Mohon tunggu...
Pentheil Pentheil
Pentheil Pentheil Mohon Tunggu... karyawan swasta -

What's the point of being dead if you don't live a little?

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Persetan dengan Ucapan Selamat

24 Desember 2013   10:47 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:32 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dua tahun lebih saya gabung di kompasiana, mengamati bahwa tiap tahun menjelang hari Natal selalu saja muncul artikel artikel yang pro dan kontra dengan pengucapan “Selamat hari Natal”.

Masing masing artikel tersebut ditulis mulai dari yang mengaku pemeluk agama lain yang tidak ada hubungannya dengan perayaan Natal sampai yang merayakan Natal itu sendiri. Serunya, artikel artikel tersebut saling menampilkan argumen dan dalil yang mereka yakini sahih dan valid, yang selalu dikait kaitkan dengan toleransi beragama. Hasilnya muncul komentar komentar yang lebih sadis dari judul diatas. Lama lama eneg jugalihat artikel semacam itu bertebaran di halaman K, sehingga membuat otak dan tangan saya gatal untuk mencurahkan dan menuliskan artikel curhatan ini.

Persetan dengan ucapan?

Setiap menjelang akhir tahun, pikiran, waktu dan tenaga saya sudah habis. Itu semua untuk mempersiapkan kegiatan perayaan Natal di Gereja atau diorganisasi yang lain, merencanakan liburan dan renungan harian menjelang Natal serta target pekerjaan akhir tahun (hadeeeh…). Sehingga sudah tidak ada waktu dan manfaat untuk memikirkan siapa saja yang bakal mengucapkan “Selamat Natal” pada saya.

Bukannya tidak peduli, saya tetap sangat..sangat..sangat.. menghargai dan berterima kasih bila ada ucapan “Selamat Natal” dari saudara sebangsa beda iman. Eits… tapi ada syaratnya.. saya tidak suka ucapan tersebut bila dilakukan dengan terpaksa. Sorry mori joli strawberry ojo ngasi!! Jangan sampai anda terpaksa dan tersiksa demi dianggap toleran untuk mengucapkan. Karena bukan ucapannya yang saya inginkan, tapi tindakan nyata yang menunjukkan toleransi. Sapaan hangat sehari hari dengan singkat seperti hai, halo, apa kabar, selamat pagi, lite kas dan lain lain (transferan uang atau traktiran makan mungkin lebih bagus lagi… xixixi..), bagi saya sudah sangat cukup menunjukkan, bahwa anda perhatian dengan saya (ge er..).

Untuk saudara seiman.

Sodara sodara yang terkasih!! (pendeta mode : ON), fokuslah pada inti dari Natal itu sendiri, bukan pada perayaan saja apalagi pada ucapan selamat dari yang beda iman. Tema Natal PGI tahun ini :Datanglah, ya Raja Damai”.Ya, kita menantikan kedatangan sang Raja Damai, dan tentunya dengan damai bukan? Jangan kita mudah terprovokasi hal hal diluar iman kita, apalagi hanya karena spanduk di jalanan. Itu hanya masalah etika saja.

Toleransi? Hey.. kita punya cara sendiri untuk bertoleransi, lakukan saja seperti tindakan nyata yang diajarkan Sang Guru. Sangat mudah, tidak perlu ini dan itu, tidak ada larangan larangan yang muluk muluk dan jangan khawatir imanmu akan goyah, cukup lakukan “kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”.

Selamat Natal, damai Kristus berserta kita semua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun