Mohon tunggu...
Dodi Mawardi
Dodi Mawardi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Writerpreneur, Pendidik, Pembicara

Penulis kreatif sudah menghasilkan puluhan buku, antara lain Belajar Goblok dari Bob Sadino dan Belajar Uji Nyali dari Benny Moerdani. Selain aktif menulis, juga sebagai dosen, pendidik, dan pembicara bidang penulisan, serta komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Ubud Writers Festival Buat Siapa?

4 November 2015   09:19 Diperbarui: 4 November 2015   09:41 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wajar jika kemudian muncul pertanyaan, sebenarnya festival ini untuk siapa? Jika berdasarkan fakta selama 12 kali penyelenggaraan Ubud Writers Festival, tampaknya lebih dirasakan manfaatnya oleh warga negara asing, khususnya orang Australia. Mereka memang haus ilmu pengetahuan. Bahkan sebagian besar dari warga Australia yang datang adalah yang berusia di atas 50 tahun. Artinya mereka tetap haus pengetahuan, meski usia sudah tidak muda lagi. Setiap kali mengikuti diskusi, para senior ini duduk di deretan paling depan, menyimak dengan saksama dan mencatat hal-hal yang dianggap penting. Tak jarang mereka pun melontarkan pertanyaan.

Kenapa warga Indonesia enggan datang ke festival menulis? Bukan rahasia lagi jika tingkat melek intelektual kita masih rendah. Penghargaan terhadap kaum intelektual pun relatif rendah. Kita masih jauh lebih menghargai dan berani membayar mahal para penghibur, dibanding para intelektual, apalagi penulis. Itulah kenapa acara-acara hiburan seperti sinetron atau pertunjukan musik, dengan tarif setinggi apapun, selalu dipenuhi pengunjung lokal. Sedangkan acara-acara intelektual sepi. Hal yang berbeda dengan yang terjadi di negara maju. Di Austtalia misalnya, hampir setiap kota memiliki festival menulis setiap tahun, dan selalu ramai pengunjung.

Butuh waktu panjang untuk meningkatkan kesadaran belajar bangsa ini. Tapi, Ubud Writers & Readers Festival akan datang lagi tahun depan. Tidak peduli apakah jumlah pengunjung Indonesia akan naik atau tidak. Tak peduli cibiran dari kanan dan kiri. Mereka terus berbuat dan berbenah. Mereka menyuarakan lewat corong intelektual tentang wangi Indonesia melalui festival intelektual, yang sudah dianggap sebagai yang terbesar di Asia Tenggara, dan salah satu dari 10 festival menulis di dunia yang wajib dikunjungi pecinta intelektual.

Matur Suksma!

 

Dodi Mawardi, Penulis Profesional; Pengelola Sekolah Menulis Kreatif Indonesia dan Yayasan Bhakti Suratto

*) Sumber Gambar: Dok. Pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun