Â
- Limbah ikan tiba di pabrik pengolahan biodiesel.
- Meskipun sebagai limbah ikan, namun perlu dilakukan  pemisahan antara yang masih bisa dijual dengan yang tidak.
- Kemudian dimasukkan ke boiler dengan suhu pemanasan 100oC.
- Selanjutnya masuk ke mesin expeller. Mesin pemeras (expeller) digunakan untuk memeras biomassa  dari bahan baku limbah perikanan yang sudah dikukus (di-steam)  melalui mesin boiler. Minyak yang dihasilkan akan langsung keluar melalui bagian bawah mesin menuju tempat penampungan yang sudah disediakan. Ampas hasil pemerasan akan keluar melalui saluran keluar yang lain.
- Tahap kelima masuk ke pre-clarificator atau memisahkan minyak dari air dan dari biomassa (padat). Sekarang, cairan  siap untuk menuju proses produksi minyak ikan.
- Kemudian, masuk ke vat (tong) 1 untuk memanaskan minyak pada suhu yang ideal dan pada dasarnya bertindak sebagai pemanas
- Pada tahap berikutnya masuk ke vat 2 dilakukan proses pemisahan gliseran dari minyak (oil) Â tanpa penambahan methanol.
- Â Lalu masuk menuju vat decanter 3. Vat decanter berfungsi pada dasarnya memiliki fungsi untuk memisahkan sebuah cairan. Jika di dalam sebuah pabrik pengolahan minyak, Vat decanter ini memiliki tugas untuk memproses cairan minyak yang disebut crude oil. Crude oil yang berasal dari tank crude oil (vat 1 dan vat 2) di masukkan ke Vat decanter ini untuk memisahkan minyaknya dari bahan-bahan yang berbentuk padat atau serat halus dari limbah ikan yang masih terkandung di dalam crude oil. Pada proses pembuatan minyak ikan ini, Â pada vat (tong) 3 ditambah methanol 20% sebagai katalis.
- Masuk pada vat decanter 4, sekali lagi glycerin dipisahkan. Kemudian masuk ke vat 5, 6, 7 dilakukan proses pemurnian sehingga minyak ikan benar-benar terpisah dari kotoran dan dibersihkan.
- Â Tahap terakhir, Tahap akhir dari procEss adalah pencucian dari Biodiesel dengan uap air bersuhu 95oC, dan kemudian masuk ke proses pengeringan (lebih tepatnya destilasi) untuk memisahkan biodiesel dari uap air yang digunakan untuk pembersihan di tahap sebelumnya. Biodiesel itu dimurnikan sekali lagi dan disaring.
- (Piccolo, 2009).
 Hasil Riset  sebagai Referensi
 Biodesel dari limbah perikanan sangat potensial menjadi bahan bakar alternatif. Banyak sekali riset terdahulu yang dapat dijadikan referensi untuk menghasilkan biodiesel dengan  bahan  kimia dan perlakuan yang berbeda. Selanjutnya metode dari beberapa riset tersebut dapat dijadikan prinsip dasar untuk membuat mesin yang lebih baik dan terbaru dalam proses pengolahan limbah  perikanan menjadi biodiesel, berikut disajikan beberapa cara/modifikasi pembuatan biodiesel dari riset-riset terdahuluÂ
- Pembuatan  biodiesel  dari  minyak  ikan  menggunakan  katalis  basa NaOH dilakukan dengan  radiasi gelombang  mikro.  Kondisi  optimum diperoleh dengan  memvariasikan  daya  gelombang  mikro,  perbandingan  mol  minyak  ikan dan   metanoldan   waktu   radiasi.   Biodiesel   yang   diperoleh   selanjutnya dikarakterisasi menggunakan FT-IR,1HNMR, dan GC-MS. Hasil riset menunjukkan bahwa pertama, penggunaan radiasi  gelombang  mikro pada pembuatan  biodiesel  dari  minyak ikan  dengan  daya  yang  semakin  tinggi  mampu  meningkatkan  hasil  konversi biodiesel.  Daya  yang  optimum  adalah  800 watt  pada  perbandingan  mol minyak ikan dengan metanol sebesar 1:18 (Handayani, 2010).Â
- Pembuatan  biodiesel  dari  minyak  ikan  menggunakan  katalis  basa NaOH  dan  kopelarut  MTBE.  Kondisi  optimal  diperoleh  dengan  memvariasi perbandingan  volume  MTBE  dengan  minyak  dan  waktu  reaksi.  Biodiesel  yang diperoleh selanjutnya dikarakterisasi menggunakan GC-MS, 1HNMR, dan ASTM.  Didapatkan hasil yaitu sifat  fisik  biodiesel yang  meliputi kerapatan relatif,  kekentalan kinematis,  titik nyala, titik kabut, korosi terhadap lempeng tembaga, sisa karbon conradson, dan kandungan air telah memenuhi  standar  ASTM  dan  Dirjen  Migas (Asyanti, 2009).
- Pembuatan biodiesel dengan proses secara transesterifikasi in  situ (metode  untuk memproduksi  biodiesel  yang  mengeliminasi  proses  ekstraksi  dan  pemurnian  minyak, sehingga  dapat  menurunkan  biaya  produksi) dengan perlakuan  konsentrasi pelarut  dan suhu terhadap rendemen biodiesel. Didapatkan hasil  bahwa  perlakuan  terbaik untuk menghasilkan biodiesel secara transesterifikasi in situ diperoleh pada perlakuan konsentrasi  pelarut NaOH  3,5%  dan suhu  reaksi  65oC  menghasilkan jumlah rendemen biodiesel dari spent bleaching earth (SBE) sebesar 53,11% (Wijaya, 2017).
 Â
Saran dan Harapan
 Kendala  utama  untuk  memproduksi  limbah  minyak  ikan  adalah  peran  aktif pemerintah. Bahan bakar alternatif jika tidak mendapat dorongan dan perhatian dari pemerintah akan percuma. Sebab, posisi BBM yang sudah menjadi bahan pokok sulit untuk digantikan. Berbeda halnya  jika  bahan  bakar  alternatif  ini  mendapatkan  label  dari  pemerintah  untuk  diakui kredibilitasnya. Tidak hanya itu, pemerintah juga dituntut turut andil untuk memantau proses pembuatan biodiesel ini agar para UKM tidak sampai kehabisan bahan (Satria, 2015).
            Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI