Semarak ajar bagai hujan enggan berhenti
Tetes air mata pertiwi tak kunjung terhenti
Menatap tubuh kian jatuh tak bernyawa
Menangisi  daging kehilangan roh dan jiwa
Cahaya bak memburam
Asa kian aram temaram
Dia bahaduri gagah turut menjadi korban
Dia bertahan lihai menuntun kesembuhan
Namun ketakutan menggiring semangat hampir patah
Namun kecemasan berbaur bekat hati kian memarah
Bagai bumi langit lelungit terkena tulah
Karena manusia tak lagi mengenal salah
Sampai kapan bumi berperang melawan keegoisan
Sampai kapan tanah selesai menampung kematian
Berjalan kian kesana kemari dipenuhi ketakutan
Bersembunyi sebentar menjauhi kecurigaan
Kala itu, pandemi ini seperti hanya guyonan
Kala itu, pandemi ini bagai suatu lawakan
Tetiba kini, berjuta umat bagai tawanan
Tetiba kini, sejuta juita menjadi korban
Senyuman ujung telinga ke ujung telinga kian memudar
Girangan nan elok yang mengudara seakan jatuh terpapar
Kalakian semua umat tetap waspada
Kecah kini kian berangsur tak berada
Sumatera Utara, 31 Mei 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H