Mohon tunggu...
Peno Suryanto
Peno Suryanto Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Warga Negara Indonesia yang cinta tanah air dan bangsa.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kurikulum Lama vs Kurikulum Baru

31 Oktober 2013   19:08 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:46 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti kita ketahui kurikulum pendidikan di Indonesia telah berubah berkali-kali. Kurikulum berbasis lama menyiapkan sumberdaya manusia. Di Jaman Penjajahan adal politik balas budi pemerintah belanda sehingga didirikanlah sekolah untuk warga pribumi, tetapi pelaksanaannya disalahgunakan oleh Penjajah Belanda mendirikan sekolah untuk menyiapkan tenaga kerja terdidik di perusahaan-perusahaan penjajah. Sampai sekarang pengaruh pendidikan jaman penjajahan masih menempel pada pendidikan kita. Pendidikan hanya menyiapkan sumber daya manusia menjadi pekerja di perusahaan-perusahaan. Dulu, jumlah lulusan sekolah sedikit sedangkan lapangan pekerjaan banyak, sehingga setiap lulusan akan bekerja sesuai bidangnya. Lama kelamaan lulusan pendidikan semakin banyak, lapangan pekerjaan tak lagi menampung lagi. Lulusan yang tak mampu bekerja di bidangnya semakin banyak pula, kompetensi hasil sekolahnyapun tak lagi berguna.

Kurikulum baru mempunyai semangat "pendidikan adalah meningkatkan kualitas manusia". Kualitas bukan hanya dilihat dari kompetensi tetapi juga emosi dan spiritual. Hasilnya adalah lulusan yang punya etika, sehingga menjadi warga Negara yang baik. Lulusan adalah pembelajar yang baik, bukan kompeten, sehingga ketika dia bekerja di bidang tertentu dia akan belajar secara cepat. Kelebihannya adalah dia mampu menghargai orang yang bekerja sebagai tukang sampah, sopir, ojek, dan pekerjaan yang sekarng dibuat remeh. Dan bahkan apabila lulusan dari sekolah dengan kurikulum baru juga menciptakan lulusan tukang sampah yang membanggakan, petani yang mencintai tanamannya. Lulusan bukan mencari pekerjaan, tetapi semua produktif entah sebagai wirausaha maupun pekerja tingkat rendahan.

Pertanyaannya Kurikulum 2013 apakah bisa disebut kurikulum baru? Tentunya kalau belum kita sebagai pendidik akan lebih maju dari kurikulum 2013 dalam pelaksanaan pembelajaran. Proses pembelajaran bukanlah untuk melatihkan kompetensi tertentu, tetapi membuat siswa yang mampu belajar. Cirinya tanpa diperintah siswa akan belajar. Siswa belajar atas kemauan sendiri apabila proses pembelajarannya menarik bagi siswa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun