejati, bukan sekadar penulis atau wartawan. Suatu hal yang sekarang selalu saya coba lakukan, dan ternyata memang tidak mudah. Lalu, selama kegiatan di sana, saya melihat sendiri bagaimana tindak tanduk beliau ketika menyaksikan dan ikut larut dalam pesta rakyat itu. Beberapa di antaranya saya abadikan dengan kamera. Ketika saya tunjukkan hasilnya, beliau hanya tersenyum. 

dokumentasi Pribadi
dokumentasi Pribadi
Beliau memang rendah hati. Walaupun dalam sejumlah tulisan hasil karyanya, isinya sungguh "tinggi". Saya yang bukan siapa-siapa dan belum apa-apa dibanding beliau, bisa dengan mudah langsung berakrab ria dan seolah sudah saling kenal lama. Apalagi ketika beliau tahu, saya juga penikmat dan pelaku Kompasiana. Raja yang luar biasa dalam memperlakukan rakyatnya. Sulit menemukan raja sesungguhnya dengan karakter demikian. Ah, lumayan banyak kenangan bersama kang Pepih...

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Saat itu, dua tahun yang lalu, kang Pepih sudah melontarkan sejumlah curhat (tentang niat dan impiannya)... untuk melahirkan dan membesarkan anaknya sendiri. Memang benar, beliau sudah sukses mengandung, melahirkan dan membesarkan Kompasiana, sebuah media warga paling sukses di negeri ini. Beliau bangga dan bahagia. Namun, bagaimana pun akan lebih bangga, bahagia (dan rasa puas tersendiri) jika bisa mengandung, melahirkan dan membesarkan anak sendiri. Ternyata, itulah yang terjadi di awal 2017 ini. Kang Pepih, benar-benar merealisasikan impiannya. 

Selamat berkarya Kang Pepih. Semoga Allah Swt., meridhoi setiap langkah Akang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun