Dewasa ini selalu saja kita menyaksikan perdebatan-perdebatan panjang dalam ajang pesta demokrasi dengan dinamika yang berbeda-beda baik itu di media elektronik, cetak, dan online. Masing-masing media seakan punya corong dan gaya tersendiri dalam memberikan informasi ke masyarakat luas. Namun hal yang sangat disayangkan adalah terjadinya konglomerasi media yang mana kepemilikan media oleh pihak swasta (private ownership) yang “terjun” dalam dunia politik.
Akhirnya terjadilah sumber berita yang kontennya meng”arahkan” kearah salah satu pihak yang sedang berkompetisi artinya gaya yang tidak berimbang sedang dimainkan, dampaknya masyarakat menjadi mulai terkuras pola pikirnya hingga akhirnya menjadi fanatik dan cenderung mengarah kepada disintegrasi antara sesama anak bangsa. Bahkan terjadi perdebatan, pertengkaran, kubu-kubuan, hingga amit-amit cabang bayi bila hal ini dibiarkan bisa terjadi kerusuhan skala luas yang berdampak pada persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia yang sangat kita cintai.
Mahasiswa sebagai agent of change dan socio control dalam alam demokrasi ini harus menitikberatkan pada persatuan bangsa, bukan malah terjun dalam politik praktis dan bahkan menggalang kekuatan dukungan yang masif. Itulah arah kebenaran dari kaum intelektual seperti mahasiswa dan pemuda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H