Mohon tunggu...
Dodi Mawardi
Dodi Mawardi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Writerpreneur, Pendidik, Pembicara

Penulis kreatif sudah menghasilkan puluhan buku, antara lain Belajar Goblok dari Bob Sadino dan Belajar Uji Nyali dari Benny Moerdani. Selain aktif menulis, juga sebagai dosen, pendidik, dan pembicara bidang penulisan, serta komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ini Dia Resep Cespleng Intoleransi di Indonesia

27 Desember 2016   07:37 Diperbarui: 27 Desember 2016   08:28 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang pengamat intelijen Indonesia mengatakan, “Indonesia sedang dalam kondisi darurat toleransi.” Pernyataannya itu dikutip sebuah media Australia. Lebih lanjut dia mengatakan, kondisi di Indonesia saat ini mirip seperti di Suriah. Komentar sang pengamat ini melengkapi laporan media Australia tersebut tentang kekhawatiran pemerintah negara Kanguru itu terhadap kondisi intoleransi dan radikalisme di Indonesia.

Betulkah kondisi Indonesia sudah darurat toleransi?

Betulkah kondisi Indonesia sudah mirip Suriah?

Anda  sudah bisa menjawabnya. Pasti beragam. Tergantung latar belakang Anda dan pengalaman selama ini.

Yang jelas, terlepas dari pernyataan itu benar atau tidak, kita memang harus selalu waspada dan terus memperbaiki kondisi bangsa. Ancaman terbesar buat NKRI bukan berasal dari luar, namun dari dalam diri kita sendiri. Memang terdapat potensi amat besar terkait intoleransi plus radikalisme. Perbedaan latar belakang rakyat Indonesia sungguh tajam dan beragam. Selama ini kita bisa hidup damai berdampingan karena memiliki tujuan yang sama seperti cita-cita pendiri bangsa yaitu Indonesia yang maju, adil, makmur dan sejahtera. Selama berpegang kepada cita-cita para pendiri bangsa, kita pasti bisa tetap bersatu.

Alat pemersatu itu harus terus diperkuat. Terima kasih kepada alm. Taufik Kiemas yang memformulasi ulang fondasi kekuatan bangsa dalam format Empat Pilar yaitu dasar negara Pancasila, Undang-undang Dasar 1945, semboyan Bhineka Tunggal Ika dan komitmen Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Setiap elemen bangsa harus benar-benar memegang teguh Empat Pilar Bangsa tersebut. Selama ini kampanye Empat Pilar hanya dilakukan oleh anggota DPR dan MPR. Padahal, seharusnya seluruh elemen pemerintahan di pusat dan daerah, para guru di seluruh Indonesia, aparat TNI/Polri, para pemuka agama, tokoh masyarakat, dan figur publik ikut serta secara aktif menggelorakan Empat Pilar.

Empat Pilar harus menjadi landasan kita dalam menjaga kesatuan Indonesia yang amat beragam ini. Intoleransi akan berkurang dengan sendirinya, ketika kita benar-benar menjalankan Empat Pilar. Radikalisme tidak akan tumbuh seperti sekarang jika Empat Pilar sudah menjalar ke sanubari setiap orang Indonesia. Empat Pilar adalah resep preventif. Bukan kuratif. Dia akan mencegah semakin berkembangnya intoleransi dan radikalisme di Indonesia.

Jika kita sepakat dengan pendapat pengamat intelijen tentang darurat toleransi di Indonesia, maka Empat Pilar harus lebih digalakkan. Kita punya tujuan dan kepentingan yang sama. Siapapun Anda, dengan latar belakangan apapun. Kita mau hidup damai, aman dan nyaman. Kita mau anak cucu kita kelak bisa hidup lebih baik dibanding kita saat ini. Kita mau menggapai cita-cita para pendiri bangsa menuju Indonesia yang adil, makmur dan sejahtera. Kita punya cita-cita luhur yang sama.

Kondisi kita saat ini, masih jauh sekali jika dibandingkan dengan kondisi di Suriah. Jauh sekali. Namun, sejumlah pihak berusaha mendekat-dekatkan kondisi itu dengan tujuan tertentu. Saya ingat sekali ketika beberapa tahun lalu – masih era SBY – terjadi pergantian kekuasaan secara paksa di Timur Tengah dan Afrika Utara. Mulai dari Tunisia, kemudian Mesir dan Libya. Sejumlah orang Indonesia berusaha menarik isu itu ke Indonesia, dan memirip-miripkan kondisi di sana dengan di Indonesia.  Padahal, kondisinya jauh berbeda. Dan terbukti saat itu, isu menyamakan Indonesia dengan Timur Tengah tidak laku. Indonesia memang beda.

Pun demikian saat ini. Indonesia bukan Suriah. Indonesia tidak akan seperti Suriah. (Sekalian berdoa dan mensugesti diri… agar kita tidak pernah menjadi seperti Suriah). Indonesia adalah negara pecinta damai, yang mau hidup nyaman berdampingan, bhineka tunggal ika, dan punya cita-cita luhur yang sama. Kita punya Empat Pilar Bangsa, sebagai resep cespleng untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.

Saya, Anda, kita boleh berbeda-beda, tapi kepentingan kita sama, agar anak cucu kelak bisa hidup lebih baik. Saya cinta Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun