"Sungguh Allah, Dialah pemberi rezeki yang mempunyai kekuatan yang kokoh" Az-Zariyat Surat 51, ayat 58
"Jangan tidur kerika pagi hari, awas rezekinya dipatok ayam." Terkadang saya berpikir kenapa para orang tua zaman dahulu sering berkata itu. Apakah hanya sekedar perkataan kosong atau karena itu benar adanya? Berikut pendapat pribadi yang juga dilihat dari sisi Psikologi dan Hubungan Internasional.
Pertama mari membahas mengenai rezeki terlebih dahulu.
Setiap orang pasti memiliki pengerti rezekinya masing-masing. Tapi, menurut  saya rezeki tidak hanya sekedar uang, tetapi juga seperti mendapatkan pasangan, memiliki tubuh sehat, mendapatkan perkerjaan baru. Saya beranggapan bahwa sesuatu yang kita dapatkan dan tersebut baik untuk kita merupakan rezeki.
Dalam psikologi, lebih tepatnya Psikologi Humanistik yang dipopulerkan oleh Abraham Moslow.Kita melihat bahwa orang-orang besar dan sukses terbentuk karena memiliki kebiasaan tertentu dikehidupannya. Dansalah satunya adalah kegiatan dipagi hari.
Betul saja seperti Albert Einstein, B.J Habibie, Taufik ismail memiliki kegiatan selain tidur ketika pagi hari. Contohya Taufik Ismail yang berjalan 1 KM tiap paginya, atau Tere Liye yang menulis 10 lembar Novel tiap paginya.
Dalam Hubungan Internasional, dalam pemabahasan keamanan lingkungan, terdapat perkataan "If everyone care about environment every morning, even its only pour water into one flower.World can be saved."
Jika setiap orang menyiram 1 bunga tiap paginya, hal tersebut dapat menyelamatkan dunia. Urgensi bertindak menyiram tersebut (Bisa juga perbuatan lain) dapat menjadi Deterrence (Pencegahan) terhadap masalah-masalah kedepannya.
Setelah penjelasan-penjelasan diatas, kita mengetahui bahwa kedua padangdan tersebut setuju untuk "Tidak tidur dipagi hari". Lebih jauh lagi, hal tersebut bukan hanya berdampak pada materil (Harta). Namun juga mempengaruhi kepribadian, kesuksesan, dan dampak jangka panjang. Bahkan dalam dunia medis menyatakan bahwa tidur pagi dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah.
Ketika rezeki dipatok ayam, maka boleh kita berperndapat bahwa yang dipatok ayam sebenarnya adalah kehidupan kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H