Mereka masih punya tanggung jawab lainnya seperti bekerja, urusan rumah dan sebagainya. Orang tua juga merasa kesulitan memahami pelajaran dan memotivasi anak saat mendampingi belajar di rumah.
Hal ini juga sangat berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik. Guru tidak dapat mengetahui secara pasti tingkat pemahaman siswa karena tidak bisa melakukan pembelajaran tatap muka.Â
Banyak kasus yang terjadi, tugas-tugas yang harusnya dikerjakan peserta didik, malah dikerjakan oleh orang tua. Akibatnya, laporan hasil belajar tidak dapat menjadi instrumen yang akurat dalam mengetahui tingkat kemampuan peserta didik.
Berbagai kendala yang ada tersebut, melatarbelakangi penulis untuk melakukan inovasi cara pembelajaran yang dapat mengatasi kekurangan-kekurangan dari BDR. Penulis berupaya agar setiap peserta didik dalam satu kelas dapat tetap berinteraksi satu sama lain meski dari rumah masing-masing. Sehingga mereka tetap dapat berkomunikasi dengan bantuan teknologi informasi.
Inovasi itu penulis lakukan di kelas 4-A SDN 011 Balikpapan Tengah. Guru membuat video pembelajaran interaktif yang mengandung unsur MIKIR untuk semua tema/mata pelajaran, yang diunggah di layanan video streaming. MIKIR adalah metode pembelajaran aktif yang dikenalkan oleh Tanoto Foundation kepada sekolah-sekolah mitra Tanoto Foundation.Â
MIKIR merupakan akronim dari mengalami, interaksi, komunikasi, dan refleksi. Proses pembelajaran ini diharapkan dapat menjadikan peserta didik untuk lebih kreatif, mampu berkolaborasi dalam kelompok, dan kritis selama pembelajaran berlangsung, meski secara daring.
Video pembelajaran yang mengandung unsur MIKIR tersebut, diikuti oleh peserta didik di rumah masing-masing dengan tetap didampingi orang tua. Orang tua tidak lagi bertindak membantu peserta didik mengerjakan soal-soal dari guru, tetapi memfasilitasi peserta didik menemukan informasi berdasarkan panduan dari video pembelajaran.
Guru mengunggah video pembelajaran di layanan streaming youtube, lalu membagikan tautan ke whatsapp grup sehingga para siswa seakan-akan belajar bersama guru. Misalnya dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), guru mengirimkan video yang berdurasi kurang dari sepuluh menit. Tujuannya, agar siswa tidak bosan saat menyimak video.Â
Di dalam video, guru tidak hanya menjelaskan materi pelajaran. Namun, guru juga mengajak siswa melakukan berbagai macam percobaan sederhana yang dapat dilakukan di rumah. Orang tua bertindak sebagai fasilitator yang mendampingi siswa selama belajar.
Dengan adanya video pembelajaran ini, tanggapan dari siswa dan orang tua sangat baik. Siswa masih dapat merasakan pembelajaran yang bermakna, dan bisa mengulang pembelajaran dan mengikuti video di waktu kapan pun.Â
Sehingga memudahkan orang tua yang harus bekerja pada pagi hari. Hasil belajar siswa juga baik, karena guru tidak hanya memberikan tugas-tugas, tetapi juga menjelaskan materi dan mengajak siswa untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang menyenangkan selama proses belajar.