Guru memetakan kesiapan belajar, misalnya murid yang kondisi di rumah/keluarganya mendukung pembelajaran dengan yang tidak, juga kendala yang mereka temui saat belajar. Jika menemukan murid yang membutuhkan motivasi dalam lingkungan rumah, guru dapat melakukan diskusi lebih dalam dengan orang tua/wali. Guru juga bisa memetakan berdasarkan minat murid, contohnya: auditori, visual dan kinestetik.
Refleksi dan Dampak
Dengan melakukan asesmen awal pembelajaran, guru dapat mengetahui kondisi awal murid sebelum mengikuti pembelajaran. Kita lebih bisa mengidentifikasi setiap murid berdasarkan kebutuhan masing-masing. Hasil asesmen juga dapat digunakan sebagai bahan dalam merancang pembelajaran berdiferensiasi. Perancangan pembelajaran mulai dari modul ajar atau rencana pelaksanaan pembelajaran, asesmen dan metode dapat mempertimbangkan hasil analisis asesmen awal pembelajaran ini. Bagi murid, refleksi asesmen awal pembelajaran ini membuat mereka merasa senang dan antusias, contohnya saat menggambarkan perasaan mereka dengan emoticon.
Tips yang Bisa Dilakukan
Agar tidak memberatkan, asesmen awal pembelajaran dilaksanakan secara sederhana dan sesuai dengan kesiapan murid dan satuan pendidikan. Bentuk asesmen tidak harus tertulis, boleh dalam bentuk wawancara singkat dan lain-lain. Asesmen awal juga bisa dilakukan saat murid memasuki materi ajar baru. Misalnya murid menulis hal yang sudah dan belum mereka ketahui tentang materi tersebut. Guru bisa memanfaatkan fitur Asesmen Murid yang ada di Platform Merdeka Mengajar (PMM) sebagai bahan untuk asesmen kemampuan awal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H