Sesosok perempuan cantik keluar dari lukisan yang baru kubeli di taman kota. Ia menatapku tajam.
"Siapa kau?" tanyaku
"Aku perempuanmu,"
"Ah bullshit!! Kau jangan mengada-ada,"
"Aku tak pernah mengada-ada. Aku serius. Sudah ditakdirkan aku jadi milikmu sekarang. Bukankah kau telah membayarku dari laki-laki tua yang kau temui,"
"Iya memang. Tapi aku membeli lukisan bukan membeli seorang perempuan," aku berusaha membela diri.
"Lukisan atau bukan, yang jelas aku sudah menjadi milikmu. Aku ingin mengabdikan diri padamu, seutuhnya. Bila perlu dengan tubuhku," ucapan perempuan itu membuatku panas dingin.
Tanpa kuduga dia melangkah mendekat dan cupp satu kecupan mendarat di bibirku. Secara reflek kudorong tubuhnya hingga dia hampir terjungkal ke belakang.
"Maaf, aku tak bermaksud kasar padamu, tapi..."
"Ah, Kau tak perlu jadi laki-laki munafik seperti itu. Menolak ciuman dari seorang lawan jenis. Aku tahu kau sebenarnya juga suka bukan?" ujar perempuan itu kecewa.
Perempuan agresif. Satu kancing bajuku terlepas, mungkin karena ditariknya tadi waktu ku mendorong tubuhnya ku bantu dia untuk bangkit dari lantai.