Krisis Energi
Energi  merupakan  kebutuhan  dasar  manusia,  yang  terus  meningkat  sejalan  dengantingkat kehidupannya.  Bahan  bakar  minyak  (BBM)  memegang  posisi  yang  sangatdominan  dalam pemenuhan kebutuhan energi nasional. Komposisi konsumsi energinasional saat ini adalah BBM : 52,50%; Gas : 19,04%; Batubara : 21,52%; Air : 3,73%; Panas Bumi : 3,01%; dan Energi Baru : 0,2%. Kondisi  demikian  terjadisebagai  akibat  dari  kebijakan  subsidi  masa  lalu  terhadap  bahan  bakar minyak dalam upaya  memacu percepatan pertumbuhan  ekonomi. Suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri bahwa produksi minyak bumi Indonesia mengalami penurunan akibat adanya penurunan secara  alamiah  dan  semakinmenipisnya  cadangan.  Menurunnya  produksi  minyak  mentah  kita  dan tingginya harga minyak mentah dunia sangat berpengaruh terhadap kemampuan anggaran pembangunan (Kholiq, 2015).Â
Aktivitas  sehari-hari  banyak  memerlukan bahan   bakar,   seperti untuk keperluan rumah  tangga,  transportasi,  mesin pabrik, mesin-mesin traktor, hingga ke pembangkit  listrik, yang menggunakan kepada  bahan  bakar  minyak  tersebut. Pemborosan  cadangan  sumber  daya  alam itu  terus  berjalan  berpuluh-puluh  tahun lalu.  Banyak  orang  tidak  pernah  berpikir bahwa suatu ketika, cadangan bahan bakar minyak    (seperti  minyak  diesel)  akan terkuras  habis,  maka  diperlukan  bahan bakar   alternatif  dapat  diperbaharui  dan berkelanjutan seperti biodiesel (Sartoni et al., 2013).
Minyak  biodiesel  merupakan bahan  bakar  alternatif  yang  terbuat  dari  sumber  daya  alam  yang dapat  diperbarui,  meliputi  minyak  tumbuhan  dan  hewan,  baik  di darat  maupun  di  laut.  Pada  sektor  darat  dan  laut,  total  sumber penghasil  minyak  biodiesel  lebih  dari  50  jenis,  meliputi  kelapa sawit,   jarak   pagar,   minyak   jelantah,   kelapa,   kapuk/randu, nyamplung, alga, dan lain sebagainya. Biodiesel ini dapat dijadikan sebagai  bahan  bakar  pengganti  solar,  sebab  komposisi  fisika-kimia antara biodiesel dan solar tidak jauh berbeda (Kuncahyo et al., 2013) .
Biodiesel mempunyai potensi untuk dikembangkan karena  teknologi  pembuatannya  sederhana serta sumber bahan baku yang mudah didapat. Selain itu penggunaan biodiesel cukup mudah sebagai bahan bakar mesin diesel. Biodiesel dapat diperoleh dari minyak nabati atau minyak hewani. Minyak nabati dapat diperoleh dari minyak sawit atau minyak jarak. Sedangkan  minyak  hewani  dapat  diperoleh  dari minyak ikan (Widianto dan Utomo, 2010). Dalam tulisan  ini akan disampaikan produksi biodiesel dari minyak ikan yang berasal dari limbah industri perikanan.
.
Limbah Perikanan
Limbah  yang  dihasilkan  dari  kegiatan  perikanan  seperti  industri  fillet,  steak, penangkapan tuna dan tepung ikan cukup tinggi +/- 30%. Sejauh ini pemanfaatan limbah tersebut  masih  minim. Pemanfaatan  limbah  industri  perikanan menjadi pilihan  yang tepat karena merupakan produk non pangan yang terus-menerus dihasilkan dalam proses produksi dan tidak  akan  terjadi  kompetisi  penggunaan. Limbah  ikan  yang  melimpah dapat  dimafaatkan  lagi,  karena  mempunyai  kandungan  minyak  yang  cukup  tinggi (Hamed et al.cit. Fauzi, 2014).Â
Pada  minyak  ikan  terdapat  asam  lemak  yaitu  Omega-3  yang  terdiri  dari  asam eikosapentaenoat (EPA) dan asam okosaheksaenoat (DHA). Di samping EPA dan DHA, minyak ikan  juga  mengandung  18:4 -3, 0:4 -3 dan bahkan 18:5 -3.  Minyak  ikan  selain  sebagai sumber  asam  lemak  Omega-3  juga  merupakan  sumber  yang  baik  untuk  asam  lemak  Omega-6, asamlinoleat dan asam arakhidonat (Nettleton, 1995). Asam lemak omega-3 adalah asam lemak poli  tak  jenuh  yang  mempunyai  ikatan  rangkap  banyak,  ikatan  rangkap  pertama  terletak  pada atom  karbon  ketiga  dari  gugus  metil.  Ikatan  rangkap  berikutnya  terletak  pada  nomor  atom karbon  ketiga  dari  ikatan  rangkap  sebelumnya.  Gugus  metil  adalah  gugus  terakhir  dari  rantai asam lemak. Contoh asam lemak omega-3 adalah asam lemak eikosapentaenoat EPA (C 20: 5, -3), dan asam lemak dokosaheksaenoat DHA (C 22: 6, -3) (Samosir et al., 2012).
Keunggulan  minyak  ikan  jika dipakai sebagai bahan baku biodiesel memiliki variasi asam lemak lebih tinggi (Steigers cit. Mulyadi, 2011). Selain  itu,  jumlah  asam  lemak  lebih  banyak, rantai  karbon  lebih  panjang  dibandingkan dengan  minyak  atau  lemak  lainnya.  Minyak ikan banyak mengandung jenis asam lemak tak jenuh.  Biodiesel  dapat  diaplikasikan langsung untuk  mesin-mesin  diesel  yang  ada  tanpa diperlukan  modifikasi.  Selain  itu,  biodiesel dapat   terdegradasi   dengan   mudah (biodegradable)  dan  10  kali  tidak  beracun dibanding  minyak  solar,  karena  tidak mengandung  sulfur  serta  senyawa  aromatic sehingga  emisi   pembakaran  yang  dihasilkan ramah lingkungan (Mulyadi, 2011).
Proses pembuatan biodiesel dari limbah ikan melibatkan 2 reaksi kimia yaitu :