ditulis Oleh: Ihsan Iskandar S.Sos M.E C.DMP - Kasus pagar laut yang berada di perairan Kabupaten Tangerang, Banten, menjadi perhatian publik setelah rencana pembongkaran secara bersama-sama diumumkan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono. Meski pembongkaran tersebut tampak sebagai langkah administratif dan teknis, secara lebih dalam, hal ini juga menjadi ujian bagi branding Presiden Prabowo Subianto di mata masyarakat.
Langkah pembongkaran ini diambil setelah koordinasi intensif dengan berbagai pihak, termasuk TNI Angkatan Laut, Bakamla, Baharkam, dan persatuan nelayan pantura. Salah satu alasan penting di balik pembongkaran bersama ini adalah tidak adanya pihak yang mengakui bertanggung jawab atas pembangunan pagar laut tersebut. Presiden Prabowo bahkan mengarahkan agar kasus ini diselidiki hingga tuntas dan, jika ditemukan ada pelanggaran hukum, hasilnya harus dikembalikan kepada negara.
Branding Kepemimpinan di Ujian Hukum dan Publik
Dari segi branding, kasus ini menjadi momen krusial bagi Presiden Prabowo untuk menunjukkan komitmennya dalam menangani isu-isu hukum dan keadilan. Tidak dapat dimungkiri bahwa kasus seperti ini memunculkan spekulasi publik, khususnya terkait indikasi keuntungan sepihak yang mungkin diterima oleh kelompok tertentu. Publik akan menilai bagaimana Presiden bertindak dalam situasi seperti ini: apakah ia mengambil langkah tegas dan solutif atau justru terkesan membiarkan masalah ini mengambang.
Sebagai pemimpin, reaksi Prabowo terhadap kasus ini tidak hanya berdampak pada penyelesaian pagar laut itu sendiri, tetapi juga pada citra dirinya sebagai kepala negara yang tanggap dan adil. Dalam konteks ini, keputusan untuk melakukan pembongkaran bersama-sama dengan berbagai pihak adalah langkah yang strategis. Selain menghindari risiko gugatan hukum terhadap Kementerian Kelautan, hal ini juga menunjukkan bahwa pemerintah bertindak dalam satu kesatuan dan berada di koridor hukum yang jelas.
Dampak Terhadap Kepuasan Masyarakat
Namun, lebih dari itu, penyelesaian kasus ini akan mencerminkan seberapa jauh Prabowo memahami pentingnya kepuasan masyarakat dalam setiap kebijakan. Nelayan pantura, yang merupakan salah satu pihak terdampak, memiliki harapan besar agar pagar laut ini dibongkar untuk mengembalikan akses mereka ke sumber daya laut. Jika kasus ini diselesaikan dengan transparansi dan mengutamakan kepentingan masyarakat, kepuasan publik terhadap kepemimpinan Prabowo dipastikan akan meningkat. Sebaliknya, jika kasus ini dibiarkan berlarut-larut atau menyisakan polemik hukum, hal itu akan menjadi preseden buruk bagi citra pemerintahannya.
Pelajaran dari Kasus Ini
Kasus pagar laut di Tangerang adalah pengingat bahwa branding seorang pemimpin tidak hanya dibangun melalui pidato atau kampanye, tetapi juga melalui tindakan nyata yang dirasakan langsung oleh masyarakat. Dalam hal ini, Prabowo memiliki kesempatan untuk menunjukkan bahwa pemerintahannya mampu menyelesaikan persoalan pelik dengan bijaksana dan adil. Keberhasilan menangani kasus ini dapat menjadi contoh nyata komitmen pemerintah dalam menegakkan hukum dan melindungi kepentingan rakyat, sekaligus memperkuat posisi Prabowo di mata masyarakat sebagai pemimpin yang responsif dan tegas.
Pada akhirnya, pagar laut Tangerang bukan hanya sekadar pagar fisik yang harus dibongkar, tetapi juga simbol dari kemampuan pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan yang kompleks secara hukum dan moral. Langkah-langkah yang diambil dalam kasus ini akan menjadi cerminan kualitas kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto dalam menghadapi tantangan-tantangan di masa depan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H